Membangun Pernikahan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T458B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Sama seperti membangun rumah, pernikahan pun dibangun satu batu di atas satu batu, satu kayu di atas satu kayu.Ada banyak yang mesti dilakukan namun ada beberapa yang harus dikerjakan sedini mungkin.Kegagalan melakukan hal-hal ini pastilah berdampak buruk pada kondisi pernikahan. Berikut akan dipaparkan beberapa di antaranya.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sama seperti membangun rumah, pernikahan pun dibangun satu batu di atas satu batu, satu kayu di atas satu kayu. Ada banyak yang mesti dilakukan namun ada beberapa yang harus dikerjakan sedini mungkin. Kegagalan melakukan hal-hal ini pastilah berdampak buruk pada kondisi pernikahan. Berikut akan dipaparkan beberapa di antaranya.

Pernikahan dibangun di atas kepercayaan, jadi mulailah dengan percaya. Dari awal pernikahan, biasakan untuk mempercayai pasangan. Jangan sampai sebaliknya yang kita lakukan: dari awal kita meragukan kejujuran pasangan dan senantiasa mempertanyakan perkataannya. Singkat kata, jangan membuatnya merasa ia senantiasa berada di bawah radar. Besar kemungkinan bila ia merasa bahwa ia selalu diawasi, bukan saja ia merasa tidak bebas, tetapi ia pun akan merasa marah karena itu membuatnya merasa direndahkan, seakan-akan ia adalah seorang yang tidak baik. Tidak jarang, ia malah akan sengaja berbuat hal yang tidak disukai pasangan. Juga, pengawasan yang dilandasi tidak percaya ini akan membuatnya serba salah dalam menceritakan sesuatu.

Tanpa percaya, relasi nikah akan berubah menjadi kaku dan sarat ketakutan. Sebaliknya, dalam percaya, relasi nikah akan bertumbuh flesibel dan bebas. Cinta tidak akan berkembang dalam kekakuan dan ketakutan; cinta hanya dapat berkembang dalam kebebasan dan kepercayaan. Jadi, sekali lagi mulailah pernikahan dengan percaya. Ingatlah bahwa kita semua bertanggung jawab kepada Tuhan dan tidak seorang pun luput dari pengawasan-Nya. Jadi, serahkan pasangan kepada Tuhan.

Pernikahan dibangun di atas respek, jadi mulailah dengan memberikan respek kepada pasangan. Kita dapat menemukan seribu kekurangan pada pasangan dan berusaha mengoreksinya, namun itu tidak akan membangun pernikahan. Bila pasangan terus mendengar keluhan demi keluhan maka yang timbul sebagai reaksinya adalah kemarahan. Ia marah karena pada dasarnya keluhan atau kritikan menandakan bahwa kita tidak respek kepadanya. Jadi, fokuskanlah pada hal baik yang ada pada dirinya. Lihatlah dan sorotilah kesetiaannya; hargailah pengorbanannya dan pujilah usahanya. Kadang kita menahan pujian atau penghargaan karena kita tidak puas dengan kualitas yang dihasilkannya. Mungkin ia belum berhasil melakukannya sebaik kita atau sebaik orangtua kita tetapi hargailah usahanya. Penghargaan atas dasar usaha akan memacunya untuk terus berbuat.

Respek dibangun di atas penerimaan. Jadi, jangan banding-bandingkan pasangan dengan orang lain atau orangtua atau kakak-adik kita. Ingat, perbandingan hanya akan membuat pasangan makin terpuruk dan tidak berdaya. Dan, ini akan menjatuhkan keinginannya untuk menyenangkan hati kita. Pada akhirnya ia tahu bahwa di mata kita, ia hanya akan berharga bila ia menjadi seperti orang-orang tertentu yang kita kagumi atau hormati.

Pernikahan dibangun di atas kasih, jadi nyatakanlah kemesraan kepada pasangan. Ada banyak cara untuk mengungkapkan kemesraan namun semuanya terpulang pada dua hal yaitu (a) kelembutan dan (b) kepedulian. Tidak soal seberapa banyak bunga kita berikan kepada pasangan, bila kita bersikap kasar kepadanya, kita tidak akan mengkomunikasikan kemesraan dan ia pun tidak akan merasa dikasihi. Jadi, biasakan diri untuk bertutur secara lembut kepadanya. Jika marah, tahanlah mulut agar tidak melontarkan perkataan yang menyakiti hati pasangan. Kemesraan juga ditunjukkan melalui kepedulian. Tidak soal seberapa enak kita menyiapkan masakan buat pasangan, bila kita tidak mempedulikan kebutuhannya, kita tidak akan mengkomunikasikan kemesraan kepadanya. Berilah perhatian yang cukup kepada pasangan sehingga dengan segera kita dapat menangkap pergumulan hidupnya. Ulurkan tangan untuk menolongnya tatkala ia membutuhkan tangan dan sendengkanlah telinga pada waktu ia memerlukan telinga untuk mendengarkannya.

Terakhir pernikahan bertumbuh di dalam Tuhan, jadi berdoalah bagi pasangan. Serahkanlah pasangan kepada tangan pemeliharaan Tuhan. Berikanlah dorongan dan nasihat kepada pasangan lewat Firman Tuhan. Kuatkanlah satu sama lain sewaktu berada dalam kesusahan. Jadikan Firman Tuhan tonggak pernikahan dan pengharapan, terutama saat menghadapi badai kehidupan. Roma 12:10 mengingatkan, "Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat." Sebelum kita menjadi suami-istri, kita adalah sesama saudara dalam Kristus. Jadi, ingatlah hal ini dan kasihilah pasangan sebagai sesama saudara dalam Kristus. Juga, saling mendahuluilah dalam memberi hormat. Jangan menunggu dihormati, baru memberikan hormat. Ingat, terpenting adalah Tuhan melihat dan menghormati usaha kita untuk menjaga pernikahan ini.