Mengadakan Perubahan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T364A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Tuntutan akan perubahan ternyata diperhadapkan kepada semua orang baik itu suami istri atau juga organisasi. Ada orang yang setuju untuk berubah namun ada pula yang menolak untuk berubah. Sebagai pengambil keputusan entah itu kepala keluarga atau pimpinan organisasi harus memperhatikan beberapa hal sebelum melakukan suatu perubahan, antara lain apakah tuntutan itu beralasan, seberapa besarnya kepentingan pribadi dibandingkan dengan kepentingan umum, dampak penolakan itu pada diri kita.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Semua orang harus berhadapan dengan tuntutan akan perubahan, baik itu dalam kapasitas sebagai suami-istri, maupun sebagai pimpinan organisasi. Ada yang berhasil mengakomodasi tuntutan namun ada pula yang gagal. Yang gagal biasanya berpandangan bahwa perubahan itu tidaklah diperlukan. Sayangnya pada akhirnya kegagalan membuahkan perpecahan, baik secara terbuka ataupun tersembunyi. Itu sebabnya, sebagai pimpinan kita mesti jeli menentukan apakah perubahan sungguh diperlukan atau tidak. Berikut akan dipaparkan kriteria penentuan berdasarkan II Tawarikh 10.

  • Sebagaimana diuraikan pada ayat 4, tuntutan akan perubahan bersumber dari beratnya beban kerja yang diembankan raja Salomo kepada mereka. Kita dapat mengetahui siapakah mereka dari II Tawarikh 8:7-9. Ternyata dari Firman Tuhan kita tahu bahwa mereka adalah bukan orang Israel melainkan penduduk asli Kanaan. Namun, yang menarik untuk diperhatikan adalah, yang datang mewakili mereka—para pekerja rodi—adalah orang Israel sendiri, Yerobeam, dan yang memisahkan diri dari Kerajaan juga adalah 10 suku Israel. Sewaktu Rehabeam meminta waktu dan memutuskan untuk berkonsultasi dengan para tua-tua yang telah mendampingi raja Salomo, sekilas tampak bahwa Rehabeam telah bersikap bijaksana. Namun kenyataan, bahwa setelah mendapat nasihat mereka untuk menuruti tuntutan itu ia kemudian berkonsultasi dengan rekan-rekannya yang sebaya dengannya, memperlihatkan bahwa sebenarnya ia memang tidak menyukai nasihat para tua-tua. Kenyataan, bahwa ia langsung menyetujui nasihat orang muda sebayanya, menunjukkan bahwa memang ia sendiri ingin menolak tuntutan perubahan.
  • Sebagai pimpinan, baik di rumah tangga sendiri ataupun organisasi lainnya, kita mesti dapat menilai tuntutan perubahan secara tepat dan kriteria yang mesti digunakan adalah, APAKAH MEMANG TUNTUTAN ITU BERALASAN. Kadang kita menolak permintaan istri untuk mengadakan perubahan, karena yang meminta adalah istri. Kadang kita pun menolak permintaan pegawai karena yang meminta adalah pegawai—orang yang kita bawahi. Kita mesti memisahkan orang yang mengajukan tuntutan dari substansi atau isi tuntutan itu sendiri. Bila kita mengakui kebenaran tuntutan tersebut, maka adakanlah perubahan, tidak menjadi soal siapakah yang mengajukannya.
  • Hal kedua yang mesti diperhatikan dalam menentukan tuntutan akan perubahan adalah SEBERAPA BESARNYA KEPENTINGAN PRIBADI DIBANDINGKAN DENGAN KEPENTINGAN UMUM. Kita mafhum bahwa sering kali kepentingan pribadi tersangkut dalam kepentingan umum—dan itu tidak apa. Terpenting adalah persentase kepentingan umum mesti jauh lebih besar daripada kepentingan pribadi. Dalam kasus Rehabeam, sesungguhnya mereka meminta sesuatu yang berhubungan dengan hajat orang banyak, bukan diri mereka saja. Jadi kesimpulannya, makin besar dampak perubahan pada orang banyak, maka makin besar perhatian yang mesti diberikan pada tuntutan tersebut.
  • Hal ketiga yang mesti diperhatikan dalam menilai tuntutan akan perubahan adalah DAMPAK PENOLAKAN ITU PADA DIRI KITA. Rupanya penolakan Rehabeam membuat rakyat berkesimpulan bukan saja raja tidak peduli dengan rakyat tetapi juga bahwa raja tidak berkarakter baik.Setidaknya sepuluh suku di luar Yehuda dan Benyamin, melihat bahwa tindakan raja yang semena-mena kepada penduduk asli Kanaan bukanlah tindakan terpuji dan menjadi bukti bahwa raja tidak bersedia mendengarkan keluh kesah mereka. Pada akhirnya ketidakadilan raja kepada pekerja rodi ini membuat mereka tidak lagi dapat menghormatinya.

Sebagai suami kita pun mesti jeli melihat bagaimana istri dan anak memandang kita jika kita menolak permintaan mereka untuk berubah. Jika penolakan untuk mengadakan perubahan membuat orang memandang kita tidak berintegritas, berilah perhatian besar untuk mengadakan perubahan. Saya tidak mengatakan bahwa kita harus selalu meluluskan permintaan orang untuk berubah, namun setidaknya ketika kita menolak, mereka tidak akan dapat menuduh bahwa kita tidak berintegritas atau berkarakter buruk.

Kesimpulan

Siapa pun dan apa pun jabatan yang dipangku pada umumnya kita mesti berhadapan dengan tuntutan akan perubahan. Memang tidak selalu mudah untuk membedakan perubahan yang diperlukan dari perubahan yang sekadar diinginkan. Pada akhirnya selain memertimbangkan tiga prinsip yang dibagikan tadi, yang terpenting adalah kita berdoa, meminta hikmat dan kehendak Tuhan. Yakobus 1:5 mengingatkan, "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikannya kepada semua orang dengan murah hati . . . . " Di dalam Firman Tuhan tidak dicatat bahwa Rehabeam datang kepada Tuhan untuk meminta kehendak dan pimpinan-Nya. Inilah kesalahan besar yang berakibat fatal.