Bisakah Mengubah Pasangan ?

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T371A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu perbedaan utama antara sebelum dan sesudah menikah adalah, pada masa sebelum menikah, kita cenderung MENERIMA pasangan sedangkan setelah menikah, kita cenderung MENGUBAH pasangan. Singkat kata, sebelum menikah kita berusaha menerima pasangan apa adanya namun setelah menikah, kita menyadari bahwa tidak semua tentang pasangan dapat kita terima apa adanya. Pertanyaannya adalah apakah kita dapat mengubah pasangan? Dan jawabannya adalah tidak bisa. Karena kita tidak bisa mengubah pasangan maka apa yang harus kita lakukan agar kita bisa menciptakan kondisi yang kondusif.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu perbedaan utama antara sebelum dan sesudah menikah adalah, pada masa sebelum menikah, kita cenderung MENERIMA pasangan sedang setelah menikah, kita cenderung MENGUBAH pasangan. Singkat kata, sebelum menikah kita berusaha menerima pasangan apa adanya namun setelah menikah, kita menyadari bahwa tidak semua tentang pasangan dapat kita terima apa adanya.

Pertanyaannya adalah apakah kita dapat mengubah pasangan ? Sudah tentu kita tidak dapat mengubah pasangan sebab pada akhirnya perubahan bersumber dari keinginan seseorang. Sungguhpun demikian ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menciptakan suasana yang lebih kondusif untuk pasangan berubah. Nah, oleh karena kebanyakan konflik dalam pernikahan berasal dari PERBEDAAN KEBIASAAN HIDUP yang telah berakar, maka kebanyakan perubahan yang diharapkan juga berhulu dari kebiasaan hidup.

Berikut akan dipaparkan beberapa cara untuk mendorong terciptanya perubahan.

  • Pertama, kita mesti menyampaikan harapan kita ini dalam bentuk PERMINTAAN, bukan TUNTUTAN. Kadang karena menganggap kebiasaan hidup kita lebih baik atau lebih sehat daripada pasangan, maka kita mengkomunikasikan harapan ini dalam bentuk dan nada tuntutan. Hampir dapat dipastikan permintaan akan jauh lebih dapat diterima daripada tuntutan. Jadi, sebaiknya mulailah dengan kata-kata seperti, "Apakah boleh saya meminta sesuatu darimu?"
  • Kedua, walaupun permintaan bukanlah tuntutan, melakukan perubahan tidaklah selalu mudah. Itu sebab sewaktu melihat pasangan masih belum melakukan perubahan, sebaiknya kita tidak langsung menegurnya. Kita perlu memberikannya WAKTU UNTUK BERUBAH seraya mengingatkannya secara berkala.
  • Ketiga, sedapatnya ajukan permintaan untuk perubahan TIDAK TERLALU SERING. Maksudnya, kendati permintaan itu berlainan, jauh lebih baik bila kita tidak mengajukannya dalam waktu berdekatan. Bahkan satu permintaan per minggu dapat dianggap terlalu banyak, bila ini berlanjut selama berbulan-bulan.
  • Keempat, sekecil apa pun perubahan yang dilakukan, berilah TANGGAPAN POSITIF. Dengan kata lain, berilah penghargaan terhadap usahanya melakukan perubahan. Setiap penghargaan akan mendorongnya untuk terus melakukan perubahan. Sebaliknya, kritikan dan keluhan biasanya memadamkan semangat untuk berubah.
  • Kelima, kendati kita tidak menyukai kebiasaan hidup pasangan, SEDAPATNYA JANGANLAH MENEMPELKAN LABEL SALAH ATAU BURUK. Seyogianya kita hanya memberikan label salah atau buruk bila itu adalah sebuah kebiasaan yang mengandung dosa atau merugikan orang lain. Jadi, kebiasaan hidup bangun terlambat adalah kebiasaan hidup yang harus dibedakan dengan kebiasaan hidup berutang, sebab berutang merugikan orang sedangkan bangun terlambat belum tentu merugikan orang.
  • Keenam, JANGANLAH MEMBANDINGKAN kebiasaan hidup keluarga pasangan dengan kebiasaan hidup keluarga kita. Walau kebiasaan hidup keluarga kita memang lebih baik atau sehat, sedapatnya hindarkanlah perbandingan sebab perbandingan berpotensi membuatnya merasa bahwa kita tengah merendahkan keluarganya. Ingat, kebanyakan kita lebih dapat menerima diri sendiri direndahkan daripada keluarga kita direndahkan. Jadi, berhati-hatilah dalam memberikan komentar tentang keluarga pasangan.
  • Ketujuh dan terakhir, hampir semua kebiasaan hidup yang memang buruk dan berdosa lebih sukar berubah daripada kebiasaan hidup lainnya. Alasannya jelas: Kebiasaan hidup yang mengandung dosa berhubungan langsung dengan kuasa dosa itu sendiri. Jadi, untuk meminta pasangan berubah, pertama kita harus MENDOAKAN agar ia mengalami pertobatan rohani. Singkat kata, fokuskan perhatian dan usaha kita pada pembaharuan rohani. Apabila pasangan sudah bertobat dan mau berubah namun belum sanggup, jadikan perubahan ini sebagai pokok doa dan pergumulan bersama.

Firman Tuhan mengingatkan, "Dan jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh dan janganlah kita gila hormat , janganlah kita saling menantang dan saling mendengki." (Galatia 5:25-26) Kendati kita sangat ingin melihat perubahan pada pasangan, kita tidak boleh menggunakan cara sendiri sebab perubahan sejati hanya dapat terjadi melalui kuasa Tuhan. Kita pun tidak boleh mendengki dan saling menantang, sebaliknya kita menyerahkan pasangan kepada Roh Kudus untuk diubah oleh-Nya.

Comments

Thx untuk artikelnya. Di sini ada link untuk memahami pacaran yang benar, silahkan dilihat. Pasti akan memberkati Anda! http://datinginsightindonesia.wordpress.com Untuk melihat pembahasannya silahkan lihat link dibawah ini: http://www.youtube.com/watch?v=7EgeN-oXl7k