Keinginan dan Kenyataan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T593B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Biasakan diri hidup apa adanya, keinginan adalah cermin kehidupan dan cermin diri yang kita dambakan, hiduplah sesuai dengan kenyataan, ikuti rencana Tuhan dan taat pada kehendak-Nya
Audio
MP3: 
Play Audio: 


Ringkasan

Salah satu keuntungan menjadi tua adalah kita lebih dapat melihat kenyataan hidup. Sewaktu muda kita hanya dapat berangan-angan atau menduga-duga, tetapi di usia tua barulah kita bisa melihat kenyataan. Kita boleh memunyai keinginan namun pada akhirnya kita harus menerima kenyataan apabila keinginan tidak tercapai. Kematangan jiwa diperlihatkan dari apakah kita bersedia menerima kenyataan atau tidak. Berikut akan dipaparkan beberapa pelajaran tentang keinginan dan kenyataan serta pentingnya hidup dalam kenyataan. Sudah tentu akan ada kenyataan yang sesuai harapan, tetapi akan ada pula kenyataan yang tidak sesuai harapan. Di saat itulah kita diperhadapkan dengan dua pilihan: (a) mengakui dan hidup sesuai dengan kenyataan atau (b) menyangkal dan tidak hidup sesuai kenyataan. Bila kita memutuskan untuk menerima kenyataan, maka kita mesti menyangkal keinginan. Sebaliknya, jika kita memutuskan untuk hidup sesuai keinginan, maka kita harus menyangkal kenyataan.

Dari dua pilihan ini sudah tentu pilihan yang baik adalah menerima kenyataan dan tidak menuruti keinginan. Namun, saya mafhum betapa sukarnya menerima dan hidup dalam kenyataan, dan betapa jauh lebih mudah untuk hidup dalam keinginan. Pertanyaannya, mengapa begitu sukar bagi kita untuk hidup sesuai kenyataan? Ada beberapa penyebabnya.

Pertama, keinginan adalah cermin kehidupan dan diri yang kita dambakan—yang biasanya lebih baik daripada kehidupan atau diri kita sekarang ini. Itu sebab sewaktu kehidupan dan diri yang diidamkan tidak menjadi kenyataan, kita tidak siap dan tidak mau menerimanya. Kita berontak dan malah berusaha menggenggam keinginan atau impian itu. Kita tidak mau dan tidak rela menerima kehidupan dan diri yang tidak sebaik yang diidamkan.

Ada orang yang kehilangan pekerjaan. Setelah melamar sana-sini, akhirnya jelas terlihat bahwa pekerjaan yang ada ialah jenis pekerjaan yang bukan sesuai keinginannya. Bukannya diambil, mereka menolak dan terus menunggu jenis pekerjaan yang diinginkan. Akhirnya mereka menjadi pengangguran. Masalahnya adalah makin lama menganggur, makin mengecil—bukan membesar—kemungkinan memeroleh pekerjaan apa pun.

Kedua, kita merasa malu. Mungkin kita telah banyak berbicara tentang diri kita atau orang yang kita banggakan. Kita tidak sanggup mengakui bahwa ternyata yang kita bicarakan itu tidak menjadi kenyataan. Jadi, akhirnya kita tutupi dan terus berharap supaya keadaan berubah secara ajaib dan kita tidak lagi perlu malu. Kita tahu, jarang sekali ini terjadi.

Ada orang yang berharap tinggi pada anaknya. Sejak anak kecil, mereka sering memujinya. Tidak hanya menyekolahkan di sekolah yang baik, mereka pun mengharuskan anak untukmengambil banyak les untuk menambah keterampilan. Namun setelah anak besar, ia berbalik arah. Anak tidak ingin menjadi diri seperti yang didambakan orangtuanya. Akhirnya anak melanglang buana hidup dalam pengembaraan dan ketidakmenentuan. Daripada mengakui kenyataan, orangtua malah menutupi. Mereka membuat alasan di mana anak berada dan apa yang dilakukan oleh anak. Mereka terus hidup dalam keinginan dan menyangkal kenyataan.

