Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK bekerjasama dengan radio kesayangan Anda ini. Saya Hendra akan berbincang-bincang dengan Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K., beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling keluarga. Perbincangan kami kali ini tentang “Gaya Hidup Sehat" bagian kedua. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
H : Pak Sindu, pada bagian sebelumnya Bapak telah menyebutkan lima langkah yang harus dimiliki untuk memeroleh gaya hidup yang sehat yaitu mengambil tanggung jawab, membersihkan sampah hati, menerima keterbatasan diri, menghargai diri dan mencari pertolongan. Kali ini apakah ada langkah-langkah berikutnya yang ingin Bapak tambahkan ?
SK : Ada. Jadi saya akan berbagi enam langkah yang lain. Saya akan mulai dari langkah ke enam. Jadi langkah keenam untuk mengembangkan gaya hidup yang sehat yaitu BERBAGILAH. Memang orang yang sehat, itu ditandai dari semangat berbaginya, berbagi adalah tanda jiwa yang kaya karena ketika kita sedang mengalami kekurangan atau sedang dirundung masalah namun ketika kita mau berbagi maka akan ada sukacita kegembiraan yang muncul dalam hati kita dan bukankah firman Tuhan mengatakan hati yang gembira adalah obat dan hati yang bersukacita membuat hidup kita lebih sehat karena kita mendapati ternyata kita tidak seterpuruk yang semula kita kira, karena memang pada dasarnya Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk yang hidupnya berbagi, sebagaimana Tuhan yang juga senang berbagi. Maka ketika kita berbagi sukacita itu muncul karena memang kita sedang mengerjakan program sehat yang Tuhan rancang di dalam kemanusiaan kita ini.
H : Dalam hal seperti apa kita dapat berbagi, Pak Sindu ?
SK : Banyak hal, kita bisa berbagi dengan orang lain dalam hal waktu, kita bisa memberi waktu kepada orang lain dalam menolong orang lain, memberi pikiran/gagasan, berbagi dalam hal telinga, mendengar masalah orang lain, turut menangis dan menanggung kesedihan dan mendoakan atau pun memberikan nasehat yang relevan atau kita bisa berbagi dengan uang kita, makanan kita, tenaga kita. Jadi jangan berpikir, “Saya tidak kaya dalam hal uang, saya tidak banyak pengalaman, saya tidak sesehat orang lain" jangan salah, justru dalam keterbatasan apa pun kita tetap memunyai sesuatu yang bisa kita bagikan. Ingatlah ada kisah nyata persembahan janda miskin yang hanya memberi persembahan dua duit, dikatakan dia memberikan seluruh harta miliknya tetapi apa yang terjadi justru di tengah pemberian itulah berkat Tuhan melimpah dan saya yakin orang itu hidup di dalam jiwa yang sehat karena mau berbagi.
H : Namun dalam perihal berbagi bukanlah perihal yang mudah dilakukan, banyak orang merasa enggan untuk melakukannya. Kira-kira apa yang menjadi penyebab pandangan tersebut, Pak Sindu ?
SK : Bisa beberapa hal, yang pertama kita hidup di era yang sangat materialistik sehingga kita lebih mudah berpikir kurang, kurang dan kurang, apa yang saya punyai. Justru itulah yang menjadi perlawanan yang perlu kita lakukan, hidup dalam penyangkalan diri artinya justru dengan kita berbagi kita berhenti untuk berkata, “Saya kekurangan, saya cukup, saya berlimpah" tandanya masih ada sesuatu yang bisa saya bagikan dan justru ketika kita bisa membagikan sesuatu itu membuktikan kita hidup berkelimpahan, ada rasa syukur yang boleh kita nyatakan kepada Tuhan dan justru kalau kita mau berbagi kepada orang lain bukankah Tuhan akan lebih lagi memberkati kita dan saya mengalami, banyak orang mengalami ketika kita berbagi justru Tuhan tidak pernah membiarkan diri-Nya menjadi orang yang berhutang kebaikan kepada kita, kita yang mau menolong sesama kita maka Tuhan pun akan lebih punya alasan untuk menolong diri kita dalam berbagai bentuk. Itu sekali lagi adalah gaya hidup yang sehat, Pak Hendra.
