Orang Dewasa, Bermainlah

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T483A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Bermain lebih mudah diidentikkan dengan dunia anak-anak. Tak jarang orang dewasa dianggap kekanak-kanakan bila suka bermain. Benarkah orang dewasa tidak perlu bermain ?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Latar Belakang

Bermain lebih mudah dikaitkan dengan dunia anak-anak. Kita akrab dengan ungkapan: Masa kecil kurang bahagia, yang berarti, masa kecil kurang bermain. Bermain memang sangat vital bagi tumbuh kembang anak: mengembangkan koordinasi dan kebugaran tubuh, daya konsentrasi dan intelektual anak, keterampilan berkomunikasi, bergaul, dan memahami orang lain, mentalitas dan ketangguhan jiwa anak.

Pemahaman kita secara sederhana terhadap tahapan perkembangan berdasarkan usia, dari bayi, anak, remaja, dewasa awal, dewasa menengah, hingga dewasa lanjut atau lansia, lebih mudah untuk mengaitkan masa dewasa sebagai masa bekerja dan masa untuk serius dalam kehidupan. Bermain sebagai hal yang kekanak-kanakan dan patut ditinggalkan ketika menginjak masa dewasa.

Sesungguhnya manusia adalah makhluk bermain dan suka bermain, homo ludens, dalam bahasa Latin. Selain juga makhluk sosial, zoon politicon, makhluk berpikir dan makhluk berkarya. Manusia adalah mahluk bermain, berarti bermain merupakan natur atau sifat alamiah manusia sejak dalam kandungan hingga lanjut usia. Sayangnya, bermain seperti dirancang hanya pantas dilakukan oleh anak-anak.

Apa itu Bermain dan Karakteristik Bermain

Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya. Bermain dilakukan secara sukarela dan tanpa ada unsur paksaan. Dalam bermain, manusia mendapatkan suatu bentuk kebebasan dan tidak begitu memperdulikan hasil akhir, baik menang atau kalah. Yang penting adalah kepuasan dan kesenangan sewaktu bermain. Permainan yang mementingkan hasil akhir sudah bukan lagi permainan, melainkan suatu perlombaan atau pertandingan dan kompetisi.

Bermain itu spontan dalam keteraturan. Adanya jiwa yang merdeka dan lepas dari tekanan. Bersama itu, ada aturan yang membuat bermain menjadi hal yang menantang dan berinteraksi dalam relasi.

Bermain itu seolah-olah. Artinya, orang yang bermain, keluar dari kehidupan nyata dan masuk ke dunia permainan. Kita keluar dari peran-peran serius kehidupan sebagai orang yang bekerja, memimpin dan bermasyarakat, dan memberi tempat sisi anak-anak kita untuk muncul secara sehat.

Bermain itu rohani. Kita meniru tindakan Allah yang menciptakan alam semesta bukan karena sebuah keharusan, melainkan sebagai tindakan sukarela, penuh daya cipta kreativitas, dan menggembirakan. Allah menikmati saat menciptakan sebagaimana halnya saat kita bermain.

Manfaat Bermain

Bermain membuat pikiran rileks sekaligus menstimulasi kita untuk berani membuat langkah-langkah baru dan melatih keterampilan baru, yang bisa ditransfer dalam kehidupan nyata.