Dalam bahasa Yunani ada beberapa kata yang digunakan untuk melukiskan makna cinta. Bahasa Yunani menyoroti cinta secara lebih spesifik dengan lebih tajam, oleh karena itulah ketiga jenis kata yang digunakan ini dapat kita kaitkan dengan perkembangan cinta di dalam keluarga. Ada beberapa yang kita akan bahas adalah:
Markus 9:35 [1], "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya." Kasih agape diwujudkan dalam bentuk yang nyata yaitu sebagai pelayan dan mendahulukan orang lain dan dengan rela kita ini yang terbelakang. Dalam pernikahan kita mesti ingat prinsip Tuhan, Tuhan pun datang untuk melayani dan mendahulukan yang dilayaninya yaitu kita manusia. Jadi hendaklah sebagai suami-istri kita juga mewujudnyatakan cinta Tuhan dalam hidup kita, mendahulukan pasangan kita dan melayani dia.
Sumber: Audio Rekaman T 51A oleh Pdt. Paul Gunadi
Benar, jika pengidap borderline tidak perlu ke psikiater, apalagi harus ruqiah (bila muslim). Pak Pdt. Paul yang terhormat, saya tergugah dengan artikel Anda mengenai borderline; adalah semacam penyakit hati seseorang dan juga mengancam sekitarnya. Memang benar jika pengidap borderline mustahil bisa berumah tangga karena hobinya menyakiti dan menguji, tapi ini sungguh terjadi dalam kehidupan saya. Saya lahir dari seorang ibu pengidap borderline. Saya baru tahu istilah penyakit itu dalam 3 tahun belakangan ini. Ayah saya meninggal saat saya bayi, sementara saya diasuh oleh orang lain. Lalu ibu menikah lagi saat saya berumur 2 tahun. Kami hidup bersama dengan ayah baru ketika saya berumur 2 tahun hingga 25 tahun. Betapa sulit dan pedihnya hidup dengan seorang borderline; hidup saya penuh dengan air mata, tak ada cinta kasih dari ibu, apalagi ayah. Ayah tiri cenderung membiarkan sikap ibu. Saya banyak mengalami pelecehan, dan penganiayaan. Saya mengalami trauma mendalam, hampir putus asa karena selalu dituntut, tak ada yang mendukung, terlalu panjang penderitaan yang saya alami. Pernikahan ibu dan ayah tiri bertahan sekitar 21 tahun dan itu tidak mengubah sikap ibu saya sama sekali; malah semakin menjadi-jadi. Tekanan yang terjadi selama 21 tahun telah mengubah kehidupan sosial dan pribadi ayah tiri saya. Ia banyak kehilangan teman-teman dan relasinya dengan orang lain. Sekarang ia menjadi pemalas dan pecandu narkoba. Saat saya berusia 20 tahun adalah masa perenggangan rumah tangga orang tua saya yang kemudian memaksa saya untuk menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarga; ibu dan 3 orang adik. Tetapi kebiasaan ibu yang selalu menuntut dan selalu salah membuat relasi kami dalam suatu konflik, hingga saya diusir dan saya membuat keputusan untuk hidup memisahkan diri dari kehidupan ibu saya yang kelam. Kemudian saya menikah. Pada intinya mengidap borderline adalah orang yang tidak bisa berdamai pada masa lalu atau menyimpan kepahitan. Saya berusaha membantu memulihkan ibu saya, tetapi ini adalah penyakit hati yang membutuhkan kesadaran atas egonya atau pengakuan atas kelemahannya agar ia bisa sembuh. Sayang sekali ibu saya bukan Kristen. Pernah saya ajak ikut KKR, ibu saya bergegas pulang dan marah-marah. Yang pasti pengidap borderline merugikan keluarga dan pasangan baik secara mental dan materi. Saya tidak menyesali lahir dari ibu seorang borderline karena ini adalah takdir. Masa kecil yang suram dan remaja yang dirampas membuat saya terpuruk tetapi saya mampu bangkit dengan memaafkan dan melupakan yang sudah terjadi . Saya memilih hidup berlainan bukan berarti saya tidak sayang ibu melainkan saya tidak sanggup berdampingan dengannya. Walaupun hati kecil saya, saya sangat merindukan sentuhan kasih sayang dari ibu. Saya sekarang hanya dapat mendoakan agar suatu saat ibu saya mendapat jamahan dari Tuhan agar dapat melembutkan hatinya. Benar jika waktu tidak dapat kembali tetapi sisa waktu bisa diperbaiki. Salam, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: NN
Balasan:
Ibu NN, maaf atas keterlambatan kami membalas surat ibu. Terima kasih untuk keterbukaan Ibu berbagi cerita dan derita dengan kami. Sungguh tidak mudah hidup dengan penderita borderline. Pilihan kita hanya satu bila tetap ingin hidup bersamanya: mengikuti kehendaknya. Jika kita tidak mengikuti kehendaknya, ia akan membuat hidup sengsara. Kami senang dan bersyukur kepada Tuhan atas pertolongan dan kasih karunia-Nya kepada Ibu. Ia telah mengangkat Ibu dari lumpur dan menempatkan Ibu di tanah yang tinggi! Puji Tuhan! Semoga Tuhan menyertai Ibu dan biarlah Tuhan menjamah dan memulihkan orang tua Ibu.