H : Jadi yang perlu digaris bawahi adalah persoalan berbagi ini, bukan melulu persoalan materi seperti yang telah Pak Sindu singgung, ada banyak hal yang harus dilakukan untuk berbagi dan berbagi adalah langkah yang penting untuk memiliki gaya hidup yang sehat.
SK : Tepat dan perlu sedikit saya tambahkan sekalipun bukan melulu materi tetapi materi tetap perlu kita bagikan, tetap ada sesuatu yang bisa kita bagikan, mungkin makanan kita hanya satu piring, sebenarnya kita kekurangan dan sebentar kita tidak tahu kita akan makan apa, tapi kalau ada orang datang dalam posisi membutuhkan makanan, mari kita mengambil langkah iman “Baiklah saya makan separuh, sebenarnya tidak cukup kenyang tapi saya mengambil langkah iman berbagi dari satu piring makan ini" dan itu ada alasan untuk kita berbagi dan ada alasan untuk bisa kita bagikan dan itu yang membuat hidup dan jiwa kita lebih kaya dan lebih sehat. Jadi materi tetap perlu kita bagikan dari apa yang kita punyai.
H : Dengan kata lain jiwa yang sehat itu ditandai dengan kesediaan untuk berbagi sekalipun kondisinya tidak berkelimpahan secara konkret ?
SK : Tepat.
H : Baik Pak Sindu, selain berbagi langkah apa lagi ?
SK : Yang ketujuh adalah BELAJAR DAN BERTUMBUHLAH. Jadi seorang yang suka belajar dan bertumbuh akan menjadi seorang yang makin arif dan bijak karena memang seorang yang mau mengembangkan gaya hidup yang sehat adalah seorang yang dinamis, yang tidak berhenti tapi dia mau menjadi pembelajar seumur hidup. Belajar yang saya maksud bukan semata-mata belajar secara akademis, secara intelektual, formal di bangku sekolah atau kuliah tapi juga belajar dari sekolah kehidupan ini, baik itu belajar dalam mengembangkan kapasitas emosional, kapasitas karakter, belajar tentang keterampilan hidup dalam menyelesaikan masalah termasuk belajar dalam hal-hal yang bersifat teknis keterampilan hidup. Jadi ada berbagai hal yang kita bisa belajar dan bisa bertumbuh di dalamnya.
H : Apakah bisa memberikan contoh belajar yang di luar ruang sekolah seperti yang bapak jelaskan baru saja ?
SK : Misalnya kita belajar dari orang lain yang punya masalah, ada orang yang datang dan punya masalah misalnya masalah dia di dalam menghadapi konflik dengan pasangannya, kita mendengar permasalahan orang itu dan kita ikut mendengarkan dan mendoakan serta kita ikut memikirkan mengatasi solusinya maka dari situ kita belajar, “Berarti saya harus bercermin apakah saya seperti dia dalam memerlakukan pasangan saya atau memerlakukan anak saya, memerlakukan orang lain, saya perlu hati-hati supaya tidak terpuruk seperti dia dan apa yang harus saya lakukan supaya saya menjadi suami, ayah, istri, ibu yang lebih baik lagi". Jadi di sanalah kita belajar dari kehidupan ini.
H : Termasuk ketika pendengar mendengarkan percakapan ini, Pak Sindu ?
SK : Tepat. Itu juga menjadi sarana untuk kita belajar dan bertumbuh.
H : Terima kasih untuk pesan yang sangat berharga ini, selain itu apalagi ?
SK : Langkah yang kedelapan untuk menjadi seseorang yang memunyai gaya hidup sehat yaitu RAYAKAN TIAP KEBERHASILAN KECIL. Jadi lebih mudah kita merayakan untuk hal-hal yang besar, “Aku sudah naik kelas, hore aku sudah naik pangkat, hore gajinya bertambah, bisnisnya sukses". Kita baru merayakan tetapi ingat bukankah pengalaman-pengalaman seperti itu pengalaman yang tidak bisa terjadi cepat dan membutuhkan proses perjuangan yang panjang tetapi kalau kita bisa mengembangkan satu langkah demi langkah kecil dan ketika kita berhasil menyelesaikan satu hal kecil ini dan kita rayakan maka itu membuat jiwa kita sehat. Jadi kita tidak selalu harus di dalam stres yang berkepanjangan tetapi ketika kita merayakan itu membuat kelegaan bagi jiwa kita, membuat hati kita gembira dan itulah yang akan membuat hidup kita semakin cerah dan semakin sehat.
