Mengembangkan Belas Kasihan Pada Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T542B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Setiap orangtua menginginkan agar anak memiliki empati dan belas kasihan terhadap orang lain. Namun ada anak yang dari kecilnya kurang peka untuk berbelas kasihan. Sehingga menambahkan dosis kasih dan kelembutan, serta pendisiplinan yang tidak agresif menjadi salah satu jalan keluar.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
dpo. Pdt. Dr. Paul Gunadi

Salah satu kenyataan hidup yang mesti diterima adalah tidak ada anak yang 100 persen sama dengan anak lainnya. Setiap anak memunyai keunikannya masing-masing, bukan saja secara fisik tetapi juga secara mental. Salah satu di antaranya adalah belas kasihan; ada anak yang sejak kecil memiliki rasa belas kasihan yang kuat namun ada pula yang tidak. Berikut akan dipaparkan beberapa masukan untuk mengembangkan rasa belas kasihan anak.

  1. Kita mesti membedakan antara hal yang bersifat psikologis dan rohani. Kurangnya belas kasihan pada anak tidak berarti bahwa ia kurang rohani. Sesungguhnya, kondisi ini merupakan bagian dari kepribadiannya, yang terlepas dari kerohaniannya. Pada dasarnya anak yang kurang belas kasihan adalah anak yang kurang peka secara emosional. Oleh karena kurang peka, maka ia kurang dapat menempatkan diri pada diri orang lain, alias ia kurang mampu berempati. Nah, kekurangmampuannya menempatkan diri pada diri orang lain mengakibatkannya kurang mampu merasakan perasaan orang lain. Itu sebabnya, kadang ia menyakiti anak lain tanpa mengerti bahwa perbuatannya telah membuat anak lain menderita. Jadi, jawaban terhadap masalah ini bukanlah rohani. Sudah tentu adalah baik buat kita untuk berdoa buat anak, apa pun permasalahannya, termasuk masalah ini. Namun, penting bagi kita untuk tidak membuat masalah ini sebagai masalah rohani, seakan-akan anak kurang rohani dan memaksanya untuk lebih dekat kepada Tuhan atau lebih taat kepada Tuhan. Pendekatan seperti ini hanya akan membuatnya merasa lebih bersalah tanpa menyediakan jalan keluarnya.
  2. Kepada anak yang kurang berbelas kasihan kita justru mesti menambahkan dosis kasih dan kelembutan.. Kita harus lebih sering mengatakan bahwa kita mengasihinya. Kita pun mesti lebih sering mengungkapkan kasih secara nyata, misalkan dengan lebih sering membelai dan memeluknya. Sedapatnya kita justru mengurangi penghukuman. Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa? Mungkin kita berpikir, seharusnya kita lebih tegas kepadanya dalam memberikan hukuman agar ia berhenti mengganggu atau menyakiti adiknya. Pada hakikatnya rasa belas kasihan bertambah seiiring dengan bertambahnya pengalaman dikasihi. Sebaliknya, makin sering anak menerima hukuman, rasa belas kasihan malah berkurang; yang bertumbuh justru adalah kekurangpekaannya. Bila dimuati dengan kemarahan, maka kekurangpekaan ini akan membuatnya lebih agresif dan kejam. Jadi, sedapatnya janganlah bereaksi dengan marah dan hukuman. Kita hanya perlu memberikan hukuman kepadanya jika ia sengaja menantang kita, dengan cara mengulang perbuatannya. Bukannya berhenti, ia malah mengulang atau memberikan sikap menantang kepada kita tatkala kita memintanya berhenti melakukan perbuatan yang menyakiti kakak atau adiknya. Bila ia berhenti berbuat, yang perlu dilakukan adalah memberinya tahu bahwa perbuatannya membuat adiknya tersakiti. Kita dapat memeluk adiknya yang menangis dan berkata, "Kasihan adikmu; ia menangis karena ia kesakitan." Setelah adiknya berhenti menangis, kita dapat memeluknya dan berkata, "Saya tahu kamu tidak bermaksud menyakiti adikmu tadi."
  3. Sedapatnya kita mencegah, sebelum ia berbuat menyakiti orang lain. Jika ia mulai bermain dengan kasar, kita dapat memperingatinya untuk berhati-hati. Bila ia marah kepada adiknya, sebelum ia memukul, kita langsung mendekatinya dan bertanya, "Apa yang terjadi?" Setelah ia menceritakan apa yang terjadi, kita dapat berpura-pura menghukum adiknya, agar ia melihat bahwa kita telah bertindak membelanya. Bila kita tidak berbuat apa-apa, lama kelamaan ia akan langsung bertindak sebab ia merasa percuma bercerita kepada kita. Masalah akan lebih rumit setelah ia masuk sekolah karena kita tidak bersamanya. Itu sebab penting bagi kita untuk menghubungi gurunya dan memberitahukan kondisi anak kita. Mintalah kerja sama guru untuk melakukan apa yang kita lakukan di rumah guna menolong anak kita mengembangkan belas kasihan. Mohonlah agar ia tidak tergesa-gesa menjatuhkan hukuman kepada anak kita; sebaliknya, selain mencegah, lebih seringlah mengungkapkan pengertian bahwa sesungguhnya ia tidak berniat menyakiti temannya. Sudah tentu guna menjaga ketertiban guru mesti menjatuhkan sanksi kepadanya. Bila itu harus terjadi, tidak apa, terpenting setelah hukuman dijalankan, guru memanggilnya secara pribadi untuk menyatakan pengertiannya dan memintanya untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi. Akhiri pertemuan pribadi itu dengan pernyataan kasih, guna memperkuat belas kasihan.
  4. Sebelum menjatuhkan hukuman, kita terlebih dahulu memeringatinya. Maksud saya, kita menyampaikan kepadanya hukuman apa yang akan kita jatuhkan kepadanya bila ia melakukan perbuatannya itu. Tujuannya adalah supaya anak menyadari bahwa sebenarnya ia sendirilah yang membuatnya menerima hukuman. Harapan kita adalah agar anak melihat kaitan erat dan langsung antara perbuatan dan akibat.
  5. Jika kita melakukan ini secara konsisten, besar kemungkinan ia akan berpikir dua kali sebelum ia bertindak kasar kepada adiknya. Makin berkurang tindakan kasarnya, makin berkurang pulalah kecenderungannya untuk bersikap seenaknya dan agresif. Dan, ini akan makin membuka lebar munculnya belas kasihan pada dirinya.
  6. Kita dapat mengajarnya untuk berbelas kasihan lewat bacaan, film atau skenario kehidupan sehari-hari.. Sewaktu membacakan buku atau menonton film bersama, kita dapat bertanya kepadanya, mengapakah tokoh tersebut bersedih. Atau, kita dapat berkata bahwa tokoh berbuat tidak baik karena telah menyakiti yang lainnya. Kita pun dapat mengangkat kejadian sehari-hari dan menjadikannya bahan pelajaran buatnya.
Amsal 14:8 menasihati, "Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu kebodohannya." Semua masukan yang telah dipaparkan bertujuan satu yakni menolong anak mengerti jalannya sendiri. Anak yang lahir dengan kekurangpekaan mesti dididik untuk mengerti bahwa tindakannya berpengaruh pada orang lain dan bahwa ia memegang kendali penuh atas tindakannya. Dan, inilah bagian dari mengerti jalannya sendiri.