Ketiga, kita tidak ingin berubah. Kita terlalu nyaman dengan kehidupan yang selama ini kita jalani. Kita sudah terbiasa dan terkait erat dengan aktivitas yang rutin kita lalui. Kenyataan memaksa kita untuk mengubah semua itu tetapi kita tidak mau. Kita sulit meninggalkan segala sesuatu yang menimbulkan kenyamanan. Itu sebab kita menolak kenyataan.

Ada orang yang mesti menerima kenyataan bahwa mereka tidak lagi kaya seperti sediakala. Mereka pernah kaya raya tetapi sekarang karena pelbagai hal, tidak lagi kaya. Betapa tidak mudahnya mereka hidup sesuai kenyataan. Banyak yang memilih untuk hidup seakan-akan mereka masih kaya dan jaya. Akhirnya ini yang terjadi: pengeluaran dan gaya hidup tetap tinggi, namun penghasilan rendah. Mereka pinjam uang kanan-kiri, dan tidak bisa bayar. Sebagian malah jatuh ke dalam dosa penipuan dan kejahatan lainnya. Dallas Willard, seorang filsuf dan penulis Kristen berkata bahwa awalnya keinginan menang; kita dapat menyangkal atau menutupi kenyataan. Namun pada akhirnya kenyataan menang dan keinginan kalah. Kita tidak dapat mengalahkan kenyataan. Jadi, sudah selayaknya kita hidup sesuai kenyataan. Ada beberapa masukan untuk kita hidup dalam kenyataan.

Pertama, kita mesti mengakui keinginan kita dan mengakui mengapa kita tidak mau menerima kenyataan. Kadang karena ingin terlihat rohani, kita menyembunyikan keinginan atau menyangkal bahwa kita tidak ingin menerima kenyataan. Sebagai gantinya kita menyajikan alasan-alasan yang tidak tepat tetapi terlihat baik.Tidak perlu menyembunyikannya karena Tuhan tahu. Jadi, akuilah, baik keinginan maupun kesulitan kita menerima kenyataan.

Kedua, dari awal biasakan diri untuk hidup apa adanya sesuai dengan kondisi dan kemampuan. Jangan menyajikan diri yang lebih baik daripada aslinya dan sudah tentu, jangan membesar-besarkan diri. Jangan tonjolkan kekuatan, sebaliknya, beranilah mengakui kekurangan. Makin hidup apa adanya, makin ringan beban yang dipikul. Kita tidak perlu bekerja keras menjadi diri yang bukan apa adanya. Sewaktu keinginan tidak tercapai, kita pun lebih mudah mengakuinya karena kita tidak diikat rasa malu dan tidak harus sempurna. Kita adalah manusia biasa.

Ketiga, bawalah keinginan dan kekecewaan kita kepada Tuhan. Tidak salah membawa keinginan kepada Tuhan selama kita pun rela dimurnikan, sebab tidak semua keinginan kita berkenan kepada Tuhan dan baik bagi kita. Mazmur 37:4 berkata, "Dan bergembiralah karena TUHAN, maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." Dan, tidak apa mengakui kekecewaan kita kepada Tuhan sewaktu apa yang diharapkan tidak terjadi. Berdoalah sebagaimana Tuhan Kita Yesus berdoa di malam Ia ditangkap, "Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang terjadi." Tuhan tahu apa yang baik buat kita dan Ia memunyai rencana yang baik untuk kita. Jadi, ikutlah rencana-Nya dan taatilah kehendak-Nya. Amsal 3:7-8 mengingatkan, "Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak; takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu." Ya, sewaktu kita ikut rencanaTuhan dan taat pada kehendak-Nya, kita akan hidup dalam kenyataan, dan ini akan menyembuhkan tubuh kita dan menyegarkan tulang-tulang kita. Kita hidup tanpa beban!