Amsal untuk Keluarga 2

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T084B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Amsal merupakan hikmat yang Tuhan berikan kepada manusia untuk bagaimana hidup di dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan kata lain Amsal merupakan contoh konkret atau terjemahan langsung dari Firman Tuhan untuk kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Amsal merupakan hikmat yang Tuhan berikan kepada manusia untuk bagaimana hidup di dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan kata lain Amsal merupakan contoh konkret atau terjemahan langsung dari Firman Tuhan untuk kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Keluarga sangat penting dibangun di atas firman Tuhan karena Firman Tuhan:

  1. Memberikan panduan bagaimana kita hidup benar.

  2. Firman Tuhan sendiri merupakan kuasa, jadi orang yang hidup dekat dengan Firman Tuhan akan hidup berkuasa dalam pengertian mempunyai kuasa dari Tuhan untuk hidup sesuai dengan yang Ia kehendaki.

Hubungan dengan Tuhan.

Amsal 1:7 berkata: "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan." Di sini ditekankan sekali bahwa seorang manusia harus takut akan Tuhan, ini yang dikatakan mempunyai integritas pribadi. Seseorang mesti mempunyai integritas pribadi, baik dia suami maupun dia istri. Artinya seseorang yang hidup dalam kebenaran, seseorang yang takut akan Tuhan akan mempunyai wibawa, seseorang yang mempunyai wibawa sedikit banyak mencegah terjadinya pertengkaran-pertengkaran yang tidak perlu dalam rumah tangga.

Dua pengertian takut akan Tuhan:

  1. Takut akan Tuhan berarti memang takut dihukum Tuhan, karena Tuhan adalah Tuhan yang bisa marah dan Tuhan juga menghukum anak-anak-Nya. Kitab Ibrani berkata: Allah mengganjar anak yang dikasihi-Nya dengan kata lain Tuhan tidak segan-segan menghukum anak-anak-Nya.

  2. Merupakan rasa respek terhadap Tuhan, rasa segan yang membuat kita enggan melakukan hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki.

Kedua hal di atas memang fondasi yang harus dimiliki oleh seorang suami atau istri. Jadi bagi suami atau istri atau bagi ayah atau ibu hidup takut akan Tuhan itu sebetulnya adalah suatu bonus yang akan menguatkan keluarga mereka. Takut akan Tuhan adalah hikmat, hikmat adalah mengerti apa yang harus dilakukannya pada saat yang tepat, mengerti apa yang harus dikatakannya pada waktu yang tepat.

Hubungan dengan sesama.

Amsal 18 : 13, "Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya." Ayat ini bisa kita terapkan dalam relasi suami-istri, bukankah adakalanya kita terlalu cepat menjawab, belum selesai suami kita bicara kita sudah jawab, belum selesai anak kita memberi penjelasan kita sudah jawab. Jadi baik dalam hubungan antara suami-istri ataupun hubungan orang tua-anak, aspek mendengarkan sangatlah penting.

Dua hal yang menyebabkan seorang istri ngomong tidak putus-putus seperti yang dituliskan dalam Amsal adalah:

  1. Karena memang dia mempunyai problem sehingga tidak bisa menguasai emosinya dengan baik. Sehingga kalau emosi dia harus lampiaskan sampai tuntas baru dia berhenti.

  2. Dia terus-menerus mengeluh karena memang sudah merasa tidak didengarkan. Jadi dia hanya mempunyai anggapan hanya dengan cara inilah suaminya itu akan bereaksi.

Amsal 17 : 27, "Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin." Firman Tuhan menekankan pentingnya menggunakan kata-kata yang tepat, kita harus bisa menahan kata-kata artinya mengatur, menguasai kata-kata itu sehingga bukannya kata-kata yang mengatur atau menguasai kita, tapi kitalah yang menguasai apa yang keluar dari mulut kita. Kalau kita dikuasai oleh emosi semau-maunya memarahi orang bukankah kita menghancurkan pasangan kita. Berapa banyak anak yang sakit hati karena terluka oleh kata-kata orang tua, berapa banyak istri atau suami yang juga hancur gara-gara perkataan atau emosi pasangannya.

Kalau kita mempunyai problem dengan emosi kita dan kita tahu kalau sudah marah bisa benar-benar berlebihan bahkan memukul, yang harus kita lakukan adalah:

  1. Kita harus memisahkandiri dari pasangan kita waktu kita marah. Misalkan kita beritahu dia kita sepakati, kalau saya lagi emosi sudah kamu berhenti bicara, jangan tambah-tambahkan, jangan tanggapi saya, bisa lepas kendali.