H : Bapak bisa memberikan contoh keberhasilan kecil seperti apa ?
SK : Misalnya bagi kita yang bekerja, “Saya harus menyelesaikan laporan ini dan laporan ini adalah hal yang membosankan" mari kita lakukan, “Baik saya akan selesaikan 1 jam dulu dan setelah satu jam saya boleh istirahat 15 menit" dan saya kerjakan 1 jam dengan tekun, setelah satu jam sekalipun belum selesai tapi 1 jam telah terlewati dalam menekuni pekerjaan itu kita bisa memberikan perayaan kecil. “Baiklah saya akan istirahat dan saya akan lakukan yang saya suka dalam waktu 15 menit". Misalnya hobinya nonton TV, baca koran, email dan lakukan perayaan kecil itu. Kalau semua selesai kemudian pekerjaan itu yang terasa berat besoknya bisa kita katakan, “Hore saya sudah selesai dan saya akan rayakan dengan memuji nama Tuhan dan akan saya rayakan dengan beli semangkok bakso itu, makanan kesukaan saya" tidak harus mahal, “Saya akan makan bakso yang enak merayakan keberhasilan saya menyelesaikan satu laporan kerja saya. Itu adalah bentuk perayaan kecil yang bisa dilakukan.
H : Kalau dalam konteks kehidupan rumah tangga, apakah ada contoh yang bapak bisa berikan ?
SK: Misalnya di dalam mengatasi masalah anak, mendampingi anak belajar, misalnya kita menjadi orang tua yang kurang sabar, kita bisa berkata, “Baik saya akan temani dia belajar selama satu jam dan saya tidak akan memarahi dia dan saya akan dengar dan tekun mendampingi dia, dan kalau saya mau marah saya akan keluar dari kamar itu dan saya akan buang emosi saya dengan menghirup udara yang segar di luar rumah ini, kemudian saya akan kembali dan kalau saya berhasil dalam satu hal ini, saya akan minta pujian dari istri saya, “Hai istriku, tolong puji aku sayang, aku sudah berhasil menemani 1 jam anak untuk belajar tanpa marah-marah, ayo puji dan pijit aku sebagai bentuk merayakan keberhasilan kecil ini".
H : Termasuk ketika si anak berhasil dalam tugas atau ujiannya, apakah itu juga bisa dirayakan secara bersama-sama satu keluarga ?
SK : Bisa, “Ayo kita sama-sama nyanyi puji Tuhan dan kita ucapkan selamat, selamat kamu berhasil mendapatkan nilai sekali pun hasil tidak bagus tapi papa dan mama tahu kamu sudah jujur dan berjuang, papa hargai dan papa mau rayakan ketekunanmu, ayo kita rayakan dengan hal yang kita lakukan ini".
H : Menarik sekali, sesungguhnya hal ini adalah hal yang saya rasa masih sangat langka terjadi di dalam kehidupan masyarakat pada saat ini. Kira-kira Pak Sindu bisa memberikan penjelasan, apa dampaknya kalau kita melakukan perayaan kecil seperti ini ?
SK : Ini akan membuat hidup kita lebih cerah, tidak tertekan, tidak stres hal-hal kecil mudah kita syukuri dan bersukacita. Kemudian kita akan lebih mudah menularkan sukacita dan penghargaan itu pada orang lain. Ada orang yang berkata, “Begitu saja dihargai, apa yang dilakukan adalah sepele, kecil". Kalau kita mudah menghargai dan merayakan keberhasilan kecil ini maka kita pun akan lebih mudah mengapresiasi kemajuan-kemajuan kecil yang dilakukan orang lain. “Masa begitu saja dipuji, tidak!" Itu adalah kemajuan kecil yang kamu lakukan, memang kecil tapi itu berarti. “Ayo maju terus kamu sudah berhasil melakukan ini, luar biasa !" Itu akan menyemangati orang lain untuk semakin bertumbuh, berkembang untuk mengalami kemajuan secara nyata.
