Reaksi Korban Selingkuh

Versi printer-friendly
Agustus

Berita Telaga Edisi No. 129 /Tahun XI/Agustus 2015


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon




Reaksi Korban Selingkuh


Berita bahwa pasangan kita berselingkuh mungkin sama buruk dan beratnya dengan berita bahwa pasangan kita meninggal dunia secara mendadak.
Berikut ini adalah beberapa reaksi yang umum dialami oleh para korban selingkuh:
  • Reaksi pertama adalah kita tidak percaya pada apa yang telah kita dengar atau ketahui. Itu sebabnya kita berusaha mencari tahu kebenaran berita ini. Sesungguhnya upaya mencari tahu bermuatan dua motivasi: Di satu pihak kita ingin memastikan kebenarannya tetapi di pihak lain kita berharap bahwa kita akan menemukan bukti yang memerlihatkan bahwa berita ini tidak benar

    .
  • Setelah mendapati bahwa ternyata memang benar—pasangan kita berselingkuh—kita menjadi marah. Sebetulnya selain marah karena merasa disakiti oleh perbuatannya, kita pun marah karena merasa dimanfaatkan. Kita merasa bahwa selama ini kita telah berkorban hidup bersamanya dan untuknya. Kita merasa bahwa kita telah memberikan semuanya untuk dia. Tiba-tiba kita mendengar ia berselingkuh.

  • Selain marah karena merasa dimanfaatkan, kita pun marah karena merasa tertipu. Selama ini kita mengira ia tetap setia; selama ini kita beranggapan bahwa ia bekerja begitu keras untuk kita. Kita pun mengasihinya dan beranggapan bahwa ia mengasihi kita pula. Tiba-tiba kita disadarkan bahwa semua itu ternyata tidak benar. Ia telah bersama orang lain dan membagi hidupnya dengan orang itu.

  • Dalam kemarahan kita pun ingin membalas. Kita ingin menyakitinya sedalam-dalamnya. Kita merasa bahwa perbuatannya tidak terampuni dan baru dapat terselesaikan bila ia pun mengalami kesakitan yang sama. Pada saat ini tidak jarang kita memikirkan pelbagai cara untuk membalas, termasuk pikiran untuk berselingkuh. Masalahnya adalah, kita bukanlah dia. Kita tidak mau dan tidak bisa berselingkuh, apalagi bila untuk sekadar membalas perbuatannya. Kita tidak lagi membiarkan pikiran ini berkembang. Kita pun mematikannya dengan segera.

  • Dorongan terkuat pada saat ini adalah kita ingin dapat melampiaskan kemarahan kita sepuas-puasnya. Kita ingin dapat mencaci-makinya dan mengatakan semua yang dapat melegakan hati. Masalahnya adalah, kita tahu bahwa jika kita terus melampiaskan kemarahan, maka lebih besar kemungkinan ia akan meninggalkan kita. Kita takut ia justru akan menemukan “alasan” untuk bersama dengan rekan selingkuhnya.

  • Nah, dalam masa ini kita berharap bahwa ia akan kembali kepada kita. Kendati susah, kita merelakan diri untuk menahan kemarahan supaya ia kembali. Namun ternyata ia tidak dengan serta merta memutuskan hubungan dengan rekan selingkuhnya. Kita mendapati bahwa ia terus menjalin relasi dengannya.

  • Akhirnya kita pun merasa seperti kehilangan pijakan. Kita merasa dunia kita runtuh. Semua habis dan hidup menjadi begitu kosong. Kita tidak tahu apa lagi yang mesti dilakukan.


Berikut adalah beberapa masukan yang dapat saya berikan kepada para korban selingkuh:
  • Pada saat ini penting bagi kita untuk melanjutkan hidup. Lakukanlah semua tanggung jawab kita dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain, kita harus memaksa diri untuk melihat hidup secara lebih luas. Hidup tidak hanya terdiri dari “dia”—pasangan kita. Ada banyak hal dalam hidup yang mesti diperhatikan. Tanggung jawab kita bukanlah kepada ia seorang.

  • Secara emosional kita harus memisahkan diri darinya sebab jika tidak, hidup kita akan terus terombang-ambing. Kita harus mengatakan bahwa ini adalah hidupnya dan pilihannya. Kita harus berkata bahwa hidup menjadi baik atau buruk bukan karenanya.

  • Jangan memberikan terlalu banyak bobot pada perkataannya. Kita tidak akan pernah tahu dengan pasti apakah ia tengah berbohong atau tidak.

  • Kalaupun ia mengatakan sesuatu yang benar—misalkan ia berkeputusan untuk meninggalkan selingkuhnya—besar kemungkinan ia tergoda untuk menjalin relasi kembali. Jadi, sebaiknya pada saat seperti ini kita tidak bergantung pada perkataannya. Ia dalam kondisi bingung; kita tidak bisa menggantungkan hidup pada perkataan orang yang sedang bingung.

