Tantangan Merawat Orangtua

Versi printer-friendly
November

Berita Telaga Edisi No. 156 /Tahun XIV/November 2017


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon





TANTANGAN MERAWAT ORANGTUA


Salah satu tugas yang menanti kita semua adalah tugas merawat orang tua di usia senja. Tugas yang tidak mudah sebab kadang yang diperlukan bukan saja kesanggupan finansial tetapi juga ketahanan mental. Berikut akan dipaparkan beberapa tantangan yang mesti dihadapi dan saran untuk bagaimana mengatasinya.

  1. Relasi kita dengan orang tua selama ini akan memengaruhi relasi kita dengan orang tua di usia senja.
    Jika kita tidak mempunyai relasi yang akrab dengan orang tua, besar kemungkinan kita pun tidak terlalu nyaman merawatnya secara intens atau terus-menerus. Sebaliknya, bila kita mempunyai relasi yang akrab dengan orang tua, kita pun akan merasa nyaman menemani dan merawat orang tua untuk waktu yang lama dan intens. Jika kita sering cekcok dengan orang tua pada masa lampau, besar kemungkinan kita pun akan sering beradu pandang dengan orang tua di masa sekarang. Atau, apabila kita menyimpan rasa tidak puas, kita cenderung meledak marah dan tidak sabar dengan orang tua. Jadi, relasi kita dengan orang tua di hari senja sangat dipengaruhi oleh relasi kita dengannya di masa lalu. Itu sebab dalam merawat orang tua kita mesti mempertimbangkan faktor kedekatan kita dengannya. Kita harus bersikap realistic sehingga dapat menjaga keseimbangan antara PENGABDIAN dan KETERBATASAN. Bila memungkinkan, hiduplah di dalam keterbatasan ini; sesuaikanlah perawatan supaya relasi dapat tetap terjalin dengan baik. Jangan sampai, gara-gara ingin merawat orang tua, kita malah menyusahkan dan melukainya.
  2. Pandanglah dan terimalah orang tua apa adanya.
    Adakalanya kita berharap bahwa di hari senja, orang tua akan mengalami perubahan yang drastik. Mungkin kita berharap bahwa orang tua yang tadinya pemarah akan berubah menjadi penyabar. Atau, orang tua yang kikir akan berubah menjadi murah hati. Pada kenyataannya ia adalah diri yang sama. Apa yang menjadi karakteristiknya di masa lalu akan tetap menjadi karakteristiknya di masa sekarang. Penting bagi kita untuk menyadari fakta ini agar kita tidak menuntut orang tua berlebihan. Pandanglah dan terimalah orang tua apa adanya. Salurkanlah kasih karuniaTuhan kepadanya dan berhentilah menuntutnya untuk menjadi seperti yang kita harapkan. Tuntutan yang tidak realistik hanyalah menyulut pertengkaran dan makin mengeruhkan suasana. Kita mesti ingat bahwa kita menghadapi diri yang sama, yang tidak lapuk dimakan waktu.
  3. Buatlah batas yang jelas supaya orang tua tahu sejauh mana kita siap menoleransi perilakunya.
    Orang tua bukanlah malaikat; ada yang baik tetapi ada pula yang bermasalah. Adakalanya orang tua memanipulasi kita supaya kita melakukan apa yang dikehendakinya. Atau, kadang ia mengadu domba kita dengan adik atau kakak kita. Bahkan, tidak jarang ada orang tua yang tega memfitnah kita dengan cara menceritakan sesuatu tentang kita yang sama sekali tidak benar. Ada juga yang sengaja memecah belah hubungan kita dengan suami atau istri. Dalam kasus seperti ini, kita harus bersikap tegas. Kita tidak perlu marah-marah tetapi kita perlu jelas kepada orang tua yang bermasalah. Secara sopan kita harus mengkomunikasikan kepadanya hal-hal apa yang tidak boleh dilanggarnya. Sampaikan kepadanya, bila ia melanggarnya, ia harus menanggung konsekuensinya. Dan, konsekuensi terberat adalah kita tidak bisa merawatnya lagi.
  4. Kita harus menjaganya agar tidak membahayakan diri tetapi kita pun mesti memberinya ruang untuk berperilaku sebagai orang yang tua.
    Salah satu kenyataan yang harus kita terima adalah orang tua kadang berperilaku aneh. Menurunnya daya ingat dan bertambahnya kadar kepikunan dapat menjadikannya seorang pribadi yang berbeda. Tidak jarang ia memulai kebiasaan-kebiasaan yang baru yang tidak pernah diperbuatnya dulu. Selama itu tidak membahayakan dirinya, sebaiknya kita diamkan saja.
  5. Kita harus mengetahui kondisi kesehatannya, baik fisik maupun mental.
    Makin kita mengetahui kondisi kesehatannya, makin tepat perawatan yang dapat kita berikan kepadanya. Perawatan yang salah sasaran, bukan saja menambahkan penderitaannya tetapi juga membuka peluang munculnya masalah baru. Jadi, prioritaskanlah pencegahan supaya beban tidak bertambah. Sebagai contoh, banyak orang tua yang tidak lagi dapat mengendalikan otot untuk membuang air. Kita mesti menyadari bahwa hal ini adalah umum diderita oleh orang tua. Jika kita tidak menyadarinya, mungkin kita marah karena menuduhnya sengaja. Kita membiarkannya basah dan kotor dengan alasan untuk mendidiknya. Masalahnya adalah, bukan saja ia tetap tidak dapat mengendalikan diri, ia malah sekarang mengembangkan problem baru, misalkan sakit kulit atau malah infeksi. Jadi, fokuskan pada pencegahan dan perawatan yang tepat.
Firman Tuhan di Keluaran 20:12 berkata, "Hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu." Kendati perintah Tuhan ini berlaku untuk anak dan orang tua pada segala usia, namun sesungguhnya perintah menjadi sangat relevan pada saat kita dewasa dan orang tua telah renta dan tak berdaya. Tidak sulit menghormati orang tua semasa ia gagah dan jaya. Terlebih sulit menghormati orang tua pada saat ia tidak lagi produktif dan sakit-sakitan. Tuhan meminta kita menghormati orang tua bukan saja lewat perkataan tetapi juga melalui perbuatan. Nah, merawat orang tua pada masa ia tidak lagi berdaya dan sepenuhnya menjadi beban, adalah kesempatan terakhir dan termulia untuk menghormatinya. Pada saat seperti ini, hormat pun berubah menjadi kasih, sebab hanya kasih yang dapat memampukan kita memberi dan memberi tanpa pamrih.

Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs www.telaga.org dengan kode T470 B.

TELAGA MENJAWAB

Tanya

Shalom, Saya perempuan menjelang 30 tahun, memiliki 1 adik perempuan dan 2 adik laki-laki, semua usia 20-an. Saya punya dilema dalam keluarga. Saya sudah berusaha memberi yang terbaik untuk orangtua saya, berusaha membuat merka bangga dan senang pada masa tuanya. Saya berhutang pada bank sampai 8 tahun demi membeli rumah untuk tempat tinggal kami sekeluarga. Kami dapatkan rumah tersebut tapi gaji saya sebagian besar untuk membayar cicilan utang bank. Sisa gaji saya sangat minim bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah. Mama saya sampai melontarkan kata-kata bahwa saya tidak bisa diandalkan dan tidak mau memberi uang lagi buat keluarga. Saya jadi berpikir kalau saya dijadikan mesin uang oleh mereka sedangkan mereka memperlakukan adik-adik laki-laki dengan sangat baik. Orangtua lebih memahami adik-adik laki-laki yang tidak bekerja, kalau butuh uang langsung diberi, sedangkan orangtua tidak memaklumi keadaan saya. Saya tidak tahan dengan omongan dan perilaku mereka. Apa yang harus saya lakukan?

Jawab

Shalom, Saudari terkasih Terima kasih untuk suratnya. Perjuanganmu sebagai anak yang sudah kamu lakukan selama ini cukup luar biasa. Hanya sekarang ada masalah yang kamu alami, karena ternyata perjuanganmu sampai 8 tahun berhutang di bank itu membuatmu tertekan karena hidupmu sangat ngepress. Selama ini kamu "rela" ngepress karena kamu berusaha untuk membuat orang tua bangga dan senang. Ternyata kenyataan yang ada tidak seperti yang kamu harapkan, orang tua bilang kamu tidak bisa diandalkan. Orangtua ada tuntutan lebih lagi. Hal ini memukul kamu dan membuatmu merasa tertekan terlebih lagi karena kamu diperlakukan berbeda dengan adik laki-lakimu dan kamu merasa dijadikan mesin uang saja. Saran saya :
  1. Kamu belajar terbuka dengan orangtuamu. Sampaikan kondisi keuanganmu berapa yang harus kamu bayar untuk cicilan rumah dan berapa penghasilan serta pengeluaranmu.
  2. Tanyakan kepada orangtuamu setelah mereka tahu kondisimu bagaimana pandangan mereka. Menurut saya kamu harus belajar terbuka dengan orangtua dan tanyakan jelas apa tugas dan tanggung jawab orangtua dan apa tugas dan tanggung jawab anak.
  3. Memang ada "ketidakadilan" mengenai cara orangtua memperlakukan anak perempuan dan laki-laki dalam keluargamu (secara sepintas menurut surat yang kamu ungkapkan). Untuk merubah dan "menyadarkan" orangtua akan situasi ini jelas tidak mudah karena itu sudah menjadi pola. Tetapi minimal kamu sudah sampaikan, dan kita berdoa agar orangtuamu bisa melihat dan berubah. Itu sisi idealnya, tetapi saran saya kamu juga harus siap hati seandainya orangtua tidak berubah juga. Maka berikut saran saya yang ke 4.
