Kerugian Dapat Menjadi Keuntungan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T482B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Kita pasti pernah mengalami kerugian. Mungkin kita pernah mengalami kerugian uang atau kerugian waktu, merasa bahwa pernikahan kita adalah suatu kerugian dan berharap bahwa kita menikah dengan orang lain. Ya, kerugian membuat kita merasa kehilangan sesuatu yang seharusnya kita miliki. Pertanyaannya adalah apakah di mata Tuhan kerugian selalu adalah kerugian ? Dari kehidupan Yakub, kita dapat menyimpulkan bahwa di tangan Tuhan kerugian tidak selalu berekor kerugian.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kita pasti pernah mengalami kerugian. Mungkin kita pernah mengalami kerugian uang atau kerugian waktu. Mungkin kita merasa bahwa pernikahan kita adalah suatu kerugian dan berharap bahwa kita menikah dengan orang lain. Ya, kerugian membuat kita merasa kehilangan sesuatu yang seharusnya kita miliki. Pertanyaannya adalah, apakah di mata Tuhan kerugian selalu adalah kerugian? Dari kehidupan Yakub, kita dapat menyimpulkan bahwa di tangan Tuhan kerugian tidak selalu berekor kerugian. Mari kita lihat.

Pada waktu Yakub dibawa oleh Yusuf ke Mesir, dalam perjumpaannya dengan Firaun, Yakub mengatakan demikian, "Tahun-tahun pengembaraanku sebagai orang asing berjumlah seratus tiga puluh tahun. Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya, tidak mencapai umur nenek moyangku, yakni jumlah tahun mereka mengembara sebagai orang asing" (Kejadian 47:9). Yakub mengatakan bahwa hidupnya buruk. Mengapakah demikian? Besar kemungkinan Yakub membicarakan tentang pelariannya dari rumah karena ancaman Esau kakaknya akibat perbuatannya mempedayai ayahnya dan mengambil berkat anak sulung. Juga tentang kehidupannya di Haran bersama mertuanya yang memanfaatkan serta membuat hidupnya susah. Dan, tentulah ia pun membicarakan tentang penderitaannya kehilangan putranya Yusuf, yang dikira mati dimakan binatang buas. Namun, yang tidak diketahui Yakub adalah bahwa Tuhan memakai kejahatan anak-anaknya untuk mengirim Yusuf ke Mesir untuk akhirnya memelihara Israel. Kerugian dan kehilangannya adalah untuk menggenapi rencana Tuhan. Inilah pelajaran pertama yang dapat kita petik. Ya, TUHAN MENGIZINKAN KERUGIAN DAN KEHILANGAN TERJADI UNTUK MENGGENAPI RENCANA-NYA. Untuk waktu yang lama, Yakub tidak dapat melihat itu; namun pada akhirnya ia mengerti.

Pelajaran kedua yang dapat kita petik adalah TUHAN MENGIZINKAN KERUGIAN DAN KEHILANGAN TERJADI SEBAB ITU BAIK BUAT KITA. Sesungguhnya kerugian dan kehilangan adalah alat di tangan Tuhan untuk melengkapi sekaligus menyempurnakan pembentukan Tuhan dalam diri kita. Mungkin bila kita tidak mengalami kehilangan, maka kita bersandar pada kemampuan sendiri. Atau, kita menjadi sombong dan tidak memerlukan siapa pun. Sebaliknya, karena kehilangan dan kerugian, kita menjadi lebih rendah hati dan lebih mengasihi. Jika demikian seharusnya kita menyikapi kerugian dan kehilangan, apakah yang harus kita perbuat pada saat kita mengalami kerugian dan kehilangan? Berikut akan dipaparkan langkah yang mesti kita ambil.

  1. Bertanyalah apakah kerugian atau kehilangan ini dapat dicegah atau tidak? Apakah penyebabnya adalah kelalaian sendiri atau ada hal lain yang terjadi di luar dugaan dan kemampuan kita untuk menangkalnya? Bila ternyata, kita berandil, akuilah. Jangan salahkan orang lain, termasuk Tuhan. Mintalah maaf kepada siapa pun yang terpengaruh oleh dampak kerugian ini. Namun, jika tidak ada yang dapat kita perbuat untuk mencegahnya, kita harus menerima kerugian apa adanya.
  2. Kedua, kita tidak dapat menebus kembali apa yang telah hilang, jadi, jangan berusaha menebusnya. Kadang akibat rasa bersalah, kita berusaha melakukan sesuatu tetapi masalahnya adalah, tindakan kita malah makin mengacaukan dan menyusahkan hidup kita atau orang yang dekat dengan kita. Jadi, berhentilah menebus. Apa yang telah hilang tidak dapat dibawa kembali. Lepaskanlah dan jadikanlah itu catatan di dalam hidup kita.
  3. Ketiga, kita harus menyesuaikan diri dan melanjutkan hidup dengan kerugian dan kehilangan itu. Kita tidak dapat mempertahankan hidup yang sama seperti sebelum terjadinya kerugian. Mungkin kita tidak sekuat dulu atau tidak secepat dulu. Apa pun itu yang kita derita akibat kerugian yang dialami akan menjadi seperti batu besar yang merintangi jalan dan memaksa kita untuk mengitarinya sebelum kita dapat melewatinya. Kita tahu bahwa batu besar itu adalah untuk kita dan baik bagi kita. Batu besar itu ada dalam rencana Tuhan, bukan di luar.

Nasihat Firman Tuhan : Rasul Paulus adalah seorang Farisi yang berguru pada seorang Farisi yang berpengaruh. Kehidupannya nyaman dan terbentang dengan luas. Namun Tuhan memanggilnya dan memakainya menjadi pemberita Injil Kristus. Paulus mengalami kerugian dan kehilangan. Namun coba dengar pengakuannya yang dicatat di Filipi 3:7, "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap sebagai rugi karena Kristus." Bagi Paulus semua kelancaran hidup yang dialaminya dulu adalah kerugian sebab di dalam kelancaran itu ia sama sekali tidak mengenal dan percaya pada Yesus, Juruselamat dunia. Sebaliknya sekarang, meski hidupnya tidak lancar dan sering terintangi, ia telah mengenal dan menerima anugerah pengampunan Kristus. Baginya ini adalah keuntungan besar. Ya, adakalanya Tuhan menempatkan batu besar di tengah jalan—batu kerugian—supaya kita mengitarinya dan berjumpa dengan Tuhan Kita Yesus, yang tengah berdiri menanti kita.