Berbicara dengan Anak Remaja Kita

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T438A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Anak remaja cenderung menyempitkan lingkungan mereka karena ini merupakan pembentukan jati dirinya. Dan dalam hal ini orangtua harus benar-benar dapat memahami dan mengerti bagaimana orangtua harus bersikap dan berperan dengan tepat.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada kecenderungan di dalam diri remaja lebih banyak berdiam diri di hadapan orangtua dibandingkan pada masa kecilnya.

  1. Karena pada masa remaja anak-anak mulai melihat tempat dia, bahwa dia adalah di dalam lingkungan remaja, kesadaran akan identitasnya mulai terbentuk. Sehingga dia akan lebih nyaman kalau dia bicara dengan sebaya.

  2. Dalam proses ini anak remaja sedang membentuk jati dirinya, dia akan lebih diam dengan orang yang dianggapnya tidak sama dengan dia. Tidak sama di sini bukan saja menyangkut masalah usia, kadangkala juga berkaitan dengan cara hidup. Misalnya anak remaja yang baik, yang alim disuruh main dengan anak-anak yang lebih badung, lebih nakal misalnya dia tidak mau, begitu juga kebalikannya anak-anak yang merasa dirinya itu badung, dianggap anak nakal di sekolah, disuruh main dengan anak-anak yang lain yang alim tidak mau. Jadi sering kali anak remaja itu akan menyempitkan lingkup mereka dan memang itu adalah gejala yang wajar.

Sikap kita sebagai orangtua dalam menghadapi remaja adalah:

  1. Menerima, menerima bahwa inilah proses dia menjadi seorang dewasa. Semua yang dilakukannya ini merupakan bagian dari pendewasaan dia dan memang harus dilaluinya.

  2. Memantaunya, jadi peranan kita yang paling-paling krusial adalah bagaimana kita bisa melihat dengan jelas di mana dia pergi, dengan siapa dia pergi, apa yang dia terima dari lingkungannya. Kita juga pantau apa yang dia lakukan kepada orang lain. Kalau kita memang melihat dia mulai bergaul dengan orang-orang yang tidak benar kita mesti memberikan batas meskipun dilawan olehnya. Memantau di sini dalam artian bukan secara aktif memata-matai, namun yang perlu kita lakukan adalah sebisanya membuka pintu rumah, izinkan anak-anak membawa teman-teman ke rumah.

  3. Komunikasi, di sini orang tua yang harus proaktif untuk mencari titik kesamaan dengan remaja tersebut, jadi kitalah yang seharusnya terjun ke dalam dunia dia. Salah satu prinsip yang penting dalam berkomunikasi bukan berapa banyak kata yang diucapkan tapi berapa terbukanya si pembicara itu. Jadi keterbukaan melebihi berapa banyak kata-kata yang diucapkan.

Berkomunikasi dengan remaja lebih tepat secara informal dibandingkan formal. Informal maksudnya adalah dengan ngobrol-ngobrol, cerita-cerita sedikit dan sebagainya. Misalnya kita lihat anak kita sendu, sedih, kita hampiri dia dan kita tanya: "Engkau nampak sendu hari ini, ada yang membuat kau sedih? Nah perhatian kecil seperti itu membuat anak akhirnya sadar bahwa dia diperhatikan.

Kita bisa membicarakan hal yang relevan untuk kehidupan dia, selama itu relevan dan bisa membantu dia kita ceritakan. Salah satu aset atau harta kekayaan yang bisa kita bagikan kepada dia adalah pengalaman hidup kita. kalau kita bisa bagikan dengan cara yang dia bisa terima akan sangat bermanfaat. Dan yang tidak bisa dia terima adalah apabila kita membagikannya seperti seorang guru.