Menolong Korban Bullying

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T449B
Nara Sumber: 
Ev.Sundunata Kurniawan, M.K.
Abstrak: 
Seseorang dikatakan korban bullying kalau dia merasa diganggu, dipermalukan atau mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dari siapa saja termasuk dari orang tua atau orang yang berotoritas. Kita akan belajar apa akibatnya bila seseorang menjadi korban bullying agar dapat menolong mereka.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Seseorang dikatakan korban bullying kalau dia merasa diganggu, dipermalukan atau mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dari siapa saja termasuk dari orang tua atau orang yang berotoritas. Seringkali orang melakukan itu dengan alasan bergurau dan tidak memperhitungkan bahwa hal itu juga melukai.

Korban bullying bisa secara fisik, verbal atau sosial. Secara verbal termasuk melalui dunia maya. Secara sosial dikucilkan atau dianggap tidak ada.

Akibat bullying bisa merasa tertekan, sampai kepada depresi. Disamping kesehatan fisik yang diserang, kadang juga sampai pada kesehatan psikologis. Secara psikis tertekan dan pengaruhnya ke tubuh, yang kemudian disebut psikosomatis. Korban bullying bisa mengalami perubahan cara pandang terhadap diri, gambar diri, konsep diri. Akibat dari bullying juga membentuk mentalitas, di mana pun dia berada menjadi orang yang pasif, mudah menerima dan menerima sesuatu yang pasif. Ini terjadi bertahun-tahun dan bisa terus-menerus.

Sikap korban bullying seharusnya berani bersikap assertif, tidak diam saja. Jika dia memunyai rasa percaya diri yang rapuh, terlalu diam dan tidak berani bersuara, sebaiknya dibawa kepada seorang konselor atau hamba Tuhan yang mengerti untuk menolong membuang sampah-sampah jiwanya, lukanya, gambar diri yang buruk di masa lalu. Belajar menyerahkan diri kepada Tuhan, mengampuni orang-orang yang bersalah, menerima gambar diri yang baru, membangun dalam komunitas yang sehat sebagai sesama tubuh Kristus. Proses ini perlu waktu, tidak bisa instan, tetapi jika dilakukan dengan tekun akan membangun struktur yang baru, yang kokoh, yang solid dan sehat bagi mereka yang awalnya adalah korban bullying. Disamping itu perlu diberikan kegiatan yang positif, dukungan-dukungan, membangun komunikasi.

Apabila korban bullying mengalami trauma, diperlukan proses untuk menyelesaikan trauma. Misalnya langkah-langkah empati, menghargai perasaan yang terluka. Dengan pendampingan, dia dapat mengekspresikan perasaan takutnya, tertekan, terancam, mengakuinya dan menyerahkannya kepada Tuhan Yesus.

Pesan Firman Tuhan dari Roma 12:15, "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, menangislah dengan orang yang menangis." Firman Tuhan meneguhkan kita, ada rasa solidaritas, senasib sepenanggungan ketika ada seseorang yang menjadi korban. Ikut mendampingi dan menyerahkannya kepada Tuhan dan menerima kekuatan pembaharuan dari Tuhan.