Pernikahan Dihancurkan Oleh Perpisahan, Bukan Pertengkaran

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T545B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
“Pertengkaran adalah bumbu dalam pernikahan” kalimat ini akan benar jika diakhir pertengkaran terdapat penyelesaian masalah dan masing-masing mengalami pertumbuhan dalam relasi. Namun renggangnya relasi atau bahkan putusnya relasi dengan pasangan akan memicu pertengkaran yang tidak berakhir; bahkan diakhiri dengan perceraian maupun perzinahan. Apa saja penyebabnya?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
dpo. Pdt. Dr. Paul Gunadi

Orang berkata pertengkaran adalah bumbu pernikahan. Memang benar, pertengkaran adalah bagian dari pernikahan yang tak terpisahkan dan memang benar, pertengkaran dapat menyedapkan relasi nikah. Namun satu hal yang tak bisa disangkal adalah pertengkaran yang terus-menerus dan tak terselesaikan berpotensi merusak pernikahan. Pada kenyataannya pernikahan tidak selalu dihancurkan oleh pertengkaran; ada satu factor lain yang bahkan lebih sering meng- hancurkan pernikahan yaitu PERPISAHAN. Yang saya maksud dengan perpisahan adalah merenggangnya relasi. Banyak pernikahan rusak akibat putusnya hubungan antar suami-istri, dan bukan oleh pertengkaran. Berikut akan dibahas beberapa penyebab retaknya hubungan dan apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasinya. Relasi mulai retak tatkala :