Setiap tahun seluruh rakyat Amerika memperingati Hari Ibu(Mother’s Day). Hari tersebut dikhususkan untuk menghormati dan menyatakan kasih dan penghargaan atas semua yang telah dilakukan oleh ibu. Ini adalah hal yang sangat baik dan alkitabiah.
Menghormati ibu merupakan salah satu Hukum Taurat yang diberikan oleh Tuhan kepada Musa di gunung Sinai. Tuhan memerintahkan kita untuk menghormati ayah dan ibu kita – bukan hanya bila ibu kita baik dan bukan hanya bila ibu kita menyenangkan. Kita harus menghormati ibu kita, sebab Tuhan memilihnya untuk melahirkan dan membesarkan kita.
Bagaimana kita menghormati ibu kita? Dengan mengingat kebaikannya. Tidak ada manusia yang sempurna dan tidak ada ibu yang sempurna. Ketimbang berfokus pada kekurangannya, kita perlu berfokus pada hal-hal yang positif. Cara ibu kita mengekspresikan kasih dan tujuannya mungkin tidak selalu seperti yang kita harapkan. Kita dapat menghormati ibu kita dengan memberikan pengertian bahwa ia telah melakukan yang terbaik yang ia tahu. ? Efesus 6:2-3 [23]
Links
[1] http://alkitab.mobi/tb/Mrk/9/35/
[2] https://www.telaga.org/audio/dinamika_pernikahan_pendeta
[3] https://www.telaga.org/audio/panggilan_menjadi_pendeta
[4] https://www.telaga.org/audio/menjadi_mahasiswa_teologia
[5] https://www.telaga.org/audio/selamat_dari_salah_pilih_jurusan_i
[6] https://www.telaga.org/audio/selamat_dari_salah_pilih_jurusan_ii
[7] https://www.telaga.org/audio/berpikir_sebelum_berkata
[8] https://www.telaga.org/audio/berkata_sebelum_berbuat
[9] https://www.telaga.org/audio/berbuat_sebelum_berkata
[10] https://www.telaga.org/audio/mendengarkan_sebelum_didengarkan
[11] https://www.telaga.org/audio/tetap_orang_tua_walau_sudah_tua_i
[12] https://www.telaga.org/audio/tetap_orang_tua_walau_sudah_tua_ii
[13] https://www.telaga.org/audio/prinsip_taburtuai_dalam_membesarkan_anak
[14] https://www.telaga.org/audio/pengaruh_perlakuan_orang_tua_pada_pernikahan_anak
[15] https://www.telaga.org/audio/menghadapi_remaja_yang_pemarah_i
[16] https://www.telaga.org/audio/menghadapi_remaja_yang_pemarah_ii
[17] https://www.telaga.org/audio/mendapatkan_makna_hidup
[18] https://www.telaga.org/audio/kehilangan_makna_hidup
[19] https://www.telaga.org/audio/penyebab_mengapa_anak_menolak_iman_kristiani
[20] https://www.telaga.org/audio/dampak_krisis_iman_anak_pada_pernikahan
[21] https://www.telaga.org/audio/menghadapi_orang_tua_bermasalah_di_hari_tuanya_i
[22] https://www.telaga.org/audio/menghadapi_orang_tua_yang_bermasalah_di_hari_tuanyaii
[23] http://alkitab.mobi/tb/passage/efesus+6%3A2-3
[24] https://www.telaga.org/jenis_bahan/berita_telaga