Masalah Orangtua dan Remaja

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T004B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Remaja adalah masa yang sedang mengalami pergolakan dan disinilah orangtua harus mengarahkan remaja pada rel yang telah ditetapkan.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Dr. James Dobson pernah mengeluarkan satu kalimat bahwa anak yang dibesarkan di keluarga yang baik, sehat belum tentu akan bertumbuh besar menjadi anak yang baik-baik. Sebagai orang tua kita menyadari bahwa kita bukanlah orang tua yang sempurna namun dalam keterbatasan pengakuan kita, kita berupaya sebaik-baiknya menanamkan nilai moral kristiani yang baik kepada anak-anak kita. Tapi tatkala mereka menginjak usia remaja atau dewasa awal mereka berbalik arah. Hal-hal dibawah inilah yang sangat perlu diketahui oleh orang tua, kenapa itu bisa terjadi:

  1. Orang tua harus memahami dinamika pertumbuhan remaja. Remaja adalah usia yang penuh pergolakan, karenanya remaja akan mengalami pergumulan untuk bisa berjalan di rel yang benar atau yang telah ditetapkan oleh orang tuanya. Secara rasional dia sudah sadar apa yang harus dia lakukan, namun gejolak internal dalam dirinya cenderung menghasilkan letupan-letupan keinginan untuk bereksperimen. Kalau dalam hal ini orang tua tidak bisa memahami, bisa terjadi tabrakan muka denga muka, artinya apa, ibarat kambing yang sedang berkelahi, dua-duanya akan mengadukan kepala mereka dan membenturkannya dengan keras. Timbullah sikap memberontak anak. Salah satu kebutuhan hakiki pada diri kita manusia adalah kebutuhan untuk dimengerti. Demikian juga dengan anak, anak butuh dimengerti. Sewaktu dia merasa tidak dimengerti oleh orang tua dia akan mencari orang yang bisa mengertinya, biasanya teman- temannya. Masalahnya adalah kalau dia berteman dengan anak yang kurang baik, dia pasti akan menerima pengaruh atau nilai-nilai moral yang tidak baik juga.

  2. Anak bisa mengalami frustrasi, sewaktu dia merasa ada salah satu orang tuanya yang tidak memahami dirinya dan terus beradu tanduk dengan dia. Dalam hal ini anak cenderung lebih tergoda untuk mengekspresikan rasa frustrasinya di luar.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh kita sebagai orang tua.

  1. Amsal 15:1, "Jawaban yang lemah lembut, meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah." Ini adalah titik awal yang baik yakni sewaktu anak mulai melakukan hal yang tidak kita inginkan sebisanya kita tetap menggunakan kata-kata yang lemah lembut. Artinya kita bukannya tidak boleh marah atau tidak boleh menegur dia, boleh tetapi harus hati-hati.

  2. Rasul Paulus juga menghimbau kepada kaum ayah agar "jangan membangkitkan amarah pada diri anak." Jadi memang harus ada keseimbangan, artinya adalah jangan kita itu segan untuk tegas kepada anak, anak yang perlu dihukum; dihukum. Tapi waktu menghukum jangan menghina sehingga itu membangkitkan kebencian anak kepada kita.