Pelecehan Seksual pada Anak (2)

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T489B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Dampak pelecehan seksual tidak berhenti tatkala pelecehan berhenti; dampaknya terus berlanjut sampai si anak menjadi dewasa. Perbincangan ini menjelaskan berbagai dampak pelecehan seksual pada anak dan saran bagi orangtua untuk menolong anak yang jadi korban pelecehan seksual.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Sekarang kita akan melihat DAMPAK PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK, beberapa di antaranya ialah:
  1. MALU.
    Pada akhirnya kebanyakan anak yang menjadi korban pelecehan seksual mengembangkan penilaian diri yang rendah. Mereka menganggap bahwa diri mereka tidak sama dengan orang lain dan bahwa diri mereka lebih buruk dan lebih kotor dari kebanyakan orang. Karena mereka telah menerima pelecehan seksual, mereka cenderung mengembangkan perilaku menutupi atau menyembunyikan diri.
  2. RASA BERSALAH.
    Banyak korban pelecehan seksual mengembangkan rasa bersalah yang berlebihan dan tidak pada tempatnya. Penyebabnya adalah mereka beranggapan bahwa mereka dilecehkan karena kesalahan mereka sendiri, seakan-akan mereka bertanggung jawab sepenuhnya atas apa yang terjadi. Mereka berpikir mereka lah yang membuat pelaku terangsang sehingga melecehkannya. Jadi, semua salah mereka.
  3. TIDAK DAPAT PERCAYA ORANG,
    terutama orang dengan jenis kelamin yang sama dengan pelaku pelecehan seksual. Mereka takut menjadi korban dan takut dimanfaatkan sehingga bersikap was-was terhadap orang. Pada akhirnya relasi sukar bertumbuh intim karena dihambat oleh ketidakpercayaan. Kalaupun terjalin relasi intim, sering kali mereka diganggu oleh rasa cemburu yang kuat.
  4. BERGANTUNG PADA ORANG SECARA BERLEBIHAN.
    Akibat pelecehan, mereka mengembangkan rasa tidak aman sehingga membutuhkan tempat berlindung. Akhirnya mereka bergantung pada orang supaya mereka merasa aman kembali.
  5. JATI DIRI SEKSUAL YANG TIDAK JELAS SERTA MEMBINGUNGKAN.
    Sebagai contoh, apabila anak laki-laki mengalami pelecehan seksual dari sesama laki-laki, ada kemungkinan pengalaman itu dapat menimbulkan ketertarikan dengan sesama jenis. Atau, apabila anak perempuan mengalami pelecehan seksual dari laki-laki, mereka dapat mengembangkan rasa tidak suka kepada laki-laki dan mengembangkan ketertarikan dengan sesama perempuan. Singkat kata, pelecehan seksual berpotensi menciptakan identitas seksual yang rancu.
  6. MARAH.
    Sesungguhnya pelecehan seksual menimbulkan kemarahan tetapi berhubung mereka masih kanak-kanak, mereka tidak berdaya dan tidak dapat mengungkapkan kemarahan. Sebagai akibatnya kemarahan terpendam dan siap meledak kapan saja. Tidak heran sebagian korban pelecehan seksual pada akhirnya mempunyai kehidupan emosional yang tidak stabil.
  7. MASALAH SEKSUAL.
    Sebagian korban pelecehan seksual mengembangkan masalah seksual. Ada yang menjadi terobsesi dengan seks dan ada yang menjadi jijik dan menghindar dari seks. Dengan kata lain, mereka menjadi diri yang a-seksual, seakan-akan tidak memunyai gairah atau ketertarikan seksual.
  8. Terakhir, sebagian besar korban pelecehan seksual mengembangkan PROBLEM DALAM MENJAGA BATAS RELASI
    —ada yang menjauh secara berlebihan dan ada yang mendekat tanpa batas. Akhirnya ada yang menjadikan orang lain korban dan ada yang terus menjadi korban.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah yang mesti kita perbuat untuk menolong anak yang menjadi korban pelecehan seksual.

Berikut adalah beberapa SARAN BUAT ORANGTUA:
  • Kita mesti merangkulnya.
    Tidak boleh kita memarahinya, apalagi menyalahkannya. Kita mesti bersedia mendengarkannya, baik pengakuan maupun perasaannya. Jika memungkinkan, bawalah anak ke seorang konselor supaya dampak buruk akibat pelecehan dapat diminimalkan. Terpenting adalah kita mesti memberi perlindungan kepada anak agar si pelaku tidak memunyai akses kepadanya lagi. Jika memungkinkan laporkan perbuatan si pelaku kepada pihak berwajib agar ia tidak mengulang perbuatannya.
  • Bersabarlah dan tunjukkanlah pengertian kepada anak yang berada dalam proses pemulihan.
    Besar kemungkinan anak akan mengembangkan masalah, baik secara emosional maupun perilaku. Mungkin ia mudah marah dan berteriak-teriak; mungkin ia mudah bersedih dan mengurung diri. Mungkin ia mau bunuh diri atau mau membunuh orang. Proses pemulihan anak korban pelecehan seksual tidak mudah dan membutuhkan waktu yang panjang.
  • Jika memang kita sebagai orangtua ambil bagian di dalam persoalan yang dihadapi anak, jangan ragu untuk meminta maaf kepadanya.
    Mungkin kita kurang mengawasinya, mungkin kita kurang memberi perhatian kepadanya. Mungkin kita kurang memperlihatkan kasih sayang kepadanya. Kekurangan itulah yang telah membuka celah terjadinya pelecehan seksual kepada dirinya.
  • Usahakanlah untuk memelihara batas yang jelas dengan anak korban pelecehan seksual.
    Sebagaimana telah dijelaskan, ada kecenderungan anak tidak dapat menjaga batas secara jelas—terlalu dekat atau terlalu jauh. Sebagai orangtua, kita mesti dekat dan membiarkannya dekat dengan kita tetapi kita pun tidak mau membuatnya bergantung pada kita. Jadi, untuk sementara biarkan ia mendekat dan bergantung, namun secara perlahan, doronglah dia untuk mandiri. Pada akhirnya tugas dan peran kita adalah berjalan di sampingnya, bukan menggendongnya.
  • Kita harus terus menguatkan anak dan mendorongnya untuk memperoleh kekuatan dari Tuhan.
    Kita mesti terus mengingatkannya bahwa siapakah dia ditentukan, bukan oleh apa yang dialaminya atau apa yang dikatakan manusia, melainkan oleh apa yang dikatakan oleh Tuhan—Tuhan mengasihinya dan dia adalah anak Tuhan yang berharga. Ingatkan bahwa masa depannya ada dalam tangan Tuhan, bukan tangan orang yang telah melukainya.

Habakuk 3:17-19 mengatakan, "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan . . . namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." Kabar bahwa anak menjadi korban pelecehan seksual adalah kabar yang bukan saja menyakitkan tetapi juga menghancurkan. Kita merasa hari depan anak pasti kelam. Tidak! Tuhan sanggup membuat kaki anak kita kuat kembali. Ia sanggup membuat anak kita kuat mendaki bukit kehidupan.