Berita TELAGA

Mengakhiri dengan Baik

Versi printer-friendly
Agustus


MENGAKHIRI DENGAN BAIK

Di dalam suratnya yang terakhir, Rasul Paulus berbagi pesan dengan anak rohaninya Timotius, "Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan…" (2 Timotius 4:7-8). Banyak orang yang memulai dengan baik tetapi tidak banyak yang mengakhirinya dengan baik. Banyak yang tersandung di tengah perjalanan dan masuk ke lubang dosa. Berikut akan dibagikan pesan bagaimana mengakhiri perjalanan hidup bersama Tuhan Yesus dengan baik.


Jaga Batas

Salah satu lubang dosa yang kerap membuat kita terjatuh ke dalamnya adalah dosa perzinahan. Alasan mengapa kita mudah terjatuh ke dalamnya adalah dikarenakan kita tidak berhati-hati dalam menjaga batas. Dalam berelasi dengan lawan jenis kita harus menjaga batas yang jelas. Jika kita mulai melanggarnya, maka suatu ketika kita bisa jatuh ke dalam dosa perzinahan. Biasanya kita melanggar batas dengan cara:

  • Berteman terlalu mendalam. Jika kita memberi perhatian yang mendalam kepada seseorang, maka tidak bisa tidak ia akan merasa bukan saja diperhatikan tetapi juga dianggap spesial. Hampir semua orang senang untuk menerima perlakuan khusus; itu sebabnya bila ia merasa demikian, maka besar kemungkinan ia akan menikmatinya. Sebagai akibatnya relasi makin bertambah dalam.
  • Bercanda terlalu jauh. Sering kali orang memulai relasi dengan bercanda. Sudah tentu bercanda yang segar akan membuat orang tersenyum dan bahagia. Masalahnya adalah jika kita terus bercanda dengan seseorang, kita pun akan membuatnya terus bahagia bersama dengan kita. Perasaan suka mulai bertumbuh dan kita pun makin senang menghabiskan waktu bersama.
  • Berkenalan terlalu mudah. Atas nama ramah, kadang kita cepat berkenalan dengan lawan jenis. Jika tidak berhati-hati, perkenalan yang terlalu mudah akan membuka celah bagi berkembangnya relasi dengan lawan jenis. Sering kali ketertarikan adalah alasan pertamanya, namun kita enggan untuk mengetahuinya. Bila kita tahu kita tertarik kepada seseorang, janganlah menyuburkan relasi dengannya. Di dalam Amsal 5, Firman Tuhan memanggil perzinahan, "maut, dunia orang mati, dan habis binasa." Tidak ada yang manis dan indah dengan perzinahan.
  • Firman Tuhan mengingatkan, "Karena segala jalan orang terbuka di depan mata Tuhan dan segala langkah orang diawasi-Nya." (Amsal 5:20-21)


Jaga Badan

Pada usia muda, kita kuat dan bergantung penuh pada kekuatan badan sendiri. Dengan bertambahnya usia kita mesti memerhatikan keterbatasan tubuh dan hidup di dalam—bukan di luar—keterbatasan ini. Selain dari badan secara jasmaniah, kita pun mesti menjaga badan atau kemampuan mental. Makin bertambah usia makin bertambah pengalaman dan sebagai konsekuensinya, makin bertambah keyakinan diri. Jika tidak berhati-hati kita mudah terperangkap dalam dua dosa ini:

  • Kesombongan. Banyak orang memulai hidup dalam kerendahan hati namun mengakhirinya dalam kesombongan. Kita menganggap diri lebih dan kadang paling tahu daripada orang lain sehingga cepat mengecilkan kemampuan orang lain dan meninggikan pengetahuan pribadi. Kita menjadi mudah tersinggung sewaktu kita tidak mendapatkan penghargaan yang kita anggap layak menerimanya. Tidak heran ada orang yang makin tua makin sombong dan makin membesarkan pencapaiannya.
  • Tidak mengakui keterbatasan. Oleh karena kita makin berpengalaman dan pintu kesempatan makin dibukakan, maka mudah sekali kita terjerumus ke dalam lembah "ketidakterbatasan." Kita tergoda melakukan banyak hal dan tidak lagi mengingat keterbatasan diri. Kita makin memacu diri tetapi masalahnya adalah kesanggupan kita makin berkurang. Akhirnya muncullah pelbagai gangguan baik itu yang menyangkut diri sendiri ataupun relasi dengan sesama.
  • Firman Tuhan mengingatkan, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:5-6)


Jaga Batin

Tidak mudah untuk menjaga kebersihan batin atau hati. Setiap hari ada saja yang terjadi yang dapat mengotori hati. Mungkin itu kekesalan dan kemarahan akan sikap seseorang, mungkin itu iri hati akan keberhasilan orang lain, mungkin itu ketidakpuasan akan apa yang dimiliki, mungkin itu nafsu seksual terhadap seseorang. Semua itu berpotensi mencemari hati dan mesti diwaspadai. Itu sebabnya Firman Tuhan mengingatkan,"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23) Tuhan meminta kita menjaga hati atau batin seperti seorang prajurit menjaga keamanan tempat yang dijaganya agar tidak diserang musuh. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat kita perbuat untuk menjaga kebersihan hati.

