Mengenal LGBT (1)

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T486A
Nara Sumber: 
Ev. Sindunata Kurniawan, M.K.
Abstrak: 
Isu LGBT kian ramai diperbincangkan seolah ini ancaman yang dulu tidak ada dan sekarang ada. Padahal isu LGBT telah ada sejak zaman Sodom dan Gomora. Isu ketertarikan sejenis maupun perilaku homoseksual hanyalah salah satu dosa seksual, bukan satu-satunya dan juga bukan yang terbesar, juga bukan yang terberat. Mari kita mengenali LGBT, memandangnya secara proporsional, dan mengusahakan pemulihannya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Istilah LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukan diri atau identitas. Istilah ini juga diterapkan oleh mayoritas kelompok dan media di Amerika Serikat serta beberapa negara berbahasa Inggris lainnya. Tidak semua kelompok setuju dengan akronim ini. Beberapa orang menyatakan bahwa pergerakan transgender berbeda dengan pergerakan kaum LGB dan perlu dipisahkan. Juga ada yang tidak peduli. Akronim LGBT merupakan sebuah usaha untuk mengategorikan berbagai kelompok dalam satu area dan menandai perjuangan untuk kesetaraan. Di sisi lain, muncul juga LBGTQI. Q = Queer: untuk orang yang masih belum yakin dengan identitas seksualnya. Interseks: Kaum interseks juga ingin dimasukkan ke dalam kelompok LGBT. Interseks adalah variasi karakteristik kelamin yang membuat seseorang tidak dapat diidentifikasi sebagai laki-laki atau perempuan. Variasi ini meliputi ambiguitas jenis kelamin dan kombinasi genotip kromosom dan fenotip seksual selain XY (laki-laki) dan XX (perempuan).

LGBT seperti tiba-tiba menjadi topik hangat di Indonesia sejak tahun 2015, tepatnya sejak Mahkamah Agung (MA) Amerika Serikat mengesahkan pernikahan sesama jenis pada tanggal 26 Juni 2015 di 50 negara bagian. Sebelumnya, pernikahan sesama jenis hanya legal di 36 negara bagian. Melalui keputusan Mahkamah mencabut larangan pernikahan sesama jenis yang diterapkan oleh 14 negara bagian. Keputusan ini merupakan kemenangan bagi aktivis kaum gay yang selama ini mengampanyekan pengesahan pernikahan. Pernikahan sesama jenis semakin mendapat dukungan dari warganegara Amerika, terutama kaum muda. Hal ini tecermin dalam survei yang menunjukkan bahwa 57 persen warga Amerika mendukung pernikahan sesama jenis.

Sesungguhnya, legalisasi pernikahan sejenis sudah dilakukan belasan hingga puluhan tahun di negara-negara Eropa. Rupanya kita orang Indonesia sangat Amrik minded. Apa-apa yang terjadi di Amerika Serikat, kita tiru: makanan, film, lagu, gaya hidup termasuk pola relasi seks permisif, juga soal model gereja dan teologi. Akhirnya krisisnya juga kita tiru. Di Negara bagian tertentu di Amerika Serikat ada gereja yang ditutup karena tidak mau menikahkan kaum sesama jenis.

LGBT bisa dipisahkan dalam 2 kelompok:
  1. LGB (Lesbian – Gay – Biseksual) itu berbicara tentang orientasi seksual atau ketertarikan seksual.
  2. T (Transgender) berbicara tentang identitas seksual, sebagaimana KTP. Sesama laki-laki saling tertarik secara seksual disebut kaum Gay, sementara bila ketertarikan itu di antara sesama perempuan disebut Lesbian. Selain itu bila laki-laki tertarik secara seksual kepada keduanya, dengan laki-laki dan perempuan, disebut Biseksual. Transgender berbicara tentang identitas seksual, dengan kaum transgender ingin ada pilihan ketiga dalam KTP: L (laki), P (perempuan), dan T (transgender). Penampilan sebagai laki-laki tetapi jiwanya seorang perempuan, disebut waria atau sebaliknya laki-laki tampil dalam tubuh perempuan. Kaum transgender biasanya ingin operasi plastik misalnya dengan silicon dan lain-lain.

Kalau kita mengikuti media pemberitaan nasional, tertangkap situasi kepanikan di kalangan pemuka agama dan tokoh-tokoh sehingga berbagai forum membicarakan dan ramai-ramai mengutuk LGBT. Sikap ini kurang proporsional. Jika kita membaca Kejadian 19:5, peristiwa Sodom dan Gomora, penduduk kota Sodom adalah pelaku sodomi. Di Imamat 18, ada banyak larangan lain misalnya incest, hubungan seks dengan binatang. Kita bisa menemukan bahwa perilaku seks sejenis merupakan salah satu pergumulan seksual manusia sejak kejatuhan manusia. Keliru besar jika beranggapan karena saya bukan LGBT, saya lebih bersih dan kudus. Anda mungkin bukan LGBT, tapi bergumul dengan masturbasi, mengalami keterikatan dengan pornografi, ya sama-sama berdosanya. Lewat pembahasan ini marilah kita bersikap proporsional. Gereja dan orang tua Kristen harus memandang masalah LGBT ini sesuatu yang serius, karena mereka berusaha memengaruhi orang lain untuk menjadi anggota LGBT.

Disisi lain, di Amerika Serikat terbongkar kasus prostitusi terselubung lewat dunia maya yang menyingkap lebih dari seratus pemimpin gereja dan teolog yang terkenal di tingkat dunia. Skandal-skandal seks para hamba Tuhan dan pelaku pelayanan juga terjadi di Indonesia. Isu LGBT bukanlah isu terbesar dibandingkan skandal seks yang merupakan fenomena gunung es ini.

Ada 3 penyebab ketertarikan sejenis yaitu :
  1. Cinta utuh kedua orang tua kandung tidak didapatkan oleh anak
  2. Pelecehan seksual di masa anak
  3. Pengaruh buruk lingkungan

PERTAMA: Cinta utuh kedua orangtua kandung tidak didapat oleh anak (masa 0 – 12 tahun) Cinta yang utuh memiliki dua sisi, yaitu sisi kasih sayang dan sisi arahan atau disiplin.
Kasih sayang meliputi :

  1. Sentuhan sehat, misalnya dipeluk, dikecup, dibelai.
  2. Kebersamaan yang dirasakan anak. Orang tua menemani sehingga anak tidak merasa kesepian.
  3. Kata-kata peneguhan, misalnya "Kamu cantik", "Bapak bangga dengan kamu".
  4. Perawatan fisik, misalnya makanan diperhatikan, kebersihan badan, ketika sakit diperhatikan.
Arahan dan disiplin termasuk batasan-batasan, termasuk pendidikan seks sesuai tahap perkembangan anak.

Firman Tuhan dari Matius 9:13, "Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa". Berita inilah yang perlu kita terapkan dalam isu LGBT, bagian kita menyatakan belas kasihan lebih daripada kita menghakimi dan menolak orang-orang yang bergumul dengan isu LGBT ini.