Proses Restorasi Pernikahan
Berita Telaga Edisi No. 101 /Tahun IX/ Maret 2013
Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon
Proses Restorasi Pernikahan
Restorasi, ada dua hal yang terkandung dalam kata-kata tersebut, kata restorasi itu sendiri mencerminkan pemugaran atau pembenahan atau pembangunan kembali. Jadi yang tersirat dalam kata restorasi adalah adanya sesuatu yang telah rusak sehingga perlu untuk dipugar kembali. Kata proses menunjuk pada waktu dan usaha, karena memang untuk memugar atau membangun kembali suatu pernikahan yang sudah rusak akan memerlukan waktu yang lama dan memerlukan usaha yang sangat keras.
Ada beberapa hal yang dapat kita gunakan untuk menilai berapa parahnya hubungan nikah atau seberapa rusaknya pernikahan itu.
Kita melihat dari sudut ada tidaknya keintiman.
Dilihat dari sudut ada tidaknya respek.
Ukuran yang dapat kita gunakan ialah kepercayaan. Kepercayaan itu menyangkut pada kebebasan yang diberikan pada pasangan kita.
Jadi pernikahan dapat kita katakan sudah rusak, apabila keintiman sudah hilang, respek sudah pudar dan akhirnya kepercayaan pun sudah punah.
Ada orang-orang tertentu yang tidak ingin pernikahannya hancur, mereka pasti berusaha untuk berbuat baik kembali, orang-orang tersebut biasanya adalah:
Orang yang pertama, orang yang banyak investasinya dalam pernikahan.
Ia yang lebih memikirkan keutuhan keluarga terutama anak-anak.
Orang yang takut akan Tuhan
Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk merestorasi pernikahan yaitu sebagai berikut :
Pertama-tama mereka berdua harus berbicara dari hati ke hati dan menanyakan masing-masing pihak apakah bisa dicapai suatu kesepakatan untuk memberikan suatu kesempatan kepada hubungan mereka ini untuk diperbaiki.
Langkah kedua, mereka bukanlah pasangan yang unik dan kasus mereka juga bukan kasus yang unik.
Langkah berikutnya adalah agar pernikahan yang sudah rusak bisa pulih kembali seperti sedia kala saya menduga memerlukan kurun 3 sampai 5 tahun, benar-benar untuk kembali pulih.
Kita perlu menumbuhkan harapan dalam diri mereka, bahwa pernikahan mereka masih bisa diperbaiki atau masih bisa ditolong.
Mereka harus memikirkan Tuhan, mereka tidak bisa melepaskan Tuhan dalam aspek kehidupan mereka yang khusus ini.
Dellast dan Ruby Vricent dalam bukunya membagikan pengalaman mereka. Ternyata sering kali pasangan nikah itu memang sudah kehilangan harapan dan merasa bahwa apapun yang dilakukan tidak akan lagi membawa hasil.
Menurut Dr. dan Mrs. Vricent sekurang-kurangnya ada tiga fase yang harus dilewati oleh pasangan suami istri ini.
Fase pertama adalah meragukan akan ketulusan pasangan kita, jadi pertanyaannya adalah apakah dia sungguh-sungguh ingin berubah; itu yang seringkali dipertanyakan oleh pasangan suami istri ini.
Fase yang kedua, yaitu dia akan meragukan kesanggupan pasangannya. Jadi pertanyaan yang diajukan di sini adalah apakah ia mampu berubah dan apakah dia sungguh-sungguh ingin berubah atau tidak.
Fase yang terakhir adalah fase meragukan ketahanan atau keper-manenan perubahan tersebut. Jadi pertanyaan yang ditanyakan di sini ialah berapa lamakah ia akan mempertahankan perubahan itu. Ya, dia sekarang berubah, tapi tahun depan bagaimana ?
I Petrus 4 : 8, “Tetapi yang terutama kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.”
Pasangan kita mungkin sekali telah melanggar dan melakukan banyak pelanggaran, di sini Tuhan menantang kita sebagai manusia yang telah ditebusnya untuk tetap mengasihi. Sebab Tuhan berkata kasih akan menutupi banyak dosa. Harus ada faktor pengampunan, setiap hari. Kita percaya bahwa bagi orang-orang yang sungguh-sungguh mau memerbaiki hubungan pernikahannya, pertolongan Tuhan pasti akan datang pada waktunya.
