Melayani Pelaku Aborsi

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T442A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kita semua orang berdosa. Kabar Baik atau Injil adalah Tuhan telah datang untuk orang berdosa dan mati untuk menebus dosa manusia. Sama seperti kita, pelaku aborsi adalah orang berdosa dan sama seperti kita, mereka pun membutuhkan pelayanan kasih karunia. Untuk kita bisa memberikan pelayanan kasih karunia, sebelumnya kita harus tahu dengan jelas siapakah pelaku aborsi tersebut, kemudian pelayanan seperti apa yang bisa kita berikan sehingga pelayanan kita bisa tepat guna dan menjadi berkat untuk para pelaku aborsi.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kita semua orang berdosa. Kabar Baik atau Injil adalahTuhan telah datang untuk orang berdosa dan mati untuk menebus dosa manusia. Sama seperti kita, pelaku aborsi adalah orang berdosa dan sama seperti kita, mereka pun membutuhkan pelayanan kasih karunia.

Berikut akan dipaparkan pelayanan yang dapat kita berikan kepada pelaku aborsi, namun sebelumnya marilah kita melihat sesungguhnya siapakah pelaku aborsi.

  1. Kendati pelaku aborsi adalah perempuan namun masalah aborsi bukanlah masalah perempuan belaka melainkan masalah perempuan DAN laki-laki. Kadang kita melupakan fakta bahwa perbuatan seksual dilakukan berdua dan hampir selalu, keputusan untuk mengaborsi merupakan keputusan bersama pula.
  2. Kebanyakan pelaku aborsi adalah remaja atau pemuda-pemudi di bawah usia 30 tahun yang belum menikah. Pada umumnya mereka berada dalam status berpacaran, akibat kegagalan menguasai diri, terjadilah hubungan seksual yang berakibatkan kehamilan.
  3. Pada umumnya pelaku aborsi merasa takut ketika menyadari bahwa seorang anak akan lahir dari hubungan seksual yang telah dilakukan. Didasari atas ketakutan inilah mereka berupaya lari dari konsekuensi perbuatan mereka dengan cara melenyapkan bayi dalam kandungan.

Melayani Pelaku Aborsi

  1. Kita hanya dapat melayani orang yang butuh dilayani dan kebutuhan akan pelayanan bersumber dari kesadaran atau keinginan untuk bertobat. Jadi, jika pelaku aborsi sama sekali tidak menganggap bahwa perbuatan mereka merupakan dosa, maka kita pun tidak dapat melayani mereka. Mazmur 139:13 -16 berkata dengan sangat jelas bahwa janin bayi adalah bakal anak yang dibuat oleh Tuhan. Itu sebabnya tindakan menghilangkannya adalah dosa.
  2. Tanda pertama pertobatan adalah penyesalan. Sudah tentu penyesalan di sini bukan penyesalan akan kehamilan dan aborsi saja, tetapi penyesalan akan pelanggaran berhubungan seksual di luar nikah. Jadi, pertobatan yang sejati bukan saja meliputi tekad untuk tidak melakukan aborsi, tetapi juga tekad untuk hidup kudus di hadapan Tuhan.
  3. Setelah kita membereskan perihal dosa, langkah berikut adalah menyampaikan kepadanya Kabar Baik atau Injil yaitu Tuhan mengampuni dosa sebab untuk itulah Ia datang ke dunia—mati bagi kita orang yang berdosa. Firman Tuhan menjanjikan, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9)
  4. Berikut, kita perlu menyampaikan kepadanya bahwa mulai dari saat ini, ia harus hidup di dalam dan melalui kasih karunia. Efesus 2:8 berkata, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah." Kita menerima keselamatan berdasarkan anugerah dan kita hanya dapat hidup dalam keselamatan berdasarkan anugerah pula. Bentuk nyata dari hidup dalam anugerah adalah sebagai berikut:
    1. Kita terus menghargai pengampunan Tuhan dan berusaha keras untuk tidak menyia-nyiakan kemurahan-Nya. Dengan kata lain, kita takut berdosa dan tidak mau mendukakan Roh Kudus.
    2. Kita mungkin secara berkala dirundung rasa bersalah tatkala mengingat perbuatan kita mengaborsi anak yang Tuhan berikan. Namun rasa bersalah tidak menguasai diri kita lagi, bukan karena kita benar tetapi karena kita telah dibenarkan Tuhan.
    3. Kita menyerahkan anak itu kepada Tuhan. Tubuh jasmaniahnya telah tiada, tetapi rohnya tetap ada. Berdasarkan kasih karunia kita meyakini bahwa anak itu sekarang bersama dengan Kristus.
    4. Kita menyerahkan hidup dan relasi kita kepada Tuhan supaya diberkati dan dipakai demi kemuliaan-Nya. Kita tidak hidup di bawah bayang-bayang kesalahan di masa lampau melainkan di bawah bayang-bayang pengharapan di masa depan. Mazmur 130:1-4 memberi janji yang maha indah ini, "Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu ya Tuhan! Tuhan dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya Tuhan mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan supaya Engkau ditakuti orang."