  4. Kamu "berdamai" dengan situasi yang tidak ideal ini. Dalam arti bukan terima saja, tetapi sadar apa yang kamu lakukan sudah maksimal dengan perjuanganmu jangan push dirimu lebih jauh lagi karena itu akan membuatmu kelelahan, overload. Lakukan bagianmu dan jangan lakukan yang di luar bagianmu. Do your best and God do the rest.
  5. Apa yang sudah kamu lakukan itu sudah baik, disyukuri jangan disesali. Jangan pernah berpikir bahwa perjuanganmu selama ini sia-sia. Tidak Ester, yang kamu lakukan sudah maksimal.

Ini yang bisa saya sarankan. Mari kita berharap terus kepada Tuhan, Dia tahu pergumulanmu. Tuhan tahu kelelahanmu. Harapan selalu ada di dalam Tuhan, bukan pada manusia. Jangan menyerah ya, Ester, kita punya Tuhan.

Demikian tanggapan dari kami. Tuhan memberkati.

Salam: Esther J. Rey

DOAKANLAH

  1. Bersyukur transkrip, ringkasan dan abstrak dari 20 judul rekaman terbaru sudah selesai. Doakan agar dalam bulan depan semuanya sudah bisa masuk di situs Telaga.
  2. Draft buku Telaga-5 yang berjudul "Sampai Hari Tuaku" baru selesai diteliti, doakan agar bisa diterbitkan dalam bulan Desember 2017 oleh C.V. Evernity Fisher Media.
  3. Doakan untuk rekaman yang akan diadakan dalam bulan Desember 2017 dengan Ev. Sindunata sebagai narasumber, juga apabila memungkinkan dengan Bp. Heman Elia sebagai narasumber.
  4. Doakan untuk Bp. Yahya A.P. Gunawan dalam mengedit rekaman video yang telah diulang pada akhir bulan Oktober 2017 yang lalu.
  5. Bersyukur pihak Literatur SAAT telah mulai mengedit 6 artikel tentang berpacaran yang akan dijadikan buku berjudul "Panduan Bijak Berpacaran Sehat", rencana terbit dalam tahun 2018 yad.
  6. Doakan untuk radio komunitas Sekolah Kristen Kalam Kudus di Ambon yang menurut berita terakhir akan mulai mengudara dalam bulan Desember 2017.
  7. Bersyukur untuk kesempatan yang diberikan oleh Sekolah Kristen Lentera di Ambarawa dimana beberapa booklet dan buku Telaga telah memeriahkan acara "Gebyar Lentera 2017" pada pada tanggal 17 Nopember 2017.
  8. Doakan untuk pemasaran dan penjualan 2 buku terbitan P.T. Visi Anugerah Indonesia, yaitu "Memahami Remaja dan Permasalahannya" dan "Memaksimalkan Karier Anda". Sampai dengan akhir Nopember 2017 terjual kurang dari 40 buku (masing-masing).
  9. Sampai dengan akhir bulan Nopember 2017 belum ada radio di kota Malang yang bersedia bekerjasama. Doakan apabila Tuhan berkenan dalam tahun 2018 TELAGA bisa mempunyai radio streaming sendiri di kota Malang dan ada seseorang yang bersedia mengoperasikannya.
  10. Doakan untuk kesibukan sepanjang bulan Desember 2017, termasuk pengiriman kalender dan lain-lain.
  11. 11. Bersyukur untuk donasi yang diterima dalam bulan ini dari donatur tetap, yaitu dari : 006 – Rp 100.000,- 010 – Rp 3.000.000,-- untuk 6 bulan 011 – Rp 300.000,- untuk 2 bulan 015 – Rp 2.000.000,- untuk 4 bulan