H : Selain perayaan-perayaan kecil seperti ini, apa lagi yang bisa dilakukan ?
SK : Langkah yang kesembilan untuk kita bisa mengembangkan gaya hidup yang sehat adalah KEMBANGKAN PERSAHABATAN. Jadi memang kita diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, makhluk relasional artinya kita diciptakan untuk berelasi, berhubungan, berteman, bersahabat, mengembangkan persahabatan dengan orang-orang lain. Jadi memang Tuhan ciptakan kita dalam jiwa kita ada satu ruang yang dibutuhkan untuk mengembangkan relasi dengan orang lain, kita butuh merasa dicintai dan butuh mencintai orang lain, kita butuh diperhatikan dan memerhatikan orang lain.
H : Tapi adakalanya ada orang-orang tertentu yang sulit memulai relasi pertemanan apalagi persahabatan seperti ini.
SK : Di dalam hal ini memang bukan berarti kita harus bersahabat dengan banyak orang apalagi semua orang. Tidak apa-apa tapi minimal ada beberapa orang dimana kita bisa berbagi dan mengembangkan persahabatan dan memang sesuai dengan tipe kepribadian kita, hobi kita, minat kita, nilai-nilai kita. Pada sekian orang kita bisa berteman, tapi untuk mengembangkan persahabatan yang lebih itu memang membutuhkan minat, nilai-nilai, tujuan-tujuan yang mirip atau bahkan banyak penyesuaian. Itu yang akan lebih mempermudah.
H : Artinya ada kesediaan dari diri orang tersebut untuk mau memiliki sahabat dan mungkin mulai mencarinya ?
SK : Tepat. Jadi pada dasarnya selalu ada orang-orang yang bisa kita kenali untuk menjadi sahabat kita. Memang dalam hal ini kita perlu memulai dengan langkah memberi perhatian kepada orang lain, jadi memberi perhatian ini maka nanti orang itu akan cenderung membalas dengan memberi perhatian, kita berbagi dengan hal-hal kecil, cerita hal-hal yang di luar kemudian cerita tentang keluarga kita, tentang diri kita dan kalau menemukan penyesuaian kita menceritakan hal yang lebih pribadi dan disanalah ada persahabatan yang akan tumbuh dan berkembang.
H : Jadi langkah ini tidak bisa lepas dari langkah keenam yang tadi bapak sebutkan mengenai berbagi ?
SK : Tepat.
H : Baik kita sudah memiliki 9 langkah sebagai modal memiliki gaya hidup sehat. Langkah ke sepuluh itu apa, Pak Sindu ?
SK : Langkah yang kesepuluh adalah CINTAILAH TUBUHMU. Jadi memang tubuh adalah wadah atau kendaraan hidup kita. Seumpama kalau kendaraan kita macet maka kita akan benar-benar terbatasi untuk mengerjakan berbagai hal, maka tubuh yang sehat itu bisa muncul dengan kita mencintai tubuh kita dan bukankah sejak SD kita sudah akrab dengan istilah “men sana in corpore sano", dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Dengan kata lain, kalau tubuh kita tidak sehat maka jiwa kita akan turut menderita.
H : Cara mencintai tubuh ini seperti apa bentuknya ?
