Menyertai Bukan Menghilangkan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T593A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Dari kesusahan dan kekalahan kita belajar mengampuni, tidak membalas, tidak membenci, membereskan dosa dan bertobat, menggenapi rencana Tuhan
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

Salah satu tema khotbah yang paling disenangi jemaat adalah kesenangan dan kemenangan. Kita ingin senang; itu sebab kita suka mendengarkan khotbah yang meyakinkan kita bahwa Tuhan akan memberkati dan membuat kita makmur, bukan saja tidak berkekurangan, tetapi juga berlebihan. Kita pun ingin menang; itu sebab kita suka mendengarkan khotbah yang meyakinkan kita bahwa Tuhan akan menolong dan memampukan kita mengatasi segala macam kesusahan dan persoalan hidup. Sudah tentu adalah benar bahwa Tuhan memberkati dan menolong kita. Mazmur 127:2 berisikan janji Tuhan akan berkat-Nya bagi kita bahkan selagi kita tidur, "Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah—sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur." Dan, Mazmur 18:3 menjanjikan perlindungan bagi umat Allah, "Ya TUHAN bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku." Jadi, adalah benar bahwa Tuhan memberi berkat dan membuat kita senang dan bahwa Tuhan menolong dan memberi kita kemenangan. Meski benar, namun perlu kita ketahui bahwa Tuhan tidak hanya memberkati dan menolong kita; kadang untuk menggenapi rencana-Nya, Iapun membiarkan dan mengizinkan kita mengalami kehilangan dan kesusahan. Kadang, Ia menahan berkat-Nya dan pertolongan-Nya, membuat kita tidak senang dan tidak menang. Melalui semua ini Tuhan ingin kita mengenal dan bersandar pada penyertaan-Nya, yang ada bersama kita, baik sewaktu kita senang dan menang, ataupun sewaktu kita susah dan kalah. Mari sekarang kita melihat dan belajar dari kehidupan beberapa anak Tuhan yang mengalami kesusahan dan kekalahan.

Pertama adalah Yusuf.
Sebagaimana kita ketahui, Yusuf diculik oleh saudara-saudaranya, dijual sebagai budak, bekerja sebagai budak, difitnah dan dipenjarakan, sebelum akhirnya diangkat menjadi tangan kanan Firaun untuk mengatasi bala kelaparan di Mesir. Dapat kita lihat selama bertahun-tahun Yusuf mengalami kesusahan dan kekalahan, sebelum akhirnya ia mengalami kesenangan dan kemenangan. Dan semua itu dikarenakan kejahatan yang ditimpakan orang atasnya, baik itu saudara-saudaranya maupun istri tuannya. Dari sini dapat kita petik satu pelajaran yakni adakalanya Tuhan membiarkan dan mengizinkan kita menjadi korban perbuatan jahat orang. Tuhan tidak menolong dan membebaskan Yusuf sewaktu diculik oleh saudara-saudaranya dan Tuhan tidak membelanya tatkala difitnah oleh istri tuannya. Tuhan membiarkan dan mengizinkannya menjadi korban kejahatan orang. Pada akhirnya Yusuf mengalami kesenangan dan kemenangan sejati yakni ia tidak membenci istri tuannya atau pun tuannya yang menjebloskannya ke dalam penjara. (Tidak ada catatan di Alkitab yang mengatakan bahwa Yusuf membalas kejahatan mereka setelah ia menjadi orang yang berpengaruh di Mesir.) Dan, ia pun tidak membalas kejahatan saudara-saudaranya; ia mengampuni dan memelihara kehidupan mereka. Yusuf senang dan menang! Adakalanya Tuhan membiarkan dan mengizinkan kita menjadi korban kejahatan orang agar kita mengalami kesenangan dan kemenangan sejati, yakni tidak membenci tetapi memberkati dan mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Perbudakan dan pemenjaraan yang seharusnya membelenggu Yusuf dengan kepahitan dan kebencian, malah memerdekakannya untuk mengampuni mereka yang bersalah kepadanya. Kejadian 39 :2 dan 21 memberitahukan kita rahasianya yakni "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf." Yusuf selalu merasakan kehadiranTuhan.

Kedua adalah Yosua.
Sebagaimana kita ketahui, Yosua dan serdadunya gagal menaklukkan wilayah Ai; mereka mengalami kekalahan yang mengejutkan, padahal Ai bukanlah sebuah kerajaan yang besar. Dan Tuhan memberitahukan alasannya, yakni Akhan telah mengambil barang jarahan dan menyembunyikannya untuk dirinya (Yosua 7:20-21).Dengan kata lain, Tuhan membiarkan dan mengizinkan Yosua mengalami kesusahan dan kekalahan, bukan kesenangan dan kemenangan, karena dosa yang dilakukan oleh Israel. Jadi, inilah pelajaran kedua yang dapat kita petik yakni kadang Tuhan membiarkan dan mengizinkan kita mengalami kesusahan dan kekalahan karena dosa yang kita perbuat. Pada akhirnya Yosua berhasil menang dan menaklukkan Ai, tetapi sesungguhnya ada kesenangan dan kemenangan sejati yang dialami Yosua yakni kesenangan dan kemenangan melawan dosa. Ia membersihkan dosa dari Israel. Melewati kekalahan,Yosua tetap berbicara denganTuhan, dan ini menandakan penyertaan Tuhan yang tidak pernah berhenti.

Ketiga adalah Paulus.
Apa yang terjadi pada Paulus di Yerusalem dan Kaisarea( Kisah Para Rasul 21-26) memerlihatkan bahwa Tuhan membiarkan dan mengizinkan Paulus secara tidak adil ditangkap dan mendekam dalam penjara selama dua tahun.Tidak ada kesenangan dan kemenangan, yang ada ialah kesusahan dan kekalahan, namun kita tahu bahwa semua terjadi untuk menggenapi rencana Tuhan yaitu membawa Paulus ke Roma sebagai tahanan. Dan di Roma, Tuhan memakainya untuk memberitakan Injil bukan saja kepada orang Roma tetapi juga kepada "mereka yang di istana Kaisar" (Filipi 4:22).

Jadi, dari sini dapat kita tarik satu pelajaran yaitu kadang Tuhan membiarkan dan mengizinkan kita mengalami kesusahan dan kekalahan karena itu diperlukan untuk menggenapi rencanaTuhan. Dua tahun setelah dipenjarakan di Roma, Paulus dihukum mati oleh Kaisar Nero tetapi pada saat itu ia telah mengalami kesenangan dan kemenangan sejati, yakni dipakai Tuhan menggenapi rencana-Nya—membawa Injil Yesus ke Roma dan ke istana Kaisar. Pengorbanan Paulus tidak sia-sia; lebih dari dua abad kemudian Kaisar Roma yang bernama Konstantin bertobat dan menjadi orang Kristen, dan Roma menjadi pusat kekristenan sampai hari ini.

Tuhan tidak selalu menghilangkan kesusahan dan kekalahan tetapi Ia selalu menyertai kita di dalam kesusahan dan kekalahan. Ia membiarkan dan mengizinkan kesusahan dan kekalahan terjadi karena ada maksud dan rencana-Nya yang indah yakni kesenangan dan kemenangan sejati, sebagaimana dicatat di Pengkhotbah 3:11, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."