  • Bacalah Firman Tuhan dan berdoalah setiap hari. Saat bersama Tuhan dan mendengarkan suara-Nya adalah saat untuk melihat kekudusan Tuhan. Di saat memandang kekudusan Tuhan kita pun berkesempatan melihat diri apa adanya. Tuhan adalah cermin; kita baru melihat diri sejelas-jelasnya tatkala kita memandang-Nya. Jika Ia menunjukkan pencemaran di hati, mintalah untuk dibasuh kembali dengan darah-Nya. Akuilah dosa dan nikmati kembali pengampunan dari-Nya.
  • Sadarilah kelemahan diri sebab di mana kita lemah, di situlah kita dengan mudah mengumpulkan kotoran di hati. Sedapatnya hindarilah persentuhan dengan apa pun yang mencemarkan hati. Ingat, pencegahan jauh lebih baik daripada perawatan. Jika tersentuh dengan yang mencemarkan, langsung akui kepada Tuhan dan minta pertolongan-Nya untuk membasuh bersih batin kita.


Jaga Bapa dan Ibu

Tuhan tidak ingin kita meninggikan orang tua namun Ia menghendaki kita menghormati dan merawat mereka. Itu sebabnya Tuhan berfirman, "Hormatilah ayahmu dan ibumu seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan Allahmu supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu." (Ulangan 5:16). Tuhan juga meminta kita untuk memerhatikan keluarga kita sendiri. Itu sebabnya Ia memberi syarat kepada para penilik gereja dan diaken untuk "mengepalai keluarganya sendiri . . . . mengurus anak-anaknya dan keluarganya sendiri dengan baik." (1 Timotius 3:5,12). Orang yang tidak mengurus keluarganya adalah orang yang tengah menumpukkan masalah. Suatu hari masalah itu akan meledak dan besarlah kerugian yang harus ditanggung. Itu sebabnya kita mesti bertanggung jawab atas kesejahteraan hidup mereka. Berikut ini adalah saran yang dapat diberikan:

  • Berilah waktu yang cukup kepada mereka. Sedapatnya gantikan waktu yang kita ambil dari mereka. Jangan sampai mereka merasa bahwa kita telah "merampok" waktu yang seharusnya menjadi hak dan milik mereka.
  • Penuhilah kebutuhan mereka. Orang tua yang tidak sehat pasti membutuhkan perawatan yang lebih intensif dan adalah tugas kita memastikan bahwa orang tua mendapatkan perawatan yang layak. Kita pun harus memenuhi kebutuhan anak dan pasangan sehingga mereka tercukupi.
  • Nikmatilah hidup bersama mereka. Janganlah kita marah-marah tatkala di rumah dan malah tersenyum di luar rumah. Mereka layak menerima diri kita yang terbaik, bukan yang terburuk.


Jaga Bait Allah

Tatkala Daud sudah hidup tenteram, ia teringat bahwa belum ada rumah bagi Tuhan. Itu sebabnya ia berinisiatif untuk membangun rumah bagi Allah. Namun Tuhan melarangnya dan menetapkan Salomo, putranya sebagai orang yang akan membangun bait Allah. Daud tidak kecewa malah mulai mengumpulkan bahan untuk membangun Bait Allah. Dengarlah pesan Daud kepada putranya, "Dan engkau Salomo, kenallah Allah-nya ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati...." (1 Tawarikh 28:9). Daud rindu keturunannya tetap beribadah kepada Tuhan Allah-nya. Ia tidak mau putranya melupakan Tuhan Allah-nya. Kita pun mesti memikirkan kerohanian anak-anak dan memikul tanggung jawab untuk meneruskan iman Kristen kepada mereka. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  • Berdoalah bagi keluarga kita. Sebut mereka dalam doa supaya Tuhan menjaga mereka dan supaya Tuhan menyatakan diri dan kasih-Nya kepada mereka supaya mereka pun mengenal Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
  • Bicarakanlah tentang Tuhan dan Firman-Nya dalam suasana formal maupun informal. Bagikanlah kesaksian pengalaman hidup dengan Kristus kepada mereka supaya mereka melihat bahwa iman ini bukanlah sesuatu yang kosong.
  • Doronglah mereka untuk memulai hidup yang melayani Tuhan, bukan diri sendiri. Ajak dan ajar mereka untuk berbakti di rumah Tuhan, terlibat dalam pelayanan gerejawi maupun di luar gereja. Semua ini akan membentuk mereka menjadi orang yang tidak egois—hanya memikirkan kepentingan dan keinginan diri.