SK : Yang pertama yaitu perhatikanlah makanan kita, apa yang masuk dalam tubuh kita. Kita perlu makan makanan yang bergizi. Jadi makanan itu bukan sekadar enak, jauh lebih penting makanan yang sehat yang mengandung banyak serat, gizi yang berimbang, dalam hal ini kita perlu berjalan sejalan dengan usia untuk mengurangi karbohidrat artinya supaya kita memunyai berat tubuh yang proposional karena kalau berat tubuh kita sangat berlebihan cenderung akan mengalami berbagai gangguan fisik, yang mengganggu pembuluh jantung, ginjal, pembuluh darah dan sebagainya. Jadi makanlah makanan yang bergizi, yang sehat, yang memiliki gizi yang seimbang. Yang kedua, kita perlu mengembangkan pola istirahat yang cukup dan berkwalitas. Jadi tidurlah secara teratur, sedapatnya bahkan menurut ahli kesehatan sebelum pukul 11.00 malam, Karena memang tidur malam itu tidak bisa begitu saja digantikan dengan tidur siang. Tuhan memang sudah menciptakan tubuh kita untuk lebih bisa beristirahat maksimal di malam hari. Ketika tidur di malam hari, sel-sel tubuh akan lebih mengalami pembaharuan sementara kalau kita tetap beraktifitas, bekerja di tengah malam bahkan hingga dini hari justru itu akan memacu zat-zat negatif bekerja dan merusak tubuh kita. Maka yang ketiga yang bisa kita lakukan sebagai wujud mencintai tubuh kita adalah hiruplah sebanyak mungkin udara segar di pagi hari dan seraplah sinar matahari pagi karena itu akan membuat banyak oksigen dan vitamin D yang memperkaya tubuh kita dan menyehatkan tubuh kita. Yang terakhir, berolahragalah sesuai usia kita. Jadi yang penting keteraturannya, berolahragalah yang aman bagi usia kita, bagi kita yang mungkin berusia di atas 50 tahun lebih memilih jalan pagi, renang yang akan condong lebih membebaskan kita dari cedera. Jadi itulah wujud dari mencintai tubuh sebagai bagian dari gaya hidup yang sehat.
H : Tadi Pak Sindu sempat menyinggung mengenai istirahat yang cukup dan menikmati udara segar dan cahaya matahari di pagi hari, berarti istirahat yang cukup konkretnya dia harus tidur di waktu yang pas dan bangunnya harus pagi juga ?
SK : Itu jauh lebih pas, jadi keteraturan hidup akan menolong banyak hal bagi tubuh kita lebih memunyai irama hidup dan membuat metabolisme kita berjalan lebih baik dan lebih lancar.
H : Bagaimana kalau misalnya orang-orang tertentu yang senang tidur malam, begadang menonton bola atau bekerja sambil begadang. Bagaimana dengan orang seperti itu ?
SK : Kalau sesekali tidak apa-apa, tapi kalau pola tetap jadi tidur malam dan siang hari baru tidur, ini secara medis sudah dilakukan banyak riset dan ditemukan atau disimpulkan, itu akan lebih memungkinkan zat-zat negatif itu berkembang dalam tubuh kita. Jadi gangguan organ dalam lebih mudah terjadi kalau kita balik pola hidup kita, malam bekerja dan siang tidur. Itu rupanya secara medis tidak sehat.
H : Baik, langkah yang terakhir apa ?
SK : Langkah yang kesebelas dan terakhir untuk mengembangkan gaya hidup sehat yaitu JADIKAN KRISTUS SEBAGAI PUSAT. Jadi Tuhan itu patut menjadi pusat dari seluruh pergerakan dan dinamika hidup kita. Hal ini berbeda dengan kalau Tuhan kita jadikan sebagai yang bukan pusat karena memang secara umum kita mungkin lebih mudah menerima kalau Tuhan itu menjadi sekadar pelengkap atau penyeimbang hidup. Bukankah seringkali kita mendengar beberapa kali orang menyatakan, “Milikilah hidup yang seimbang baik itu di dunia dan akhirat, yang jasmani dan rohani perlu diseimbangkan". Di dalam konteks penyeimbang ini, kadang posisi Tuhan bisa jadi tidak menjadi pusat tapi lebih menjadi pelengkap, pelengkap dari hidup kita dan sesungguhnya dengan kata lain, Tuhan sedang kita peralat menurut apa yang kita pandang baik tetapi yang lebih tepat Kristus itu harus menjadi pusat, karena memang Tuhan yang menciptakan kita dan juga Kristus yang telah mati menanggung dosa kita menggantikan kita, menebus kita dari hukuman kekal dan Dia telah menjadi pribadi yang bangkit mengalami kemenangan-kemenangan dari berbagai kutukan dosa dan penderitaan hidup ini dan karena kita sudah ditebus oleh Kristus maka kita adalah milik Kristus, maka gaya hidup yang sehat sepatutnya adalah gaya hidup yang mengerjakan apa yang Tuhan mau dari hidup kita karena Tuhanlah yang memiliki hidup kita ini.