  2. Izinkan saya untuk pergi dulu, benar-benar secara harafiah mendinginkan kepala, misalnya dengan meminum air dingin, setelah ada jedah selama 1 jam, mungkin sekali kita akan lebih siap untuk berbicara.

Prinsipnya adalah waktu marah jangan serang orangnya, seranglah masalahnya.

Amsal 5 : 18, "Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan istri masa mudamu." Saya simpulkan adalah nikmatilah pasangan kita, orang yang bisa menikmati pasangannya cenderung membangun suatu rumah tangga yang kuat, orang yang tidak menikmati pasangannya tidak lagi bisa membangun rumah tangga yang baik.

Amsal 15 : 13, "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." Dari ayat ini yang bisa kita petik adalah bersikaplah positif, sebab hati yang gembira merupakan suatu tanda bahwa kita itu bersikap positif dalam hidup ini.

Hati yang positif adalah artinya hati yang tidak menyerah begitu saja oleh keadaan, jadi tetap mempunyai semangat untuk hidup, tahu bahwa Tuhan akan menolong, Tuhan tidak meninggalkan kita. Jadi salah satu caranya adalah memang benar-benar berserah kepada Tuhan, bahwa Tuhan akan membukakan jalan. Hati yang gembira muncul dari dalam, dalam pengertian puas dengan yang telah dia terima, dengan apa yang Tuhan berikan kepadanya.

Hubungan dengan diri sendiri yaitu hidup benar.

Amsal 20 : 7, "Orang benar yang bersih kelakuannya berbahagialah keturunannya." Ayat ini luar biasa indahnya, bukankah kita malu menyebut-nyebut orang tua kita kalau orang tua kita hidupnya tidak bersih. Tapi kita akan bangga menceritakan orang tua kita kalau hidup mereka bersih dan sekali lagi ini berkaitan dengan takut akan Tuhan, orang yang hidup bersih akan mengundang respek, kekaguman dari anaknya, dari istrinya dan dari suaminya.

Hubungan dengan lawan jenis.

Amsal 5 : 8, "Jauhkanlah jalanmu dari pada dia dan janganlah menghampiri pintu rumahnya." Di sini mengacu pada perempuan yang tidak benar, jadi dengan kata lain firman Tuhan meminta kita untuk berhati-hati, berjaga-jaga jangan malahan kita menghampiri dosa. Pergaulan dengan lawan jenis firman Tuhan memang sangat-sangat dengan teliti meminta kita berhati-hati. Salah satu dosa yang sering kali juga diungkapkan dalam firman Tuhan adalah dosa seksual, nah ini berkaitan dengan bagaimanakah kita bersikap dengan lawan jenis.

Amsal 6 : 32, "Siapa melakukan zinah tidak berakal budi, orang yang berbuat demikian merusak diri." Dengan kata lain Tuhan mau mengingatkan kita kamu harus sadari akibatnya, akibatnya itu sangat fatal. Alkitab berkata, orang yang berzinah merusak dirinya sendiri, menghancurkan dirinya sendiri.

Hubungan dengan pekerjaan atau dengan harta benda yang kita miliki.

Amsal 10 : 32, "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahnya." Artinya Tuhanlah yang menentukan kita ini hidup seberapa miskin dan kayanya. Kita berusaha sudah tentu itu tugas kita, apakah kita akan lebih kaya dari sekarang itu hak Tuhan, susah payah tidak akan menambahkannya. Sikap hidup seperti ini saya kira penting terutama bagi para pasangan muda atau pasangan setengah baya yang masih menggebu-nggebu mau meningkatkan status ekonominya.

Hubungan dengan anak-anak.

Amsal 29 : 17, "Didiklah anakmu maka dia akan memberikan ketenteraman padamu dan mendatangkan sukacita kepadamu." Didiklah di sini mengandung arti berdisiplin jadi mendisiplin anak, waktu salah berikan sanksi atau hukuman atau didikan, arahkan dia ke jalan yang benar. Orang tua yang mengambil waktu mendidik anak akan memetik buahnya dan firman Tuhan dengan jelas berkata buahnya adalah ketenteraman dan sukacita. Orang tua yang mengabaikan tugas mendidik anak akan juga menuai hasilnya bukan ketenteraman tapi keresahan, bukannya sukacita malah dukacita.