Belas Kasihan Tuhan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T343A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Sifat Tuhan yang seringkali dikenal orang adalah Tuhan yang penuh dengan belas kasihan, namun Tuhan tidak memberikan belas kasihan-Nya dengan sembarangan. Bagaimanakah cara mendapatkan belas kasihan Tuhan ? Di sini kita akan belajar mendapatkan belas kasihan Tuhan dari seorang yang memunyai penyakit kusta.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Markus 1:40-45 memuat sebuah peristiwa yang mengharukan sekaligus memberi pengharapan. Dikisahkan oleh Markus, ada seorang penderita kusta yang datang kepada Tuhan Yesus untuk meminta kesembuhan. Dikatakan di sini bahwa ia datang bersujud di hadapan Tuhan Yesus. Jadi, ia datang memelas—memohon belas kasihan Tuhan atas diri-Nya.

Penderita kusta pada umumnya tidak tinggal di dalam kota melainkan di luar kota, di sebuah penampungan khusus untuk mereka supaya tidak menularkan penyakit kepada orang banyak. Berdasarkan Matius 8:1-4, dapat kita ketahui bahwa orang kusta ini datang mencari Tuhan Yesus setelah Tuhan memberikan pengajarannya di atas bukit, di sebuah kota di Galilea. Singkat kata, orang kusta ini mengambil risiko yang besar untuk dijauhkan dan ditolak orang masuk ke dalam kota. Ia rela mengambil risiko ini oleh karena ia ingin menerima kesembuhan.

Ada satu hal lagi yang layak diperhatikan di sini. Sewaktu bertemu dengan Tuhan, ia berkata, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Perkataannya ini menyiratkan setidaknya dua hal. Pertama, ia meminta, bukan memaksa. Dalam kondisi sangat membutuhkan, betapa mudahnya bagi kita datang kepada Tuhan dan "memaksa-Nya" melakukan apa yang kita harapkan. Orang kusta ini tidak memaksa kendati ia sangat butuh sembuh. Ia tetap meminta karena ia sadar Tuhan mempunyai hak sepenuhnya untuk menentukan apakah Tuhan akan menyembuhkannya atau tidak. Itulah sebabnya ia datang memohon belas kasihan Tuhan.

Kedua, perkataannya ini menyiratkan pengakuannya atas kuasa Tuhan. Ia berkata, "Kalau Engkau mau" bukan "Kalau Engkau bisa." Betapa seringnya dalam doa kita berkata kepada Tuhan, "Kalau Engkau bisa" sebab sesungguhnya kita tidak percaya bahwa Tuhan akan sanggup melakukan apa yang kita doakan. Tidak ada yang tidak dapat diperbuat Tuhan; Ia sanggup melakukan hal yang mustahil sekalipun. Namun tidak semua hal diperbuat Tuhan sebab tidak semua hal sesuai kehendak-Nya. Itu sebabnya perkataan si penderita kusta ini sangat tepat. Ia percaya akan kuasa Tuhan Yesus untuk menyembuhkannya. Ia hanya tidak tahu apakah penyembuhan ini berada di dalam kehendak Tuhan atau tidak.

Puji Tuhan! Ternyata penyembuhan ini berada di dalam kehendak Tuhan atas dirinya. Tuhan menjawab, "Aku mau, jadilah engkau tahir." Tuhan pun mengulurkan tangan-Nya dan menjamah orang itu. Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu. Markus mencatat bahwa tatkala Tuhan melihat orang kusta itu dan mendengar permohonannya, "tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan." Tuhan menyembuhkannya karena Ia berbelas kasihan kepadanya. Berdasarkan kisah ini ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik tentang belas kasihan Tuhan.

1. BELAS KASIHAN TUHAN TIDAK MENGENAL JENIS.
Di dalam Kitab-Kitab Injil dicatat begitu seringnya orang datang berbondong-bondong mencari Tuhan membawa permasalahan mereka, biasanya adalah sakit penyakit. Tidak pernah sekalipun Tuhan membedakan antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan, tidak pernah sekalipun Tuhan membedakan antara penderita yang satu dengan penderita yang lain atas dasar status sosial mereka.

2. BELAS KASIHAN TUHAN DIPENGARUHI OLEH KESUNGGUHAN HATI KITA.
Kenyataan orang kusta ini masuk ke dalam kota, hal ini menandakan kesungguhan hatinya mencari Tuhan. Ia tidak sekadar menunggu kedatangan Tuhan; ia berinisiatif mencari Tuhan.

3. BELAS KASIHAN TUHAN DIPENGARUHI OLEH KERENDAHAN HATI KITA.
Kenyataan orang kusta ini langsung bersujud dan memohon belas kasihan Tuhan, ini menandakan ia merendahkan dirinya di hadapan Tuhan. Kita pun mesti merendahkan diri di hadapan Tuhan sewaktu memohon belas kasihan-Nya. Kita harus mengakui ketidakberdayaan kita kepada Tuhan.

4. TERAKHIR, BELAS KASIHAN TUHAN DATANG BERSAMA DENGAN PERINTAH-NYA YANG MENGHARUSKAN KITA UNTUK MENAATI-NYA.
Setelah menyembuhkan orang ini, Tuhan memberinya "peringatan keras, "yaitu, "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun." Tuhan paham bahwa kalau berita penyembuhan ini tersiar, maka akan makin banyak orang yang datang kepada-Nya untuk minta disembuhkan. Sayangnya ia malah menyiarkan berita kesembuhannya.

Oleh karena Yesus adalah Tuhan, sudah tentu Ia sudah tahu apa yang akan diperbuat orang ini—bahwa orang ini akan merugikan dan menyusahkan-Nya. Sungguhpun demikian, Ia tetap berbelas kasihan dan menyembuhkannya. Itulah belas kasihan Tuhan. Belas kasihan Tuhan mengalahkan segalanya.