Welcome April 2021

Versi printer-friendly


Rasa Sakit karena Salib

Yesus juga harus mengalami kematian yang sangat menyakitkan. Kenapa? Untuk menggambarkan rasa sakit yang mengerikan yang disebabkan oleh dosa. Jika Yesus mati tanpa mengalami rasa sakit, maka tujuan Allah menebus dosa manusia tidak akan terwakili. Setiap penjahat di masa Yesus hidup akan merasa sangat putus asa saat mengetahui mereka akan disalib. Penyaliban bukan hanya sebuah eksekusi tapi sebuah metode siksaan. Tentara Romawi biasanya mencambuk orang yang disalib dengan cambukan yang sangat menyakitkan. Yesus juga mengalami hal itu. Sebelum Dia menyentuh salib-Nya, dia dicambuk, dipukuli dan dihina.

Sang eksekutor, yang ditugasi mengeksekusi orang yang disalib biasanya memakai cambuk yang sudah dipasangi pecahan logam, tulang atau benda tajam lainnya. Kerajaan Romawi biasanya tidak mengikuti batasan hukum cambuk yang dipakai dalam Hukum Taurat. Dalam Hukum Taurat, hukuman cambuk hanya dibatasi 39 kali (40 kali kurang satu). Sang eksekutor akan mencambuk sebanyak yang dia suka. Dan tidak hanya dibatasi pada punggung korban tapi setiap bagian tubuhnya hingga sang korban nyaris mati.

Bayangkan diri Anda berada dalam posisi Kristus, dengan kulit yang terkelupas sehingga Anda bisa melihat tulang Anda. Saat paku yang besar itu dipukul hingga menembus tangan dan pergelangan tangan saat para prajurit menancapkan tubuh Anda ke dalam salib. Sekarang tambahkan juga rasa sakit karena disangkal dan ditinggalkan oleh teman-teman Anda. Puji Tuhan untuk semua wanita yang berdiri di dekat Yesus saat Dia menjalani momen-momen itu, ibu-Nya Maria, Maria Madgalena dan lain-lain. Selain itu, Dia harus menanggung ejekan dan olokan mereka yang melihat-Nya sekarat.

Lalu Yesus mengalami peristiwa menakutkan lainnya, yang baru pertama kali Dia alami: ditinggalkan oleh Allah Sang Bapa. Bapa menaruh semua beban dan hukuman atas dosa seluruh dunia ke dalam diri Yesus dan lalu menjauhi Yesus yang menjadi dosa untuk kita. Betapa sedih hati Yesus saat Dia harus berseru, "'Eli, Eli, lama sabakhtani?' yang berarti, -Allah-Ku, Allah-Ku, kenapa Engkau meninggalkan Aku? Pada saat itu, Yesus mengalami untuk pertama kalinya bagaimana rasanya terpisah dari Bapa karena dosa.

Yesus berseru, -Sudah selesai- (Yoh. 19:30) dan akhirnya kepada Bapa, yang memberikan Putera-Nya kepada kita karena dia sangat mencintai kita, Juru Selamat kita berdoa, -Ke dalam tangan-Mu kuserahkan Roh-Ku. Jadi Yesus mati dengan keyakinan penuh bahwa Dia telah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa kepada-Nya.

Keluarga Besar Lembaga Bina Keluarga Kristen,

Pelaksana Program TEgur sapa gembaLA keluarGA dan

Segenap Pelaksana Pusat Konseling Telaga Kehidupan serta

Pusat Bina Iman Anak mengucapkan :

-SELAMAT PASKAH-

HALLELUYAH, DIA BANGKIT, DIA HIDUP SELAMA-LAMANYA