Ekses Keluarga Jarak Jauh

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T041B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Salah satu ekses atau dampak dari keluarga jarak jauh adalah terjadinya ketidakseimbangan yang mengakibatkan terciptanya lubang-lubang kebutuhan yang besar. Kebutuhan yang dia rasakan bahwa dia memerlukan seseorang yang bersama dengan dia.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Keberadaan suami dan istri yang terpisah oleh jarak akan menghasilkan akibat-akibat sebagai berikut:

  1. Akan menimbulkan ketidakseimbangan.
    Dibagi dalam dua kategori:
    1. Pertama, ketidakseimbangan inter-personal. Yang saya maksud dengan inter-personal adalah kita ini membutuhkan satu sama lain untuk bisa mengisi kebutuhan kita sewaktu kehilangan dia kita akan mengalami ketidakseimbangan dalam kehidupan ini.

    2. Kedua, ketidakseimbangan intra-personal. Maksudnya, kita yang sudah terbiasa hidup atau berfungsi dengan kehadiran pasangan kita, akan merasakan adanya hal-hal yang terpenuhi oleh karena kehadiran pasangan kita.

  2. Sewaktu berpisah kita harus mulai menata hidup kembali supaya bisa terus hidup. Sebab kalau kita terus dirundung kesedihan karena "kehilangan" pasangan kita, bisa-bisa kita tidak bisa berfungsi dengan optimal atau kita tidak bisa bekerja dengan penuh konsentrasi, dan sebagainya.

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum berpisah:

  1. Manfaat dan kerugiannya
    Suami istri dengan pikiran yang jernih harus merinci dan mempertimbangkan manfaat atau kerugiannya yang lebih besar.

  2. Permanen atau sementara
    Sebisa-bisanya jadikanlah keterpisahan dengan keluarga itu sebagai sesuatu yang sementara. Kalau bisa suami-istri itu tetap bersama, jadi lakukan perpisahan hanya kalau sudah sangat terpaksa.

  3. Perhatikan kuat lemahnya
    Meskipun harus berpisah, tetap harus dipertimbangkan kuat lemahnya. Dan mampukah kita melaluinya? Kalau disadari bahwa kita tidak kuat lebih baik jangan pergi atau berpisah. Sebab akhirnya akan berantakan dan kita jatuh ke dalam pencobaan.

  4. Anak
    Keberadaan anak juga harus dipertimbangkan.

    1. Faktor Usia
      Kalau tidak karena sangat terpaksa, jangan meninggalkan anak yang masih kecil. Semakin besar anak, misalnya remaja belasan tahun lebih bisa ditinggalkan.

    2. Faktor kebutuhan
      Kebutuhan anak bermacam-macam, sebab setiap anak tidak sama. Ada anak yang sangat tergantung pada salah satu orang tua, misalnya karena dia anak perempuan satu-satunya maka dia sangat dekat dengan ibunya. Nah seandainya sekarang mereka harus berpisah karena si anak disekolahkan di luar kota atau negeri, ini mungkin akan berdampak tidak baik bagi si anak sebab dia kehilangan pegangan hidup yaitu mamanya. Atau kebalikannya anak laki-laki tunggal sangat dekat pada ayahnya, ayah menjadi model, pegangan hidup, tempat mencurahkan isi hati, dan sekarang terpisah. Ini bisa sangat menggoncangkan diri si anak.

Kolose 3:17, "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan lakukanlah semua itu dalam nama Tuhan Yesus…."

Semua orang yang harus berpisah dengan keluarganya, dengan suami atau istri, atau anak-anak yang berpisah dari ayah atau ibunya, patut mengingat ayat ini. Apapun yang kita lakukan, lakukankah dalam nama Tuhan Yesus. Jadi meskipun tidak diawasi atau tidak dilihat oleh pasangan kita, kita harus selalu bertanya: "Dapatkah saya berkata, saya melakukan hal ini dalam nama Tuhan Yesus?" Sebab itulah yang Tuhan minta.