Ringkasan T280 A+B

Oleh: Pdt.Dr. Paul Gunadi

Simak judul-judul mengenai "Pengembangan Diri" di www.telaga.org


PERTANYAAN :

Saya tinggal di Medan, Sumatera Utara. Nama saya De Wi……..saya seorang pemuda yang sedang mengecap pendidikan. Satu tahun terakhir ini saya terikat begitu kuat dengan pornografi, bahkan saya sampai pernah dilayani pelepasan beberapa kali untuk melepaskan kuasa gelap, tetapi kemudian hasrat atau godaan ini muncul lagi. Kadang saya berusaha untuk menahan diri dan berhasil, tapi kemudian saya terjatuh lagi.

Saya merasa bahwa saya sangat berdosa dan munafik. Saya meminta ampun kepada Tuhan dan kemudian saya terjatuh lagi ke dalam dosa yang sama. Hal ini terjadi berpuluh-puluh kali! Apa yang harus saya lakukan agar bisa menang dari dosa yang mengerikan ini? Terima kasih.

Salam: De Wi


JAWABAN :

Shalom,

Saya mengapresiasi keberanian Anda dalam membuka dan menceritakan tantangan ini kepada kami dan berkeinginan untuk menyelesaikannya. Keterbukaan merupakan langkah awal yang amat bijak untuk menyelesaikan tantangan ini. Saya perlu mengakui bahwa tantangan menyelesaikan kecanduan pornografi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Kita perlu berkali-kali "menghajarnya" meskipun kadang kita gagal kembali.

Tips yang dapat saya berikan, coba temukan pemicu stres yang mungkin sedang Anda hadapi. Biasanya siklus kecanduan akan kembali terjadi ketika kita berada dalam situasi stres. Coba renungkan apa yang terjadi dalam kurun waktu setahun belakangan ini. Dan tentu tips kedua adalah: apakah memungkinkan situasi-situasi itu bisa dihindari atau diselesaikan saat ini? Bagaimana menurut Anda tentang pemikiran saya ini? Apabila pendapat saya bisa dijalankan, maka marilah kita lihat apakah frekuensi siklus kecanduan semakin berkurang.

Kiranya Tuhan menolong Saudara De Wi !!

Salam: Andrew A.Setiawan





Aku dan "Diri Kecil"ku

Oleh: Ev. Grasia Magdalena Tampubolon, M.Th. (Konseling)

Perjalanan hidup saya memasuki dunia orang dewasa, pada awalnya menjadi kesukaan karena saya berpikir ini menjadi kemerdekaan untuk saya dari menjadi anak kecil. Bagi saya menjadi anak kecil adalah hal yang melelahkan karena harus mengikuti dan tunduk pada apa yang dikatakan oleh orang dewasa, walau tidak sepenuhnya saya untuk tunduk. Namun perjalanan menjadi dewasa ternyata bukanlah hal yang mudah, karena di saat tertentu saya justru menghadapi banyak hal yang saya takuti dan hindari di masa kecil. Saya mencoba dan berjuang untuk keluar, namun saya tetap terjebak di dalamnya. Sebagai contoh ketika saya takut menghadapi figur otoritas, saya dulu berpikir bahwa jika saya dewasa tentu saya akan lebih berani tapi ternyata tidak. Rasa takut dan rasa cemas itu tetap ada. Dulu setiap kali dipanggil oleh dosen, jantung saya sudah berdetak cepat dan mulai berpikir, "saya salah apa?". Awalnya saya tidak menyadari, namun lama-kelamaan saya memertanyakan hal tersebut.

Hal itu membuat saya menyadari bahwa MENJADI DEWASA SECARA FISIK DAN USIA TIDAK SERTA MENJADIKAN KITA DEWASA SECARA MENTAL. Ada dimana sisi kita secara mental yang tidak bertumbuh, saya tetap menjadi "Grasia kecil" yang takut menghadapi orang dewasa. Kesadaran itulah yang membuat saya melalui proses perjalanan menjadi dewasa. Saya mesti kembali dan menemukan "Grasia kecil" yang ada dalam diri saya, salah satunya adalah "Grasia kecil yang takut dengan figur otoritas".

