Cinta Pertama Mitos atau Realitas

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T130A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Apakah cinta pertama riil atau mitos belaka? Jika mitos, mengapa begitu banyak orang yang mengalaminya dan berhasil mempertahankannya sampai ke pernikahan? Sebaliknya bila riil, mengapa begitu banyak yang hanya mengalaminya secara sementara? Materi ini akan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Apakah cinta pertama riil atau mitos belaka? Jika mitos, mengapa begitu banyak orang yang mengalaminya dan berhasil mempertahankannya sampai pernikahan? Sebaliknya, bila riil, mengapa begitu banyak yang hanya mengalaminya secara sementara?

"Cinta atau kasih merupakan suatu fenomena yang kompleks untuk dijelaskan namun begitu nyata dan mudah untuk dialami. Alkitab sendiri tidak pernah memberikan definisi cinta; 1Korintus 13 hanyalah menjabarkan karakteristik kasih.

  1. Cinta tidak dapat terlepas dari unsur suka; rasa suka melahirkan ketertarikan dan rasa ketertarikan yang bertambah kuat akan menimbulkan kebergantungan. Kebergantungan membuahkan keintiman dan pada akhirnya keintiman membawa kita kepada penyatuan. Cinta mulai berawak dari titik suka dan mencapai puncaknya pada penyatuan.

  2. Cinta pertama sebenarnya rasa ketertarikan yang kuat yang didasari atas rasa suka. Sebelum kita berjumpa dengan orang tersebut, sesungguhnya kita sudah membawa cetak biru pasangan yang kita dambakan. Cetak biru ini bisa kita sadari namun dapat pula tidak kita sadari. Pertemuan dengan orang tersebut sebenarnya adalah realisasi cetak biru yang kita miliki. Itu sebabnya sebagian orang melaporkan bahwa tatkala mereka bertemu dengan pasangannya untuk pertama kali, mereka langsung "tahu" bahwa orang itulah yang akan menjadi pasangan hidupnya.

  3. Cinta pertama boleh dianggap sebagai cinta, boleh juga dipanggil hanya sebagai ketertarikan; yang penting adalah, apa pun yang akan kita perbuat dengan perasaan ini haruslah kita lakukan dengan penuh tanggung jawab. Tindakan yang saya sarankan adalah:

    1. Jangan membuat komitmen permanen atau memberi janji kepastian pada tahap ini sebab ketertarikan ini didasari atas hal-hal yang kita sukai yang kita temukan pada dirinya. Kita belum menemukan hal-hal yang tidak kita sukai dan kita belum tahu apa reaksi kita selanjutnya jika menemukan hal-hal yang tidak kita sukai. Bertemanlah dulu dan berilah satu kurun untuk mengenalnya lebih dalam. Berdoalah meminta petunjuk Tuhan.

    2. Jika rasa ketertarikan ini stabil dan malah makin bertumbuh, misalkan setelah beberapa bulan, ajaklah dia untuk mendoakan relasi ini. Jika ia bersedia, tentukan satu periode di mana masing-masing mendoakan relasi ini. Pada tahap ini, jangan membuat komitmen apa pun selain komitmen untuk mendoakan saja.

    3. Jika ia pun memiliki perasaan yang sama setelah mendoakan relasi ini, barulah buat komitmen untuk menjalani masa berpacaran. Masa berpacaran adalah masa penjajakan dan persiapan menuju pernikahan. Berpacaran bukan menikah, jadi, bila tidak menemukan kecocokan, silakan berpisah. Di pihak lain, berpacaran bukanlah masa berkenalan yang sepele; ini adalah masa yang menuntut keseriusan dan tanggung jawab pula.

    4. Relasi yang bertumbuh adalah relasi yang berkembang dari Tahap Suka ke Tahap Ketertarikan, ke Tahap Kebergantungan, ke Tahap Keintiman, dan akhirnya ke Tahap Penyatuan.

Firman Tuhan: Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan penzinah akan dihakimi Allah. Ibrani 13:4