Oleh Pdt.Dr. Paul Gunadi
Audio dan transkrip bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T53A
Doakanlah
Bersyukur karena Telaga diperkenankan membuka stand pada seminar “Deteksi Dini Depresi” yang diadakan oleh Rumah Pemulihan Abigail di Surabaya pada tgl. 12 Maret yl. Ada cukup banyak booklet dan CD yang dibeli oleh peserta seminar.
Doakan untuk rencana rekaman bersama Bp. Paul Gunadi yang akan dimulai tgl. 9 April yad. Doakan juga agar rekaman bersama Ev. Sindunata Kurniawan sebagai nara sumber masih bisa diadakan 1x lagi.
Bersyukur buku “Memahami Remaja dan Pergumulannya” sudah terbit akhir Maret 2013 ini.
Doakan untuk Shekinah Ministry di Malang yang rencananya akan menyiarkan program Telaga namun sampai akhir Maret 2013 masih belum ada berita kepastian lagi.
Bersyukur untuk 3 mahasiswa peserta kelompok Pemahaman Alkitab di Tilburg, telah dibaptis Sebenarnya ada 1 orang mahasiswa lagi yang akan dibaptis, tetapi dilarang oleh ayahnya yang bekerja untuk pemerintah komunis di RRC, namun ia tetap merasa damai di hati karena telah menjadi anak Tuhan. Tetap doakan untuk pelayanan Sdri. Betty T.S., baik di Tilburg maupun di Maastricht.
Doakan agar ada radio-radio lainnya yang bersedia bekerjasama menyiarkan program Telaga.
Bersyukur untuk penerimaan dana dari donatur tetap dalam bulan ini, yaitu dari :
Istri tidak cocok dengan keluarga Oom yang nota bene bisa disebut sebagai orang tua angkat yang sungguh tidak pernah hitung-hitungan atas semua jasanya pada Anda. Kemudian istri merasa dia berhak mengatur rumah dan semua orang yang tinggal di dalamnya karena merasa bahwa itu rumah milik orang tua Anda.
Keluarga Oom merasa istri Anda suka menegur sembarangan dan berbuat di luar batas sopan santun yang selama ini berlaku dalam keluarga inti anda dan juga keluarga Oom.
Anda merasa selama ini keluarga Oom sungguh baik terhadap keluarga anda, walau secara singkat nampak Anda menulis bahwa ada adik-adik yang juga selama ini dirawat oleh Oom.
Memberikan anak permainan edukatif
Bermain musik dan bernyanyi
Gizi yang baik sejak bayi
Membiasakan berolahraga
Mencegah konsumsi makanan siap saji dan makanan bervetsin
Budayakan membaca
Sosialisasi
001 – Rp 100.000,-
011 – Rp 150.000,-
015 – Rp 1.500.000,- untuk 3 bulan
Telaga Menjawab
Tanya?
Saya seorang pria yang baru menikah. Saya dan istri tinggal di rumah peninggalan orang tua saya, karena adik-adik saya juga sudah menikah dan pisah dari rumah, jadi saya yang diminta untuk menempati rumah. Ibu saya sudah meninggal dan ayah saya menikah lagi serta tinggal jauh dari kami.
Semasa saya dan adik saya masih kecil-kecil, di rumah kami sudah ada Oom dan ke-luarganya yang tinggal serumah, merekalah yang mengurus kami karena kesibukan orang tua kami. Saya dan adik-adik jelas memiliki ikatan emosional yang kuat dengan keluarga Oom saya.
Masalah mulai timbul, ketika istri saya tinggal di rumah, keluarga Oom saya sulit menerima karakter istri yang yang menurut mereka keras kepala, ingin menang sendiri, tidak bijak dalam menegur, tidak sopan dan lain-lain, sementara istri saya menganggap keluarga Oom saya tidak bisa menerima kekurangan dan menghargai istri saya.
Masalah menjadi semakin rumit karena akhirnya Oom dan keluarganya memutuskan untuk menjaga jarak dengan saya dan istri. Istri saya dilain pihak merasa berhak atas rumah dan mengatur segala sesuatu yang ada termasuk orang-orang yang tinggal bersama kami (selain keluarga Oom, ada keluarga salah satu adik sepupu saya yang juga tinggal di rumah yang sama).