Hal ini dapat terjadi dengan siapa saja, karena ada bagian dalam diri kita yang tidak bertumbuh karena pengalaman-pengalaman buruk yang kita alami di masa kecil sehingga membuat kita tidak bertumbuh secara mental dengan sehat. Sebagai contoh: Ada orang yang mesti berusaha sekuat tenaga untuk menyenangkan orang lain atau menyanggupi keinginan orang lain, jika ia tidak bisa maka akan muncul rasa bersalah yang tidak bisa. Atau ada juga orang yang sangat takut ditinggalkan, sehingga ia cenderung menjadi posesif terhadap seseorang. Dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat terjadi dengan diri kita karena ada bagian dari diri kita yang gagal bertumbuh.

Jika saat ini kita sedang bergumul dengan hal itu, yaitu bergumul menghadapi "Grasia kecil" atau "diri kecil" Anda saat ini dan Anda merasa seperti tidak ada jalan keluar, maka saya mau mengatakan bahwa "Anda masih memiliki HARAPAN" untuk bertumbuh dan menjadi orang dewasa yang sehat. Seperti Firman-Nya berkata: "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Harapan akan selalu ada, selama kita mau memercayakan diri kita untuk berjalan bersama Dia.

Proses perjalanan saya menjadi dewasa ketika Tuhan memberikan waktu untuk saya menjadi konselor. Di saat itu, saya diperhadapkan dengan "Grasia kecil" yang saya sadari ataupun tidak. Saya diizinkan Tuhan untuk menghadapi hal-hal yang saya takuti dan hindari di waktu kecil, salah satunya adalah menghadapi figur otoritas. Saya menemukan bahwa "Grasia kecil" terluka dengan pola pengasuhan orang tua saya yang cukup keras dan kurang pujian. Pengasuhan mereka cenderung mengoreksi dan kurang memberi ruang bagi saya untuk menjelaskan, sehingga bagi "Grasia kecil" begitu takut setiap kali berhadapan dengan papa atau mamanya. Karena yang ia tahu ketika ia dipanggil maka pasti karena ia sedang melakukan kesalahan dan akan mendapatkan hukuman. "Grasia kecil" begitu takut dan merasa tidak ada yang dapat menolong. Cara satu-satunya dengan menyembunyikan perasaan dan menekannya. Tanpa disadari ini terus menjadi satu pola bagi saya untuk menyelamatkan diri, sehingga saya bukannya menghadapinya tapi bersembunyi.

Ketika di satu sesi terapi kelompok, Tuhan menolong saya untuk menghadapi "Grasia kecil" yang takut dan marah karena terus dikoreksi, di saat itu ada kelegaan besar dalam diri saya karena selama ini ada banyak kemarahan dan rasa takut yang saya sembunyikan tapi Tuhan memberikan satu waktu untuk saya akui dan hadapi. Ini tidak mudah dan menyakitkan karena saya mesti menghadapi dan menemui rasa sakit yang saya tutupi. Tapi di saat terberat sekalipun saya melihat bahwa benar HARAPAN dari Tuhan itu benar adanya.

Jika saat ini Anda sedang berjuang menghadapi "diri kecil" Anda, percayalah bahwa Tuhan ada bersama Anda. Izinkan Dia memproses setiap luka yang selama ini Anda sembunyikan ataupun tutupi. Ia bisa memakai banyak cara, seperti konseling, komunitas yang sehat dan lainnya. Carilah pertolongan, jika Anda merasa tidak dapat menghadapinya sendirian! Percayalah bahwa proses ini memang menyakitkan, tapi ini memulihkan. Ia berjanji bahwa: "Buluh yang terkulai tidak akan dipatahkan-Nya; sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya. Dia akan setia menyatakan keadilan" (Yesaya 42:3)

Di akhir tulisan saya, saya mau mengatakan bahwa "Menjadi diri yang dewasa bukan hanya sebuah fase pertumbuhan secara fisik saja, tapi memerlukan sebuah perjuangan dan keberanian untuk MERANGKUL "diri kecil" kita. Dengan demikian, apakah saya sudah menjadi dewasa? Saya masih terus melanjutkan perjalanan saya untuk menjadi dewasa, karena menjadi dewasa bukanlah hasil tapi sebuah proses yang terus harus dijalani. Sampai Tuhan mengatakan, "Grasia sudah SELESAI". Oleh karena itu, marilah kita bersama menjalani proses itu, bersama Tuhan yang senantiasa memegang tangan kita!


