Dinamika Pernikahan Pendeta

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T521B
Nara Sumber: 
Ev. Sindunata Kurniawan, M.K.
Abstrak: 
Seorang pendeta tetap perlu pendampingan pacaran dan pranikah yang mendalam dan berkualitas. Pernikahan perlu dirawat dan ditumbuhkan dengan benar sehingga manfaatnya banyak. Anak-anak yang dikaruniakan akan menduplikasi pernikahan orang tuanya yang berkualitas. Warga jemaat akan memiliki model hidup dan motivasi kuat untuk membangun pernikahan yang berkualitas, sehingga kehidupan pernikahan yang buruk bisa dihindari.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Istilah pendeta di sini luas, yakni hamba Tuhan sepenuh waktu yang melayani di gereja maupun pelayanan di luar gereja, baik yang ditahbiskan gereja sebagai pendeta, pendeta muda, evangelis, guru Injil maupun yang tidak ditahbiskan gereja. Untuk mudahnya dalam bahasan kita di sini disebut pendeta. Dalam pandangan sebagian orang pendeta masih dianggap seperti setengah malaikat setengah manusia. Secara otomatis kalau sudah menyandang predikat pendeta, berarti serta-merta unggul dalam pemahaman dan praktik hidup firman Tuhan sekaligus, unggul kematangan rohani, kecerdasan emosi dan intelektual sekaligus, unggul dalam pengasuhan anak dan pernikahan. Kenyataannya, hal-hal tersebut tidak serta-merta melekat pada seorang yang berpredikat pendeta. Sesuai bahasan kita tentang pernikahan, maka sangat mungkin pula seorang pendeta bisa memiliki kehidupan pernikahan yang buruk yang bahkan bisa berujung pada KDRT, perselingkuhan, perpisahan dan perceraian, yang tidak berbeda dengan pergumulan pernikahan warga jemaat pada umumnya. Maka :
  1. Seorang pendeta tetap perlu pendampingan pacaran dan pranikah yang mendalam serta berkualitas. Terkadang ketika seorang pendeta mendatangi pendeta senior untuk meminta pendampingan berkenaan relasi pacaran dan pranikah, akan ditertawakan. "Lha, kamu ‘kan lulusan sekolah teologi, apalagi kalian berdua juga sama-sama lulusan Sekolah Teologi. Sudah mengerti dari mata kuliah - mata kuliah pastoral. Cukup 2-3 sesi pertemuan saja ya?" Padahal, mengetahui tidak sama dengan mengalami. Perkuliahan cenderung bersifat akademis dan intelektual. Maka, kalau pendampingan pranikah semata-mata bersifat formal dan di permukaan oleh pendeta senior yang akan memimpin pemberkatan pernikahan, berusahalah untuk mencari menu tambahan. Yakni mendatangi konselor atau mentor yang bisa melakukan pendampingan mendalam lewat membuka sisi-sisi hidup kita dan calon pasangan, memperbaiki sisi-sisi diri yang masih terdistorsi, melatih dan menanamkan pola baru yang sehat.
  2. Bagi yang sudah menikah, rawatlah secara sengaja pernikahan lewat:
    1. Memberi waktu berbincang berdua dengan pasangan nikah tiap hari. Memiliki Jam Romantik mingguan atau minimal 2 kali per bulan, yakni waktu kencan berdua dan terpisah dengan agenda pembicaraan tentang aneka masalah keluarga maupun pelayanan
    2. Miliki mentor pernikahan dan minimal bertemu 4 bulan sekali
    3. Ikuti seminar, retret pernikahan atau membaca bersama artikel-artikel Telaga dan buku buku tentang pernikahan
    4. Bergabung dengan KTB (kelompok tumbuh bersama) pasutri yang autentik
    5. Ambil waktu cuti untuk bulan madu kedua, ketiga dan seterusnya
    6. Secara periodik tiap enam bulan buatlah evaluasi dan sasaran pertumbuhan kualitas pernikahan
Alasan kuat pendeta perlu merawat dan menumbuhkan kualitas pernikahannya:
  1. Pernikahan senantiasa memiliki fase-fase krisis sejalan dengan pertambahan usia diri dan pernikahan, fase-fase tumbuh kembang anak dan pergumulan pelayanan
  2. Seorang pendeta bukan menikah dengan pelayanannya atau gerejanya. Pernikahan bukanlah objek pelengkap diri seorang pendeta, apalagi beban pelayanan. Seorang pendeta menikah dengan sosok manusia ciptaan Allah yang dinamis dan jauh lebih berharga daripada sekumpulan kegiatan pelayanan. Dua menjadi satu terjadi pada sepasang suami isteri, bukan dengan pelayanan maupun sekumpulan warga jemaat yang dilayani.
  3. Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban di Pengadilan Terakhir apakah kita hamba yang baik dan setia dari pernikahan yang Tuhan percayakan.
  4. Pernikahan pendeta yang dirawat dan dipertumbuhkan dengan benar sangat multimanfaat:
    1. Sang pendeta dan pasangan akan bertumbuh makin mengalami keserupaan Kristus
    2. Anak-anak yang Tuhan karuniakan dalam pernikahan menjadi anak-anak yang diberkati. Kehidupan pernikahan yang berkualitas menjadi fondasi kokoh dan atmosfer sehat bagi tumbuh kembang anak-anak. Dan kelak mereka mudah menduplikasi pernikahan orang tuanya yang berkualitas
    3. Warga jemaat akan memiliki model hidup dan motivasi kuat untuk membangun pernikahan yang berkualitas pula
    4. Menjadi magnet bagi orang-orang dunia untuk mengenal Kristus di tengah tsunami kualitas pernikahan masyarakat Indonesia yang kian memburuk. Bandingkan data Indonesia tahun 2013 merupakan negara Asia Pasifik yang memiliki angka perceraian yang tertinggi.

Akhirnya, dukungan aktif majelis, warga jemaat, dan pemimpin pelayanan lainnya dibutuhkan bagi pernikahan pendeta yang berkualitas. Misalkan, bersedia menjagakan anak-anak sang pendeta yang masih kecil-kecil agar sang pendeta dan pasangan memiliki kesempatan Jam Romantik secara teratur. Mendukung cuti pendeta untuk bulan madu, rekreasi keluarga, mengikuti seminar dan retret pernikahan.