Masalah ini menyebabkan istri saya memberi dua pilihan, kami yang keluar dari rumah atau keluarga Oom dan adik sepupu saya yang keluar. Ini pilihan yang sukar untuk saya. Bila kami yang keluar, keluarga Oom saya akan dianggap tidak baik. Bila keluarga Oom saya yang keluar, saya merasa tidak berbakti kepada mereka karena selama ini merekalah yang banyak mendukung saya tanpa menuntut apa-apa sebagai imbalannya. Rumah peninggalan orang tua ini termasuk besar sehingga sebenarnya kami bisa berbagi dengan leluasa.
Saya sudah beberapa kali mencoba mendamaikan mereka, namun selalu gagal karena masing-masing pihak tidak ada yang mau mengalah dan sepertinya tidak siap untuk mengampuni dan menerima satu sama dengan lain apa adanya.
Jawab!!!
Dilema yang Anda alami sungguh berat. Coba kita ulangi poin permasalahan yang ada :
Alkitab mengajarkan bahwa seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya. Tuhan Allah membuat ini karena Ia punya alasan. Pernikahan bukanlah mudah, karena satu pribadi harus menyesuaikan diri dengan pribadi yang lain. Jika istri dibawa pulang ke rumah keluarga anda maka ia akan merasa tertekan karena harus menyesuaikan diri dengan banyak orang yang ada di rumah anda. Tentu hal ini bisa menimbulkan ketidakstabilan emosi istri Anda. Belum lagi jika ditambah masalah karakter istri Anda yang keras.
Sisi lain keluarga Oom menerima seorang asing yang baru (istri) yang kebetulan suka mengatur-ngatur mereka. Mereka juga tidak bisa menerima hal ini karena tidak siap menghadapi aturan baru yang sangat berbeda dengan kebiasaan mereka selama ini, apalagi peraturan baru tersebut datang dari orang yang baru dalam rumah tersebut.
Jadi baik istri Anda maupun keluarga Oom sama-sama sulit menyesuaikan diri satu dengan yang lainnya, karena sama-sama tidak siap bertemu dengan orang “Baru”.
Menurut kami, rumah tersebut adalah milik orang tua Anda dan tidak otomatis rumah Anda pribadi karena orang tua Anda tidak menunjukkan bahwa Anda adalah satu-satunya yang berhak dalam rumah tersebut, apalagi Anda masih punya beberapa adik. Jadi tidaklah bijak jika anda dan istri merasa berhak mengatur rumah tersebut beserta orang-orang yang tinggal di dalamnya.
Lebih bijak untuk Anda jika membawa istri untuk keluar dari rumah tersebut dan menyewa atau membeli rumah untuk Anda dan istri. Dan kami tidak menyarankan jika akhirnya Anda harus tinggal di dalam kelurga istri karena akan menimbulkan masalah baru yang kompleks juga. Sesuai anjuran Tuhan, lebih baik Anda dan istri tinggal di rumah sendiri tanpa ada intervensi yang berarti dari pihak lain.
Bagaimana dengan rumah yang sekarang? Karena itu milik orang tua Anda maka keputusan tertinggi ada padanya, bukan pada Anda apalagi istri Anda. Belum lagi adik-adik Anda juga berhak tinggal di rumah tersebut, karena itu biarlah rumah tersebut dihuni oleh orang yang berhak untuk menghuni atau orang yang diberi hak untuk menghuni oleh orang tua Anda.
Lalu setelah ada keputusan untuk tinggal di luar rumah tersebut, Anda bisa pelan-pelan meredakan ketidaksukaan keluarga Oom terhadap istri anda karena bagaimanapun dia adalah istri Anda. Disini yang kami tekankan adalah Anda dan istri, itu yang paling penting untuk beradaptasi satu sama lain dan merajut kasih sayang di dalam Tuhan satu sama lain.
Cara Sehat Mencerdaskan Anak
Memiliki anak yang cerdas tentu merupakan sebuah hal yang membanggakan bagi kita, orang tua. Orang tua juga lebih sering menilai kecerdasan anak dari nilai yang tertulis di raport. Sehingga anak diikutkan bermacam-macam bimbingan belajar agar anak bisa mendapatkan nilai yang baik. Cara tersebut memang tidak salah, namun bila anak terlalu banyak dibebani oleh berbagai macam bimbingan belajar tentu bisa membuat anak menjadi stress atau menjadi malas kalau belajar di sekolah.
Saya akan memberikan beberapa cara yang sehat agar anak bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas. Cara-cara tersebut antara lain:
http://lagu2anak.blogspot.com/2011/03/cara-sehat-mencerdaskan-anak-metode.html?utm_source=BP_recent
- 4406 kali dibaca