POKOK DOA (Agustus 2023)

Pada tanggal 17 Agustus 2023 kita telah memeringati ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-78 -- TERUS MELAJU UNTUK INDONESIA MAJU. Di tahun politik ini biarlah kita mohon ikut campur tangan Tuhan yang akan membawa damai di tengah-tengah kehiruk-pikukan berbagai partai walaupun penetapan calon presiden dan calon wakil presiden baru akan dilaksanakan pada bulan Oktober yang akan datang. Beberapa doa syukur dan juga doa permohonan adalah sebagai berikut:

  1. Bersyukur dalam bulan Agustus telah 2x dikirim bahan rekaman Telaga ke Radio Kristal-J2 di Jayapura yang disiarkan setiap hari Sabtu, pk.08.30 WIT.
  2. Bersyukur untuk donasi dari Ibu Gan May Kwee di Solo sejumlah Rp 500.000,-.
  3. Bersyukur untuk email pertama yang diterima dalam tahun 2023, dari seorang Ibu pendengar radio dan pertanyaannya telah diteruskan kepada Bp. Paul Gunadi untuk ditanggapi.
  4. Tetap doakan untuk Radio Pemulihan Kasih FM di Bajawa, Flores yang menyiarkan program Telaga setiap hari, sejak bulan Maret 2023 masih belum mengudara. Beberapa hal yang perlu didoakan yaitu: (a) Teknisi, (b) Perpanjangan Izin Prinsip Penyelenggaraan dan (c) Perpanjangan Izin Stasiun Radio.
  5. Doakan untuk Bp. Heman Elia, salah seorang narasumber rekaman Telaga yang telah beberapa lamanya menderita kanker di paru-paru yang sudah mengecil tapi menjalar ke lain bagian dan sudah sampai ke otak. Biarlah Tuhan memberi kekuatan ekstra dan mujizat Tuhan bisa dialami oleh hamba-Nya.
  6. Doakan agar pengiriman bahan rekaman ke beberapa radio dan Yayasan Lembaga SABDA (termasuk transkrip, ringkasan dan abstrak) bisa dilaksanakan dengan pertolongan-Nya..
  7. Doakan agar Pusat Konseling Telaga Kehidupan (PKTK) Sidoarjo diperlengkapi konselor penuh waktu untuk mendukung konseling tatap muka di Surabaya.
  8. Doakan agar ada kesatuan hati dalam melayani dan Tuhan mampukan serta setia dalam bagian yang Tuhan percayakan kepada masing-masing konselor.
  9. Doakan untuk jiwa-jiwa yang Tuhan kirimkan dan percayakan untuk dilayani agar Tuhan bukan jalan bagi setiap permasalahan yang mereka alami.
  10. Doakan juga untuk para donatur yang mendukung pelayanan PKTK Sidoarjo dalam doa dan dana.
  11. Bersyukur untuk kerjasama PKTP Jember dengan Pusat Konseling Ruang Pojok Sharing Center yang akan mengadakan IG Live pada tanggal 15 September 2023 pk.19.00 dengan tema "Ways to Cope Overthinking", kiranya Tuhan menolong persiapan agar supaya acara ini bisa menjadi berkat.
  12. Bersyukur untuk klien-klien yang Tuhan percayakan, mohon hikmat Tuhan bagi tim konselor untuk menolong klien-klien yang dilayani oleh Pusat Konseling Telaga Pengharapan (PKTP) di Jember.
  13. Bersyukur Tuhan menambahkan dua murid baru untuk mengikuti Bina Iman Anak Tunas Kehidupan lewat ‘online’. Kiranya orang tua dan anak diberi semangat mengikuti proses pembelajaran yang diberikan dan Tuhan beri hikmat pada guru-guru yang mendampingi.
  14. Berdoa untuk tim pembina remaja yang sedang menyusun kurikulum dan program pembinaan remaja, kiranya Tuhan memberi hikmat dan ide kreatif pada tim pembina untuk menjangkau para remaja.
  15. Berdoa untuk kebutuhan tim pengurus Telaga Pengharapan di Jember, kiranya Tuhan memberikan orang-orang yang tepat untuk melayani bersama.
  16. Berdoa untuk rencana pertemuan dan kerjasama dengan Yayasan Lembaga SABDA kiranya Tuhan Yesus menolong dan berdoa untuk rencana perkunjungan dalam rangka membangun jejaring dengan sekolah dan gereja, agar Tuhan Yesus membukakan jalan.



Halaman