Mengapa Anak Bersikap Negatif 2

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T207B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Lanjutan dari T207A

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

T 207 a+b "Mengapa Anak Bersikap Negatif" (I dan II) oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi

Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan mengapa anak bersikap negatif dan bagaimana kita memberikan teladan supaya anak bersikap positif:

  1. Sikap positif dimulai dari relasi nikah orangtua yang positif. Relasi nikah yang positif berarti tidak banyak ketegangan dan inilah awalnya: anak hanya dapat mengembangkan sikap positif bila jiwanya tenteram. Sebaliknya, jiwa yang sarat ketakutan akan sulit melihat hidup secara positif. Relasi nikah orangtua adalah fondasi perkembangan diri anak; bila relasi nikah buruk, anak pun dengan mudah mengembangkan sikap negatif. Relasi yang buruk menciptakan ketegangan pada diri anak dan ini akan menyukarkan anak membangun sikap positif. Dalam relasi buruk, orangtua cenderung menyoroti hal buruk pada diri pasangannya dan ini membuat anak "belajar" melihat hal buruk pada diri orang lain.
  2. Orangtua menghadapi kesusahan hidup secara negatif dan akhirnya sikap negatif inilah yang dipelajari anak dalam menghadapi kesusahan hidup. Ia belajar untuk menyalahkan, bukan mencari solusi. Adakalanya orangtua melibatkan anak dalam masalah yang jauh melampaui usianya; ini akan membuat perkembangan anak tertindih dan melenceng. Karena pada usia belia ia belum dapat memikul beban yang berat dan belum bisa mencarikan solusi, pada akhirnya jiwanya sarat dengan masalah belaka-tanpa solusi. Ia cepat stres dan mudah menyerah.

    Mazmur 107:31, "Biarlah mereka bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia." Tuhan meminta kita menjadi orang yang bersyukur karena Tuhan mengasihi kita dan setia kepada kita, dan perbuatan-Nya ajaib dan baik kepada kita, maka kita harus mengingat ini. Orangtua yang bersyukur, berarti orangtua yang melihat hidup dari kacamata yang positif. Karena mengetahui, percaya ada Tuhan, dan ada Tuhan yang memelihara dan mengatur segalanya. Ini adalah dasar sikap positif kita, ini yang mesti kita bawa ke dalam rumah kita dan ini nanti yang akan ditiru oleh anak-anak kita.

  3. Orangtua yang menyoroti aspek positif pada anak akan menanamkan pandangan positif anak terhadap dirinya dan juga orang lain. Anak yang menerima komentar positif tentang dirinya akan memiliki penilaian positif pula terhadap dirinya. Karena orangtua menerima dirinya apa adanya, ia pun menerima dirinya apa adanya. Ia pun akan belajar untuk melihat orang lain dari segi positifnya pula. Dengan kata lain, ia tidak mencari-cari yang buruk pada dirinya atau orang lain. Ini tidak berarti bahwa ia harus selalu dipuji; sudah tentu akan ada waktu dan tempat untuk menyampaikan tanggapan yang negatif. Jika itu yang harus dilakukan, penting bagi kita untuk memperhatikan dua hal. Pertama, kita harus menyampaikan komentar negatif itu secara positif yakni dengan cara menegaskan tujuannya (mencari solusi, bukan penyebab) dan bukan dengan nada merendahkan. Kedua, kita tidak boleh menyerang kepribadiannya; utarakanlah sejelas dan sekonkret mungkin apa itu yang telah dilakukannya. Jadi, fokuskan pada perbuatan, bukan dirinya.
  4. Orangtua yang sering bercanda gurau dengan anak cenderung membangun sikap positif pada anak. Canda gurau menimbulkan kegembiraan pada hati anak dan sikap positif lebih mudah bertunas pada jiwa yang riang. Lebih jauh lagi, canda gurau menolong anak untuk tidak selalu menatap hidup dengan serius. Kadang kita harus bersikap serius namun tidak selalu kita harus memperlakukan hidup dengan serius. Canda gurau juga akan menolong anak untuk memperlakukan dirinya dengan tidak terlalu serius. Anak yang memperlakukan dirinya dengan serius akan menjadi kaku dan mudah tersinggung. Sebaliknya anak yang dapat menertawakan dirinya akan mudah tersenyum bahkan di tengah kekecewaan.

    Amsal 27:18, "Siapa memelihara pohon ara akan memakan buahnya..." Jadi dengan kata lain Tuhan mau berkata, yang kita tabur itulah yang kita tuai. Jadi sebagai orangtua tanamlah sikap yang positif, tanamlah benih positif nanti itulah buah yang akan dipetik. Anak-anak pun akan menuai buah yang positif dalam hidupnya.