Menghadapi Hidup Tak Bermakna

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T366A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Depresi adalah sebuah gangguan jiwa yang bukan saja riil tetapi juga berbahaya. Itu sebabnya penting bagi kita untuk memahaminya. Biasanya hal pertama yang muncul dalam benak tatkala mendengar kata “depresi” adalah wajah seseorang yang muram, penampilan yang tak terpelihara dan pandangan mata yang kosong. Namun sesungguhnya depresi tidak selalu berpenampakan sama. Karena itu penting buat kita untuk mengkonsepkan depresi sebagai suatu perjalanan yang panjang. Apa saja perjalanan panjang itu ? Dan bagaimana kita menolongnya ?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Belum lama ini kita dikejutkan dengan berita kematian putra Pendeta Rick Warren di Amerika Serikat. Setelah bertahun-tahun hidup dengan depresi berat, pada akhirnya Matthew Warren mengakhiri hidupnya pada usia 27 tahun secara tragis. Mungkin sulit bagi kita yang tidak pernah mengalami depresi berat untuk dapat mengerti alasan mengapa orang sampai mengakhiri hidup. Namun bagi kita yang pernah mengalaminya, kita bisa memahami kenapa sampai orang ingin mengakhiri hidupnya.

Depresi adalah sebuah gangguan jiwa yang bukan saja riil tetapi juga berbahaya. Itu sebabnya penting bagi kita untuk memahaminya. Biasanya hal pertama yang muncul dalam benak tatkala mendengar kata "depresi" adalah wajah seseorang yang muram, penampilan yang tak terpelihara dan pandangan mata yang kosong. Namun sesungguhnya depresi tidak selalu berpenampakan sama. Karena itu penting buat kita untuk mengkonsepkan depresi sebagai suatu perjalanan yang panjang.

Sebagaimana kita ketahui, diperlukan banyak persiapan sebelum kita memulai perjalanan yang panjang. Demikian pula dengan depresi. Sebelum depresi masuk dan menguasai diri, sesungguhnya sudah ada tanda-tanda "persiapan" yang muncul. Berikut akan dipaparkan tanda-tanda persiapan itu:

  • Pada umumnya tanda "persiapan" pertama yang dialami adalah rasa FRUSTRASI. Pada dasarnya kita merasa frustrasi sebab hidup tidak berjalan sesuai harapan.
  • Apabila masalah tidak kunjung reda dan upaya kita untuk menghadapinya tidak membuahkan hasil, kita pun mulai merasa LETIH. Kita berusaha untuk hidup sehat namun keletihan terus menggantungi. Ibarat memikul beban yang berat, pada awalnya kita baru mulai merasa letih di malam hari, namun dengan berjalannya waktu, makin hari makin cepat kita merasa letih.
  • Tanda "persiapan" berikut adalah makin menguatnya PERASAAN REAKTIF. Yang saya maksud dengan perasaan reaktif di sini adalah perasaan yang timbul sebagai reaksi terhadap situasi yang dihadapi. Jadi, kalau kita merasa marah, maka perasaan marah akan terus menguat. Bila kita merasa pahit, kita terus merasa pahit. Jika kita merasa sedih, maka rasa sedih akan makin menguat.
  • Oleh karena kita tidak dapat terus hidup dalam kemarahan, kepahitan, kesedihan, dan kekecewaan, pada akhirnya kita terpaksa MEMISAHKAN DIRI DARI PERASAAN ITU. Sesungguhnya sewaktu kita berusaha memisahkan diri dari perasaan itu, kita pun makin terpisah dari perasaan-perasaan lainnya. Itu sebabnya pada akhirnya kita seperti kehilangan perasaan—apa pun itu. Seperti makan tanpa rasa, begitulah kita menjalani hidup. Semua serba hambar; semua tidak lagi memiliki daya tarik.
  • Setelah memisahkan diri dari perasaan, kita pun mulai MEMISAHKAN DIRI DARI ORANG di sekitar kita. Sebetulnya kita tidak melakukannya secara sengaja. Kita memisahkan diri sebab beban yang dipikul begitu berat sehingga kita tidak lagi memiliki energi untuk bertemu, apalagi bercengkerama dengan orang. Sesungguhnya kita mau berbicara dengan orang sebab kita butuh untuk menumpahkan keluar perasaan yang menindih ini.
  • Terakhir adalah kita merasa PUTUS ASA. Kita tidak lagi melihat adanya harapan bahwa situasi ini akan berubah. Kita tidak lagi melihat hidup layak untuk diperjuangkan sebab di mata kita, hidup tidak lagi bermakna. Di titik ini hidup menjadi begitu mirip dengan mati, seakan-akan hidup dan mati tidak lagi berbeda. Alasannya jelas: pada titik ini, kendati masih hidup, kita merasa bahwa sesungguhnya kita telah mati. Itu sebabnya di titik ini, cobaan mengakhiri hidup menjadi begitu kuat.

Firman Tuhan: Mazmur 62 adalah Mazmur Daud berteriak minta tolong sekaligus memproklamasikan iman yang teguh pada Allah. Dimulai dengan, "Hanya dekat Allah saja aku tenang, daripada-Nyalah keselamatanku" dan diakhiri dengan, ". . . bahwa kuasa dari Allah asalnya dan daripada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan." Mazmur 62 bukanlah satu-satunya Mazmur Daud meminta tolong. Ada begitu banyak teriakan Daud lewat Mazmur—teriakan yang menandakan kesesakan dan keletihannya.

Ya, kadang-kadang kita pun mesti datang dan meminta pertolongan Tuhan berkali-kali. Dan jangan lupa akan kuasa dan kasih setia Tuhan. Ia berkuasa dan Ia mengasihi !