Menghadapi Orang Tua Bermasalah di Hari Tuanya( I )

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T538A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Tidak ada manusia yang sempurna; demikian pula dengan orang tua kita. Ada orang tua yang karakternya berubah menjadi lebih baik di usia senja. Namun dalam realita ada pula orang tua yang di masa tuanya menjadi perusak hidup anak dengan melukai hati anak dan membuat cidera di dalam kalbu. Sebagai seorang pengikut Tuhan Yesus, apa yang seharusnya anak lakukan kepada orang tua yang telah melukai hati dan merusak kehidupan anak?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Tidak ada seorang pun yang sempurna, termasuk orang tua kita. Di dalam ketidaksempurnaan, kadang orang tua justru menjadi perusak, bukan pembangun hidup kita. Lewat perkataan dan perbuatan, mereka menorehkan luka di hati dan menyisakan cedera di kalbu. Ada yang berubah menjadi lebih baik setelah menginjak usia lanjut tetapi ada pula yang tidak. Masalahnya, acap kali tanggung jawab merawat mereka jatuh pada pundak kita, anak-anaknya. Berikut akan dipaparkan beberapa masalah yang kerap muncul dan cara menghadapinya.

  1. ADA ORANG TUA YANG TERUS INGIN MENGENDALIKAN HIDUP KITA, ANAK-ANAKNYA, SAMPAI DI USIA LANJUT. Mereka terus berusaha mengatur hidup kita dengan cara memaksakan kita untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Sudah tentu mereka beralasan bahwa ini adalah untuk kebaikan kita dan bahwa mereka menyayangi kita. Masalahnya adalah, jika kita menolak campur tangan mereka, pada umumnya mereka menanggapi dengan mengambek, seperti anak kecil. Mereka membuat kita merasa bersalah dengan mengatakan hal-hal yang bersifat kekanak-kanakan, seperti seorang anak kecil kepada ibunya, "Kamu tidak sayang lagi kepada kami; di hari tua kami diperlakukan seperti sampah." Bila ini yang terjadi, sebaiknya kita bersikap lembut namun tegas. Katakan bahwa kita menyayanginya dan akan terus memperhatikan kebutuhan mereka. Katakan bahwa kita pun mendengar masukan mereka tetapi tidak selalu kita dapat mengikuti kehendak mereka. Kita mesti mengambil keputusan dengan mempertimbangkan banyak faktor, bukan hanya satu—kepentingan mereka. Jadi, katakan bahwa mereka boleh mengutarakan pendapat atau saran tetapi keputusan akhir ada di tangan kita berdua, suami-istri.
  2. ADA ORANG TUA YANG KASAR DAN MERENDAHKAN KITA, ANAK DAN MENANTUNYA, KARENA KITA TIDAK MENCAPAI STANDAR YANG MEREKA TETAPKAN. Ada orang tua yang gemar merendahkan dan membandingkan kita dengan kakak atau adik kita. Dari soal pendidikan, penghasilan, sampai seberapa besar jumlah uang yang diberikan kepada mereka, semua menjadi bahan perbandingan dan pelecehan. Atau, kalau bukan kita, pasangan kitalah yang menjadi bahan pelecehan dan perbandingan, yang membuat pasangan merasa tidak diterima. Jika itu yang terjadi, tidak bisa tidak, kita mesti bersikap tegas kepada orang tua. Kita mesti mengatakan bahwa perkataan dan perlakuan seperti itu tidak dapat kita toleransi. Jika perkataan atau perlakuan itu ditujukan kepada pasangan, kita pun mesti membelanya. Kita harus bersikap tegas sebab perlakuan kasar dan merendahkan bukan saja tidak sehat tetapi juga merusakkan jiwa dan harga diri orang. Kegagalan kita membela pasangan sering kali mengakibatkan kepahitan dalam dirinya; itu sebab kita harus menyatakan sikap yang jelas.Kita mesti menyayangi orang tua tetapi itu tidak berarti kita membiarkan mereka berbuat semaunya. Kita mesti berpihak pada yang benar dan menegur yang salah.
  3. ADA ORANG TUA YANG MEMPERALAT ANAK SEBAGAI SAPI PERAHAN BELAKA. Mereka jarang memikirkan kepentingan anak; sebaliknya, mereka hanya memikirkan kepentingan sendiri. Fokus perhatian hanya satu yakni uang dan itulah yang mereka pikirkan setiap hari. Makin besar kita memberi, makin besar senyuman yang diberikannya kepada kita, dan makin tinggi kebanggaannya. Pada akhirnya kita hanya berharga sebesar uang yang kita berikan. Apakah yang mesti kita perbuat jika orangtua seperti itu? Oleh karena kita berkewajiban mencukupi kebutuhan orang tua, maka teruslah beri dukungan finansial kepada mereka. Meski hati terluka, cukupkanlah kebutuhannya; dengan kata lain, kita harus tetap melakukan bagian kita. Jika kita menolak memenuhi kebutuhannya karena kita tidak ingin menjadi sapi perahan, kita salah. Tuhan tidak ingin kita melalaikan tanggung jawab. Namun, kita tidak mesti menjalin relasi yang dekat dengan mereka. Bagaimana mungkin kita menjalin relasi yang akrab dan tulus dengan orang yang menjadikan kita sapi perahannya? Jadi, tidak apa, bila kita tidak memunyai hubungan yang dekat dengan mereka. Terpenting adalah kita tetap peduli dengan keadaan mereka dan tidak menyia-nyiakan mereka. Walau tergoda untuk menegur mereka soal ini, sebaiknya kita tidak melakukannya. Teguran kita tidak akan membuat mereka berubah; sebaliknya, acap kali justru memicu keributan. Pada kenyataannya tidak mudah untuk membuat orang berubah, terutama orang yang sudah tua.
  4. ADA ORANG TUA YANG MENGADU-DOMBA KITA, SUAMI-ISTRI, SUPAYA HUBUNGAN KITA RETAK. Mungkin mereka tidak menyetujui pernikahan kita dulu atau mungkin mereka merasa dirugikan dengan kehadiran pasangan kita karena apa yang biasanya mereka terima, sekarang tidak dapat mereka terima lagi. Alhasil, mereka sering menjelek-jelekkan pasangan di hadapan kita. Kadang, mereka tidak ragu menambahkan atau mengubah perkataan dan perbuatan pasangan, supaya terlihat buruk. Tujuannya adalah supaya kita memerhatikan mereka lebih daripada kita memerhatikan pasangan atau, untuk membuktikan bahwa pemikiran mereka benar—bahwa pasangan bukanlah orang yang baik-baik. Sudah tentu perbuatan seperti itu salah dan berpotensi merusakkan rumah tangga. Jika kita tahu pasti bahwa orangtua tidak berkata benar dan hanya menjelek-jelekkan pasangan serta mengadu-domba, maka kita bisa langsung mengecek dengan pasangan, apakah memang seperti itu—bahwa ia mengatakan atau melakukan perbuatan seperti yang diceritakan oleh orang tua kita. Namun tidak selalu kita mesti mengeceknya, kadang diamkanlah. Alasannya adalah, jika kita terus mengecek, kita malah akan memperburuk suasana. Mungkin pasangan marah dan terpancing untuk bereaksi seperti yang orang tua harapkan.