  • Kalaupun ia mengatakan sesuatu yang benar—misalkan ia berkeputusan untuk meninggalkan selingkuhnya—besar kemungkinan ia tergoda untuk menjalin relasi kembali. Jadi, sebaiknya pada saat seperti ini kita tidak bergantung pada perkataannya. Ia dalam kondisi bingung; kita tidak bisa menggantungkan hidup pada perkataan orang yang sedang bingung.

  • Kita harus bergantung sepenuhnya pada Tuhan dan memelihara hubungan yang intim dengan-Nya. Kita tengah menjalani kehidupan yang mustahil dijalani dengan kekuatan manusia. Jadi, bersandarlah kepada Tuhan. Bacalah Firman-Nya setiap hari.

  • Amsal 20:21-22 berkata, “Milik yang diperoleh dengan cepat pada mulanya, akhirnya tidak diberkati. Janganlah engkau berkata, ‘Aku akan membalas kejahatan,’ nantikanlah Tuhan, Ia akan menyelamatkan engkau.” Perselingkuhan masuk dalam kategori, “milik yang diperoleh dengan cepat.” Tuhan tidak akan memberkati dan mereka tidak akan dapat mencicipi kebahagiaan.

Dari pihak kita, Tuhan meminta agar kita menantikan-Nya. Ia sudah berjanji untuk menyelamatkan kita. Jangan membalas dan jangan menggunakan cara dunia. Gunakan cara Tuhan selalu. Pada waktu-Nya Ia akan bertindak.

Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi

Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T348.

Doakanlah

  1. 17 Agustus 2015 telah kita lewati, peringatan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70. Kita bersyukur dan tetap mendoakan untuk para pemimpin negara kita yang dipercayakan untuk melanjutkan perjuangan para pendahulu kita.

  2. Bersyukur untuk 4 hari membuka stand di SAAT dalam rangka acara Konsultasi Misi, ada pesanan 2 set CD Telaga, 1 set untuk perpustakaan GSRI di Jakarta dan 1 set untuk GMI Gloria di Medan.

  3. Bersyukur selama bulan Agustus 2015 telah diadakan 3x rekaman bersama Ev. Sindunata Kurniawan sebagai nara sumber dan Ibu Stella K. sebagai penanya.

  4. Doakan untuk pembuatan artikel dari beberapa judul rekaman tentang berpacaran yang dikerjakan oleh Bp. Andrew A. Setiawan. Rencananya artikel ini akan disatukan dengan 2 booklet berjudul “Melihat Kecocokan Dalam Berpacaran” dan “Membatasi Keintiman Dalam Berpacaran” (apabila stock sudah habis) dan akan diterbikan oleh Literatur SAAT.

  5. Doakan untuk rencana kedatangan Bp. Paul Gunadi ke Malang dalam minggu ke-2 bulan September 2015 dan seluruh kesibukan beliau selama 1 bulan (mengajar, konseling dan rekaman).

  6. Penjualan e-book melalui P.T.Mahoni sejak bulan Pebruari 2015 belum ada laporan penjualan yang diterima. Doakan tentang hal ini. Judul-judul yang ditawarkan melalui e-book adalah “Bantal Keluarga”, “Mencintai dan Berpacaran”, “Mengampuni Diri”, “Anak, Uang dan Tanggung Jawab” dan “Orang Tua Tunggal”.

  7. Doakan agar ada tambahan radio yang bersedia bekerjasama menyiarkan program Telaga.

  8. Bersyukur untuk donasi yang diterima dari Ibu Gan May Kwee sebesar Rp 500.000,- dan dari donatur tetap dalam bulan ini, yaitu dari :

              001 - Rp 100.000.-

Telaga Menjawab

Tanya?

Salam sejahtera,

Beberapa waktu lalu saya mengunjungi situs Telaga dan membaca beberapa judul mengenai perselingkuhan termasuk dampak perceraian terhadap anak. Oleh karena itu saya ingin menceritakan masalah saya dan berharap mendapat bimbingan yang dapat menyejukkan.

Masalah dimulai saat keluarga kecil saya masih dalam kondisi ekonomi yang sulit. Saya bekerja dengan gaji kecil sambil menempuh kuliah. Saya juga mengijinkan istri bekerja – maklum kami sangat membutuhkan biaya hidup. Suatu hari kami berdua pulang hampir bersamaan dan saya mengajak istri untuk berhubungan intim. Awalnya dia menolak. Karena tidak biasanya dia menolak, maka saya terus mencumbunya. Namun betapa terkejutnya saya saat mengetahui ada bekas sperma laki-laki lain di tubuh istri saya. Ketika istri tahu saya menyadari hal itu, dia langsung memeluk saya dan memohon agar saya tidak meninggalkan dia. Saat itu saya hanya menyuruhnya tidur dan beristirahat tanpa kuatir.

