1 Liter Kopi Per Hari

Versi printer-friendly

oleh Sdri. Betty Tjipta Sari

Kalau ingat suasana hujan dan dingin di Indonesia, hal yang terbayang dengan cepat adalah gorengan. Gorengan pun mudah ditemukan di mana-mana di pinggir-pinggir jalan. Tapi di sini tentu saja sulit sekali menemukan gorengan meski sudah sangat ingin makan gorengan. Pengganti gorengan untuk mengusir rasa sesak kala hujan dan dingin di sini selain teh adalah kopi. Nah yang satu ini dapat ditemukan di mana saja; di stasiun, di universitas, kantor, ruang tunggu dokter, tempat wisata dan sebagainya. Dengan kata lain, dapat ditemukan di mana saja seperti gorengan di Indonesia.Meskipun kopi tidak dihasilkan di Eropa, tapi orang Eropa adalah pengkonsumsi kopi terbesar. Seorang teman saya bahkan biasa minum lebih dari satu liter kopi per hari. Terlebih lagi kalau musim dingin. Pada waktu harus berangkat bekerja atau kuliah pagi dan matahari belum muncul, kopi adalah senjata andalan untuk mengalahkan rasa malas dan kantuk untuk bersepeda menuju kantor atau tempat kuliah (karena matahari baru bersinar di atas jam 08.30 di musim dingin seperti bulan Desember, itu pun jika tidak mendung). Aku pun ikut tertular kebiasaan minum kopi ini sejak tinggal di Belanda. Tapi aku membatasi diri hanya minum 2 gelas kopi per hari, dan kurang dari 2 gelas di musim panas.


Bahkan para pekerja di kantor-kantor di Belanda punya jam istirahat minum kopi selama 15 menit 2 kali sehari, selain istirahat makan siang yang biasanya setengah jam. Ketika jam istirahat, mereka benar-benar mengambil waktu untuk istirahat dan beranjak ke mesin kopi atau menjauh dari meja kerja sejenak. Selesai istirahat, mereka juga benar-benar kembali bekerja. Kalau masalah jadwal, jangan ditanya deh, orang Belanda sangat disiplin dengan jadwalnya sejak kecil. Bahkan anak-anak sedari kecil sudah diajari memiliki agenda dan perencanaan, termasuk rencana untuk bermain. Pernah satu kali aku diundang makan malam teman yang memiliki 3 anak kecil dan yang terbesar berusia 7 tahun. Selesai makan, dia bertanya ke anak terbesar, apakah dia sudah punya rencana apa yang akan dia lakukan setelah makan malam. Si anak waktu itu tidak memiliki rencana apa pun, si ibu pun menyarankan untuk memikirkan suatu aktivitas yang menyenangkan. Mereka tidak mengijinkan anak-anak menonton TV di hari sekolah, hanya boleh nonton waktu weekend itu pun dengan batasan waktu. Mereka sendiri juga tidak menonton TV sampai semua anak tertidur. Dengan cara ini mereka mengajar anak-anaknya untuk menemukan aktivitas yang lebih kreatif dan membangun, termasuk membuat rencana ke depan. Kembali ke kopi, sejak kecil pun anak-anak sudah terbiasa dengan pertanyaan standar pertama yang ditanyakan saat menerima tamu, yaitu "Wil jij koffie of thee?" (Mau minum kopi atau teh?). Dan biasanya si tuan rumah akan memberikan segelas kopi atau teh ditemani sepotong taart atau satu biji koekje (di Indonesia orang menyebutnya biskuit, tapi di Belanda biskuit adalah jenis makanan kecil yang berbeda). Jangan berharap akan ada sepiring kue dan toples-toples makanan ringan di atas meja seperti di Indonesia. Di Belanda sangat biasa orang hanya memberikan satu biji kue bersama segelas kopi atau teh untuk tamu.


Kalau tinggal di Belanda, jangan malu untuk segera berkata "ya", karena orang Belanda sangat straight to the point dan direct dalam berkomunikasi. Satu kali bertanya dan cukup, kalau Saudara menjawab tidak, maka tawaran minum atau kue tidak akan pernah datang lagi (dan tidak akan ada makanan atau minuman apa pun yang ditaruh di atas meja). Budaya yang sangat berbeda dengan di Indonesia. Kalau di Indonesia, meskipun bilang tidak, si tuan rumah akan terus menawari makanan dan minuman, dan untuk kesopanan si tamu akan menjawab, "O, tidak usah repot-repot", baru setelah satu atau dua kali ditawari, dengan malu-malu tapi mau si tamu akan mengambil makanan yang disajikan. Makanan dan minuman pun tetap disajikan meskipun si tamu mengatakan "tidak usah repot-repot".


Demikian juga kalau kita ingin minum kopi dengan gula dan susu, kita harus mengatakan secara terus terang kepada tuan rumah karena gula dan susu tidak secara otomatis ikut dihidangkan. Orang Belanda kebanyakan minum kopi tanpa gula dan susu. Mereka menikmati rasa pahit asli dari kopi. Tapi sambil minum kopi, mereka makan koekje yang sangat manis. Orang Indonesia tentu saja lebih suka kopi dengan gula ditemani gorengan yang gurih. Apa pun minuman dan makanannya, kopi adalah berkat Tuhan yang dapat dinikmati untuk mengusir rasa dingin dan kantuk.


"Orang yang kenyang menginjak-injak madu, tetapi bagi orang yang lapar segala yang pahit dirasakan manis" (Amsal 27:7)