Mekanisme Pertahanan Diri (IV)

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T447D
Nara Sumber: 
Ev.Sundunata Kurniawan, M.K.
Abstrak: 
Di bawah tekanan kecemasan yang berlebihan, seseorang bisa terpaksa menempuh cara-cara ekstrem untuk menghilangkan tekanan.Cara-cara itu disebut mekanisme pertahanan diri.Meskipun mekanisme pertahanan diri adalah normal dan digunakan oleh semua orang, namun bila digunakan secara ekstrem atau berlebihan, mekanisme ini menyebabkan perilaku kompulsif dan neurotik.Perbincangan kali ini membahas 26 macam mekanisme pertahanan diri.Apa saja itu?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada 10 macam mekanisme pertahanan diri yang sudah dibahas, kini akan kita lanjutkan dengan membahas lima lagi yaitu :

11. SUBLIMASI

Sublimasi merupakan usaha tak disadari untuk mengalihkan hasrat dan dorongan-dorongan yang bersifat primitif ke perilaku yang dapat diterima secara sosial oleh norma masyarakat. Dikatakan bersifat primitif karena berkenaan dorongan agresivitas dan dorongan seksual. Misalkan, seseorang yang memiliki dorongan yang sangat agresif dan kemudian menyalurkannya ke seni bela diri atau olah raga tinju. Lewat kompetisi bela diri atau pertandingan tinju, dia bisa memenangkan trofi atau sabuk juara dan mendapatkan sanjungan penggemar serta penonton.

Contoh lain:Dorongan agresivitas disalurkan dengan menjadi pengacara atau advokat hukum. Dorongan seksual disalurkan dengan menjadi pengasuh atau perawat anak, aktivis kemanusiaan.

Jadi, sublimasi merupakan cara sehat untuk mengatasi dorongan-dorongan yang menuntut dan sering kurang dapat diterima secara sosial, meskipun tidak akan benar-benar memuaskan dorongan-dorongan tersebut, karena adanya keberbedaan bentuk.

12. SUBSTITUSI

Jika sublimasi merupakan ungkapan dorongan hati yang tidak dapat diterima dengan mengarahkan kembali dorongan itu melalui saluran yang tidak berkaitan, substitusi merupakan mekanisme pertahanan diri berkaitan dengan keinginan tertentu dan berakhir dengan menerima pemenuhan keinginan itu secara sebagian atau dengan sedikit diubah.

Contoh: seorang pria muda yang mungkin tidak sadar bahwa ia memiliki sikap bermusuhan yang disembunyikan terhadap ibunya dan kaum wanita pada umumnya. Ia membuat lelucon yang penuh kritik tentang kebodohan dan rendahnya wanita dan kemudian tidak memahami mengapa beberapa orang merasa tersinggung.

13. PENYANGKALAN

Penyangkalan adalah mekanisme pertahanan diri melawan kecemasan dengan "menutup mata" terhadap kenyataan yang mengancam, menyakitkan dan negatif dan menolak sejumlah aspek kenyataan yang membangkitkan kecemasan.

Contoh: kecemasan atas kematian orang yang dicintai, apalagi secara mendadak, sering diwujudkan oleh penyangkalan terhadap fakta kematian. Dalam peristiwa-peristiwa tragis seperti perang atau bencana-bencana lainnya, mengalami sakit kanker, orang-orang sering cenderung membutakan diri terhadap kenyataan-kenyataan yang terlalu menyakitkan untuk diterima.

Penyangkalan dalam fase awal merupakan cara sehat untuk meredakan rasa keterkejutan atau shock. Individu dapat melakukan proses adaptasi dengan kondisi yang drastis tersebut dan menghindarkan diri dari tenggelam dalam rasa cemas atau depresi. Namun, jika berlarut-larut dan berkepanjangan akan menghambat dan merugikan individu tersebut.

14. INTROYEKSI

Proyeksi mencakup pengarahan dorongan yang tidak diinginkan ke objek eksternal. Dari dalam ke luar untuk sifat yang negatif. Introyeksi adalah mekanisme pertahanan di mana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain ke dalam dirinya sendiri. Dari luar ke dalam untuk hal yang positif. Membawa kepribadian orang lain masuk ke dalam diri, karena dengan demikian dia dapat menyelesaikan masalah perasaan yang mengganggunya.

Contoh: seorang anak yang sering ditinggal orang tuanya yang sibuk akan selalu mencoba menjadi "ibu" untuk menghilangkan rasa takut dan kesepiannya. Berbicara kepada boneka seolah-olah dia ibu dan boneka itu bayinya.

15. ISOLASI

Mengisolasi peristiwa dalam pikiran atau mengisolasi emosi dari ingatan. Dalam isolasi, dorongan, pikiran, atau tindakan tidak menolak akses kepada kesadaran, tetapi menolak emosi yang biasa menyertainya. Berbagai emosi yang tidak bisa diterima, seperti: iri hati, ketamakan dan hawa nafsu, dipisahkan dari pikiran sadar dan diisolasi dari kesadaran yang disadari.

Hal ini merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya orang yang berduka karena kematian keluarga, mengatakan "sudah nasibnya" atau "sekarang sudah tidak menderita lagi" dengan sambil tersenyum.