Setelah kejadian itu istri saya nampak takut-takut. Tapi saya selalu mengatakan sesuatu yang membuatnya bersemangat. Saya tetap ingin dia memelihara anak-anak yang kami sayangi. Jadi kami melanjutkan hidup rumah tangga kami seolah-olah tidak ada masalah.

Beberapa tahun pun berlalu dan kondisi ekonomi kami semakin baik. Namun tidak demikian dengan hati saya – hati saya masih sakit mengingat peristiwa itu. Perasaan saya campur aduk dan tidak bisa konsentrasi bekerja. Saya mencari cara mengatasi hal ini dengan cara menyibukkan diri melakukan berbagai pekerjaan sampai dicap sebagai orang yang gila kerja. Rupanya cara ini tidak mampu mengusir kegundahan hati saya, malah membuat tubuh saya kecapekan luar biasa. Setiap malam mestinya saya tidur pulas karena lelah, tapi justru saya tidak bisa tidur karena bayangan kelakuan istri beberapa tahun lalu.

Dalam hati saya merasa dibuang, diabaikan, disepelekan, tak diperlukan, tak punya apa-apa, dan berkecamuk perasaan-perasaan lain. Saya ingin bercerai namun tidak ingin meninggalkan anak-anak yang sangat saya kasihi. Saya tidak peduli lagi apa yang akan terjadi dengan istri saya karena saya pikir dia telah lebih dulu menceraikan saya ketika dia berzinah. Saya juga kecewa kepada Tuhan. Sebelum menikah dengan istri, bukankah saya berdoa sungguh-sungguh memohon petunjuk apakah dia memang orang yang tepat dan Tuhan kehendaki menjadi pasangan saya. Mengapa sekarang begini?

Tubuh saya semakin merosot dimakan penyakit dan beberapa kali mesti opname di Rumah Sakit dengan biaya besar. Istri merawat saya, namun tampaknya dia tidak tahu masalah psikologis yang sedang saya alami. Sekarang perasaan itu tak terbendung lagi. Bahkan saya sempat berpikir untuk membalas perbuatannya itu dengan berselingkuh! Saya iri dengan orang lain yang bahagia dengan keluarga mereka.

Apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi semua ini? Mohon bimbingannya. Terima kasih.

Jawab

Bapak yang dikasihi Tuhan,

Pada saat ini dapat kami pastikan Bapak tengah mengalami depresi akibat tekanan selama bertahun-tahun. Tekanan yang Bapak alami sesungguhnya berasal dari perasaan marah, kecewa, dan sedih yang tersumbat. Karena begitu besar cinta kasih Bapak kepada istri dan anak, Bapak memutuskan untuk tidak mengungkit dan mengutarakan perasaan Bapak yang tengah berkecamuk. Namun sebagai akibatnya Bapak harus mengalami depresi.

Kami menyarankan agar Bapak mengajak istri berbicara dari hati ke hati agar Bapak dapat mengeluarkan semua perasaan Bapak. Beri pengertian kepada istri bahwa Bapak harus mengeluarkan perasaan ini dan bahwa dia tidak harus memberi respon apapun, yang terpenting adalah dia mendengarkan Bapak. Katakanlah semua perasaan yang telah lama terkubur dan jangan takut untuk mengeluarkan air mata. Mintalah kesabarannya untuk mendengarkan keluh kesah Bapak bukan sekali, melainkan berkali-kali sebab proses ini tidak cukup dilakukan hanya sekali. Setelah itu barulah Bapak bisa reda dan kembali merajut relasi dengan dia.

Tuhan tidak salah; yang bersalah adalah istri Bapak karena ia telah mengkhianati Bapak. Tuhan tidak pernah menyuruhnya untuk berzinah dan mengkhianati Bapak; itu adalah kehendaknya sendiri. Tuhan tidak menghentikan perbuatannya karena Tuhan memberi kebebasan itu kepada manusia. Jadi, mohon datanglah kepada Tuhan. Pandanglah Tuhan sebagai Penolong dan Penebus; jangan pandang Tuhan sebagai musuh. Ia menangis bersama anak-Nya yang menangis.

Pada akhirnya inilah doa yang bisa Bapak panjatkan kepada Tuhan kita Yesus Kristus setiap hari: “Ya, Tuhan. Saya sulit mengampuni istri saya yang telah begitu tega mengkhianati saya. Namun saya tahu, Tuhan dapat dan telah mengampuninya. Oleh karena itu saya berdoa dan memohon agar Tuhan mengampuninya MELALUI saya. Ampuni dia MELALUI saya sebab saat ini saya masih belum mampu mengampuninya. Dalam nama dan kuasa kebangkitan Yesus Kristus, saya berdoa. Amin.”

Demikian tanggapan yang bisa kami berikan. Kami berdoa agar Tuhan menolong dan memimpin Bapak mengatasi masalah ini.

Salam: Pengasuh Program Telaga

Yesaya 57:15

Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati , untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.”