H : Artinya sepuluh langkah di atas langkah kesebelas ini tidak ada artinya kalau Kristus tidak menjadi pusat ?
SK : Tepat, karena memang menjadikan Kristus sebagai pusat, itu akan menolong bagi kita untuk memiliki poros hidup, kembali kita diciptakan dari Tuhan, kita diciptakan untuk Tuhan dan kita diciptakan menjalani hidup ini dimampukan oleh Tuhan yang menjadi kekuatan hidup kita. Maka sepuluh hal langkah gaya hidup yang sehat ini menjadi tidak ada arti apa-apa kalau Tuhan tidak menjadi pusat, karena kita bisa melakukan 10 hal dan kita dipandang sehat di hadapan dokter, di hadapan konselor, di hadapan orang-orang di dunia ini, kita lulus uji tetapi kalau kemudian kita dikatakan tidak lulus uji kesehatan oleh Tuhan maka tetap kita tidak sehat di mata Tuhan. Jadi sehat itu bukan hanya sepanjang kita hidup di dunia. Sehat itu juga berarti sehat di dalam kekekalan di hadapan Tuhan dan itu dimungkinkan kalau Kristus menjadi pusat hidup kita, dimana itu berarti seluruh hidup kita menjadi medan terwujudnya impian dan kehendak Tuhan, itu berarti sepanjang hidup kita yang terbatas kita bergerak bertumbuh serupa Kristus di dalam seluruh karakter kita, di dalam seluruh cita-cita dan pengajaran hidup kita, di dalam seluruh nilai dan gaya hidup kita, kita semakin serupa dengan Kristus dan serupa dengan Kristus itu berarti kita mengembangkan gaya hidup yang sehat. Benar-benar sehat !
H : Terakhir Pak Sindu untuk menyimpulkan bagian ini atau perbincangan ini, mungkin Pak Sindu bisa menjelaskan apa hubungan antara gaya hidup sehat dengan Kristus sebagai pusat ?
SK : Jadi dengan menjadikan Kristus sebagai pusat, maka 10 langkah yang tadi kita bahas itu, akan lebih mungkin kita lakukan karena Kristus Tuhan yang menjadikan alasan untuk kita mewujudnyatakan 10 langkah di depan tadi. Kemudian Tuhan juga yang menjadi motor, energi sumber kekuatan untuk kita mewujudnyatakan 10 langkah di depan tadi dan juga Kristus inilah yang membuat kita tidak takut menghadapi penderitaan apalagi kematian. Bukankah semua orang sesehat apapun tetap akan berujung kepada kematian, dengan menjadikan Kristus sebagai pusat maka dia akan menghadapi kematian dengan berani, bahkan dia mendapati hidupnya setia sampai garis akhir dan akan menerima mahkota kehidupan dan mahkota kemuliaan. Itulah puncak sukses hidup kita sebagai manusia.
H : Terima kasih Pak Sindu, mungkin ada pesan firman Tuhan yang ingin Pak Sindu sampaikan ?
SK : Saya ingin bacakan dari Filipi 1:21, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Jadi berbicara tentang gaya hidup yang sehat, itu berarti gaya hidup yang dipersembahkan bagi Kristus. Kesehatan itu menjadi hal yang utama karena memang Tuhan inginkan dan kesehatan itu adalah sesuatu yang mengalir dari kehadiran Tuhan dan Kristus dalam hidup kita, mewarnai nilai kita dan mewarnai pola pikir, pengajaran kita dan mewarnai gaya hidup kita, dan itu menjadi gaya hidup yang sehat serta ketika kita menghadapi kematian kita berani mati, kenapa ? Karena mati itu berarti kita mencapai sukses dan finalitas hidup kita yang sehat yaitu hidup bersama dengan Tuhan di dalam kekekalan.
H : Terima kasih Pak Sindu, para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Penginjil Sindunata Kurniawan, M.K., dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang “Gaya Hidup Sehat" bagian kedua. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami melalui surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org, kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.