Membantu Anak Mengelola Kemarahan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T083A
Nara Sumber: 
Esther Tjahja, S.Psi.
Abstrak: 

Seorang anak sangat membutuhkan penerimaan dari orangtua bahwa marah adalah bagian emosi manusia yang merupakan hal yang manusiawi. Dan hal yang bisa dimiliki oleh setiap orang.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pengekspresian kemarahan ada dua:

  1. Secara aktif misalnya dengan memakai komunikasi verbal. Yaitu dengan kata-kata memaki, menghina orang, mengumpat bahkan juga dengan berteriak. Atau kalau tidak dengan verbal biasanya dilakukan dengan tindakan, misalnya membanting barang, memukul sesuatu, bahkan menendang sesuatu.

  2. Diekspresikan dengan pasif, biasanya ditandai dengan sikap menarik diri, berdiam diri, dengan sengaja tidak mau bertemu dengan orang lain, tidak mau berbicara, atau juga diekspresikan dalam bentuk menangis.

Hal yang menyebabkan anak marah adalah:

  1. Yang paling mendasar sering kali nampak pada anak-anak yang masih kecil, yang belum terlalu bisa mengkomunikasikan apa yang dia mau. Biasanya kalau mereka lagi sakit, badannya tidak enak, mereka tidak bisa bilang apa yang dia rasakan, bawaannya rewel, bawaannya marah.

  2. Kegagalan kadang-kadang juga bisa menimbulkan kemarahan dalam diri seorang anak. Kegagalan yang terus-menerus biasanya membuat seseorang frustrasi, perasaan frustrasi biasanya juga terus tidak tahu harus berbuat apa, tidak bisa keluar dari rasa kegagalan atau frustrasi itu biasanya berbuntut kepada kemarahan.

  3. Mungkin juga ada seorang anak itu membutuhkan perhatian dan tidak mendapatkannya, ini bisa menjadi penyebab kemarahan dalam dirinya. Reaksi orang tuanya melihat dia berbuat ini itu tidak seperti yang dia bayangkan, akhirnya mengkompensasikan diri, marah-marah supaya yang dia butuhkan itu bisa dia peroleh.

Banyak hal yang bisa menyebabkan anak marah, namun orang tua pun bisa memberikan tanggapan atau reaksi yang kurang tepat pada anak di antaranya:

  1. Yang cukup sering terjadi adalah banyak orang tua yang beranggapan marah itu dosa, jadi kemarahan itu identik dengan dosa, jadi orang tidak boleh marah.

  2. Ada juga orang tua yang malah membiarkan anaknya marah, kalau mau marah, marah sana sampai kamu bosan. Jadi orang tua merasa dan berharap dengan dia biarkan begitu saja kemarahan anak mereda.

Orang tua seharusnya bertindak dengan bijaksana. Anak sangat membutuhkan penerimaan dari orang tua bahwa marah itu adalah bagian dari emosi manusia yang manusiawi.

Jadi penerimaan itu penting, orang tua perlu menerima hal itu dan orang tua sendiri perlu mengenali ada tidak kemarahan-kemarahan dalam diri orang tua yang mungkin juga belum terselesaikan. Orang tua bisa membantu dengan mencoba mengajak anak mencari apa sebenarnya yang membuat dia marah. Pada saat anak marah memang sulit mengajak dia untuk mencari penyebab kemarahannya, biasanya itu bisa dilakukan setelah kemarahan si anak itu reda. Tetapi pada saat anak itu sedang marah-marahnya sebaiknya yang dilakukan orang tua adalah dengan tenang dan sabar menghadapinya. Mungkin kita tidak berharap dia akan menceritakan semuanya sekaligus pada saat itu. Tetapi biasanya kalau anak-anak merasa orang tuanya bisa menerima kemarahannya, ia akan mudah diajak kerja sama. Dan sebaiknya juga anak dibantu untuk bisa mengungkapkan kemarahannya dan kenapa dia marah. Itu bisa dipelajari dari orang tuanya, misalnya ibu menceritakan saya marah karena kamu pulang terlambat, tidak minta izin, jadi anak juga bisa belajar.

Amsal 14:29, "Orang yang sabar besar pengertiannya tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan." Yang ditekankan di sini adalah bahwa tidak apa-apa marah, yang harus kita ajarkan kepada anak adalah bukannya tidak boleh marah, tapi cara marah yang tepat.