Di Usia Tua Takut Kepada Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T303A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Pada masa anak kecil, anak takut kepada orang tua namun tatkala anak besar dan kita telah tua, kitalah yang malah takut kepada anak. Sebenarnya apakah yang terjadi ? Di sini akan dijelaskan mengapakah hal seperti ini terjadi dan apakah yang seharusnya menjadi sikap kita sebagai orang tua.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pada masa anak kecil, anak takut kepada orang tua namun tatkala anak besar dan kita telah tua, kitalah yang malah takut kepada anak. Sebenarnya apakah yang terjadi sehingga hal ini terjadi? Berikut akan dijelaskan mengapa hal seperti ini terjadi dan apakah yang seharusnya menjadi sikap kita sebagai orang tua.

  1. Hubungan dengan anak selama ini baik dan kita tidak ingin merusak hubungan yang baik ini.
    Itu sebabnya kita berusaha keras untuk menoleransi sikap anak kepada kita kendati kadang sikap itu tidak terlalu positif.
  2. Hubungan dengan anak selama ini kurang baik dan kita ingin menyelamatkan apa yang tersisa dari hubungan ini.
    Itu sebabnya kita cenderung mengikuti kehendak anak supaya relasi kita tidak memburuk.
  3. Kita menyadari bahwa kita bersalah kepada anak dan sekarang kita ingin menebus kesalahan.
    Kita menjadi tidak berani bersikap tegas kepada anak dan cenderung menuruti kehendaknya.
  4. Kita bergantung penuh pada anak secara finansial. Kita menjadi sungkan bersuara kepada anak karena kita sadar bahwa kita adalah tanggungan anak.
  5. Makin kita tua, makin kita membutuhkan anak. Kalau bukan karena faktor ekonomi, kita bergantung pada anak untuk hal lainnya seperti antar-jemput, belanja, dan kebutuhan kesehatan lainnya. Di usia tua kita pun membutuhkan anak secara emosional karena kesepian. Semua kebutuhan ini membuat kita takut kehilangan anak.

Jika demikian, apakah yang seharusnya menjadi sikap kita?

  • Kendati anak telah besar, ia tetap manusia berdosa. Ia dapat melakukan kesalahan dan berbuat dosa. Kalau bukan kita, siapakah yang akan memberitahukannya? Jadi, tegurlah dosa namun tegurlah dengan kasih. Firman Tuhan berkata, "Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri supaya kamu juga jangan terkena pencobaan" (Galatia 6:1).
  • Kendati kita bergantung pada anak dalam segala bidang, tetap fokuskan mata pada kebenaran ini: Tuhanlah yang memelihara hidup kita. Dengarlah Firman Tuhan, "Sebab itu janganlah kamu khawatir dan berkata, 'Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu" (Matius 6:31-32)
  • Tuhan memerintahkan anak untuk menghormati ayah dan ibu. Kata "hormat" di sini juga mencakup tanggung jawab memelihara kehidupan orang tua di masa tua. Jadi, anak bertanggung jawab kepada Tuhan dalam hal ini. Bahkan secara langsung Tuhan mengaitkan tanggung jawab anak memelihara orang tua dengan berkat-Nya yaitu, "supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu" (Keluaran 20:12). Kita tidak perlu takut akan reaksi anak, sebab masing-masing bertanggung jawab kepada Tuhan. Firman Tuhan menegaskan, "Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri" (Galatia 6:5).
  • Bila memang kita bersalah kepadanya, kita mesti meminta maaf kepadanya. Ini adalah pertanggungjawaban kita di hadapan Tuhan. Kalaupun anak tidak menuntut permintaan maaf, tetap kita harus melakukannya demi Tuhan. Firman Tuhan mengingatkan, "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh" (Yakobus 5:16).
  • KesimpulanKita tidak perlu takut kepada anak. Relasi orangtua-anak di masa tua tidak harus berubah menjadi sebuah relasi takut. Kita perlu saling menghormati, bukan merasa takut. Dan, hormat keluar dari kehidupan yang benar di hadapan Tuhan.