Undangan Pesta

Versi printer-friendly

oleh Sdri. Betty Tjipta Sari

Satu kali aku mendapat undangan untuk merayakan ulang tahun salah satu temanku yang orang Belanda asli. Ingatanku langsung melayang ke pertama kali aku diundang pesta ulang tahun oleh mahasiswa Belanda. Diundang pesta ulang tahun mahasiswa internasional sih tidak terlalu istimewa, karena pesta ulang tahun mereka tidak terlalu beda dengan pesta ulang tahun orang Indonesia (cuma jenis makanannya saja yang berbeda). Tapi diundang pesta ulang tahun orang Belanda adalah pengalaman yang berbeda. Waktu itu belum pernah sama sekali aku pergi ke pesta ulang tahun orang Belanda. Kebetulan temanku ini mengundang aku ke rumah orang tuanya yang tinggal di kota kecil di daerah Bible Belt. Karena aku tahu bahwa di gereja fundamental di daerah Bible Belt biasanya wanita diwajibkan pakai rok dan tidak diperbolehkan berdandan, aku pun sudah berkostum feminin dan hampir tanpa make up mengikuti norma mereka.


Namun ada beberapa kejutan unik yang aku dapatkan di pesta ulang tahun ini. Kejutan pertama adalah ketika ada orang yang datang setelah kami dan menjabat tangan sambil mengucapkan "gefeliciteerd"(congratulation/selamat) kepada semua orang yang sudah hadir. Gefeliciteerd adalah ungkapan yang biasanya disampaikan kepada orang yang berulang tahun. Jadi aku sedikit bingung kenapa orang ini mengucapkannya ke semua orang, termasuk kepadaku. Maka aku pun penasaran dan terus mengamati orang berikutnya dan berikutnya. Ternyata mereka semua melakukan hal yang sama. Dalam hatiku aku berpikir, "Untung datang awal..he he.. masakan aku harus berkeliling dan menjabat tangan belasan orang yang tidak kukenal sambil mengucapkan gefeliciteerd".


Temanku kemudian juga mulai penasaran mengapa tidak ada musik sama sekali atau menyanyi bersama. Semua orang hanya duduk dan ngobrol. Lalu aku memberi tahu dia bahwa orang Kristen di daerah itu tidak menyanyikan lagu-lagu pop, dan lagu gereja yang dinyanyikan hanyalah dari Kitab Mazmur, tidak ada lagu pop rohani sekalipun. Dia tidak percaya lalu bertanya ke kakak perempuan temanku yang berulang tahun yang duduk di sebelahnya. Kakak ini pun mengiyakan informasi yang kuberikan dan kulihat betapa shock wajah temanku itu sampai hampir mengeluarkan air mata. Aku bertanya kepadanya,"Kok kamu shock sampai berkaca-kaca begitu?". Dia jawab, "Aku bersyukur aku boleh menyanyikan lagu pop rohani di gereja dan berdansa waktu berpesta, tapi juga sedih membayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa boleh bernyanyi dan berjoget". Aku bilang kepadanya bahwa mungkin mereka menemukan cara yang berbeda untuk menikmati hidup mereka.Lalu hidangan pun muncul.. dan yang pertama muncul adalah potongan keju dengan buah olive. Lalu ada potongan cake, snack khas Belanda yang disebut frikadel dan kroket (terbuat dari daging tapi daging dengan kualitas terendah). Meskipun kalori di dalam keju, cake, dan snack tersebut cukup tinggi, tapi perutku tetap keroncongan. Sebelum berangkat tadi aku hanya mengisi perut dengan sedikit makanan ringan karena berpikir bahwa akan ada banyak makanan di pesta ini. Baru aku sadar kalau dalam pesta ulang tahun orang Belanda tidak pernah ada makanan berat, tapi hanya makanan kecil dan minuman.


Karena kami tinggal di kota lain dan harus menempuh jarak 1,5 jam dengan mobil, maka kami pun ingin pamit lebih awal. Tapi teman yang menemani saya tadi masih sedih karena memikirkan kenapa pesta ulang tahun kok tidak ada musik. Jadi sebelum kami pergi, dia spontan minta ijin untuk mengajak semua orang menyanyikan lagu ulang tahun dalam bahasa Belanda untuk teman saya itu. Semua orang ternyata menyambutnya dan menikmati ajakan dia, meskipun aku sebenarnya terkaget-kaget dengan spontanitas dia, apalagi kami berdua hanyalah tamu asing. Meskipun demikian, dia telah memberikan suasana yang berbeda di pesta ulang tahun itu, yaitu suka cita. Sukacita dan disiplin rohani memang harus ada dalam hidup kita secara berimbang. Berdoa dan menari, hidup sederhana dan menikmati perayaan, menghafal ayat Alkitab namun juga tersenyum pada sahabat ?.


"Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:16-18)