  1. Kita Melihat bahwa Pasangan Tidak lagi Menyediakan Waktu untuk Kita. Makin hari makin jarang kita menghabiskan waktu bersama; pasangan begitu sibuknya dengan tugas pekerjaannya sehingga tidak banyak waktu tersisa untuk diberikan kepada kita. Walau kita telah memintanya, ia tetap sulit berbagi waktu dengan kita. Pada akhirnya hati mulai mendingin; kendati kita masih merindukannya, kita tidak lagi meminta waktu darinya sebab kita tidak mau dikecewakan. Kita pun mulai hidup terpisah. Makin tinggi posisi kerja dan makin besar tanggungjawab yang diemban, makin kita bertambah sibuk. Ini adalah kenyataan yang tidak dapat dielakkan. Itu sebab penting bagi kita untuk tidak marah-marah kepada pasangan yang sibuk. Kita justru ingin mengkomunikasikan pengertian dan simpati kita kepadanya—bahwa sesungguhnya ia pun letih dan tidak menikmati kesibukan yang begitu tinggi dan bahwa sebenarnya ia ingin lebih banyak waktu di rumah. Setelah kita mengkomunikasikan pengertian kepadanya, barulah kita memberikan usulan kepadanya, untuk memakai waktu yang lowong buat kita. Mungkin waklu luang seperti itu jarang muncul tetapi jika ada, mintalah agar ia memberitahukannya kepada kita supaya kita bisa menghabiskan waktu bersamanya. Singkat kata, pada umumnya yang diharapkan oleh pasangan adalah usaha kita untuk menyisihkan waktu; ia perlu melihat bahwa kita berupaya menyediakan waktu. Walau tidak sering, upaya seperti ini cukup untuk menyejukkan hati.
  2. Kita Melihat Pasangan Lebih Mementingkan Orang Lain Daripada Kita.. Mungkin kita berpikir bahwa pasangan menuntut untuk diutamakan di atas semua orang; pada kenyataannya tidaklah demikian. Pada umumnya pasangan hanya mengharapkan agar kita meerlakukannya sama pentingnya seperti kita memperlakukan orang lain. Ia tidak mengharuskan kita menaruh kepentingan kita di atas kepentingan orangtua atau kerabat kita. Ia hanya meminta kita bersikap adil; setidaknya kita menjaga kepentingannya sama seperti kita menjaga kepentingan orangtua dan kerabatnya. Apabila kita melihat bahwa pasangan mementingkan orang lain di atas kepentingan kita, perlahan tetapi pasti, relasi kita akan mulai merenggang. Kita merasa ditinggalkan di belakang sedang dia berjalan di depan, bersama orang lain yang dipentingkannya. Lama kelamaan kita marah dan terluka. Kita merasa tidak penting dan berharga di matanya; sebagai reaksi kita akhirnya menolak untuk berdekatan dengannya. Hidup kita pun mulai terpisah. Jika inilah situasi yang dihadapi, penting bagi kita untuk mengajak pasangan berbicara. Paparkan kepadanya situasi demi situasi yang terjadi di mana kepentingan orang lain diutamakan ketimbang kepentingan kita. Setelah selesai, bertanyalah kepadanya, "Apakah perbuatannya adil?" Kita tidak perlu marah-marah dan menuntut apa-apa; kita hanya perlu menyodorkan kenyataan supaya ia dapat melihatnya sendiri. Kita hanya perlu berkata seperti ini sewaktu mengakhiri percakapan, "Perbuatanmu membuat saya merasa tertinggal jauh di belakang. Walau saya memanggil-manggilmu, engkau terus jalan dan tidak menoleh kebelakang. Perbuatanmu telah memisahkan kita." Itu saja yang perlu disampaikan kepadanya.
  3. Kita Melihat Pasangan Tidak Lagi Mencintai Kita. Mungkin ia masih mencintai kita tetapi ia tidak lagi mencintai kita seperti dulu. Kita dapat merasakannya walau ia terus berkata bahwa ia mencintai kita. Banyak hal yang dikerjakannya sebenarnya adalah kewajiban semata. Mungkin ia berpikir bahwa karena ia masih menunaikan tanggungjawabnya maka ia masih mencintai kita. Pada kenyataannya cinta ditunjukkan oleh seberapa mampu dan seringnya kita menikmati pasangan. Memang cinta perlu dibuktikan lewat perbuatan, tetapi sebenarnya cinta tidak harus diperlihatkan lewat pengorbanan. Kadang kita beranggapan bahwa kita mesti melakukan banyak hal untuk mengkomunikasikan cinta kepada pasangan, tetapi sesungguhnya tidaklah demikian. Acapkali tindakan yang sederhana cukup untuk mengomunikasikan cinta sebab terpenting adalah pasangan dapat melihat bahwa kita senang dan menikmatinya. Kita harus bersikap jujur kepada diri sendiri. Kita mesti melihat diri dan mengakui bahwa cinta mulai pudar. Terpenting adalah kita menyadari sebenarnya apa yang terjadi di antara kita. Mungkin ada hal-hal yang mengganjal dalam hati yang mesti diutarakan dan diselesaikan. Ingat, pasangan bukanlah malaikat; ia bisa melakukan kesalahan. Jadi, penting untuk kita terbuka kepadanya dan mengangkat masalah yang selama ini menjadi ganjalan.Tetapi kadang masalahnya bukan pada pasangan melainkan pada diri sendiri. Kitalah yang mengalami perubahan dan mulai kehilangan cinta. Mungkin dulu kita mencintainya karena ia dapat memenuhi kebutuhan kita; sekarang kita sudah dapat memenuhi kebutuhan kita. Mungkin dulu cinta kita lebih berlandaskan pada ketertarikan fisik; sekarang ketertarikan mulai pudar. Mungkin dulu kita tidak menuntut banyak darinya sebab kita pun masih hidup dalam kesederhanaan. Sekarang kita telah mengalami banyak perubahan; kita mengenal banyak orang dan dikenal banyak orang. Akhirnya kita merasa tidak setara dengan pasangan lagi. Bila inilah yang terjadi, kita harus datang kepadaTuhan dan meminta-Nya untuk menghadirkan cinta dalam hati kita. Kita berdoa supayaTuhan mencelikkan mata kita supaya kita dapat melihat pasangan secara lebih jernih; mungkin ada hal yang luput kita lihat dan hargai. Akui di hadapan pasangan bahwa masalahnya terletak pada diri kita bukan dirinya. Tetapi berjanjilah kepadanya bahwa kita tidak ingin hidup terpisah darinya. Kita membutuhkan pertolongannya.
Mazmur 34:16 & 18 mengingatkan kita akan janjiTuhan, "Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, makaTuhan mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." Bila kita kehilangan kasih, datanglah kepadaTuhan karena bukan saja Ia sanggup menyediakan kasih, Ia sendiri adalah kasih. Hati yang dipenuhi oleh Tuhan akan dipenuhi oleh kasih. Jadi, mintalah agar Roh Kudus Tuhan diam dan mengisi hati kita.