Sampai Maut Memanggil Kita
Berita Telaga Edisi No. 100 /Tahun IX/ Februari 2013
Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon
Sampai Maut Memanggil Kita
Firman Tuhan berkata, "Apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan oleh manusia" (Matius 19:6). Saya kira semua orang yang menikah berharap pernikahannya dapat berjalan langgeng sampai maut memisahkannya.
Saya percaya tidak ada orang yang menikah dengan pemikiran bahwa suatu hari kelak ia akan menceraikan pasangannya.
Persoalannya adalah, setelah menikah masalah mulai bermunculan sehingga perceraian pun menjadi salah satu pilihan yang dipertimbangkan.
Sekarang marilah kita melihat bagaimanakah membangun pernikahan yang dapat bukan saja bertahan tetapi terus berbuah sampai maut memisahkan kita. Kita akan memulai dengan melihat tahap pernikahan pada masa tua dan menyoroti tantangan yang harus dihadapi pada masa itu agar kita dapat mempersiapkan pernikahan kita mulai dari hari ini.
Dua Ciri Masa Tua
Menengok ke belakang, karena tidak lagi dapat memandang ke depan. Masa tua adalah masa menyelesaikan perjalanan hidup, bukan memulai sebuah perjalanan baru. Kita masuk ke masa tua membawa album kenangan, bukan buku dengan halaman kosong. Itu sebabnya pada masa tua kita cenderung mengingat apa yang telah terjadi.
Menuai apa yang telah ditabur. Pada masa tua kita menyadari bahwa apa pun yang terjadi di masa lalu tidak dapat diperbarui atau diubah kembali berhubung kesempatan untuk itu pun sudah lenyap.
Jadi, jika kita telah menanam pohon kehidupan yang sehat di dalam pernikahan, kita akan mencicipi buah yang manis. Sebaliknya, bila kita menanam pohon kehidupan yang tidak sehat dalam pernikahan, kita pun harus memakan buah yang pahit. Itu sebabnya kita harus menabur benih yang sehat agar dapat menuai buah yang manis untuk diri sendiri, BUKAN SAJA UNTUK ORANG LAIN.
Benih Sehat adalah MENETAPKAN PRIORITAS HIDUP SEJAK AWAL PERNIKAHAN, YAITU:
Memelihara relasi dengan Tuhan
Memelihara relasi dengan keluarga
Memelihara relasi dengan sesama
Dengan kata lain, kita mengutamakan RELASI di atas kepentingan lainnya.
Memelihara Relasi dengan TuhanUtamakan KEHENDAK Tuhan di atas KEGIATAN bagi Tuhan. Sejak awal kita harus mengerti bahwa kegiatan bagi Tuhan tidak sama dengan kehendak Tuhan. Walaupun giat bagi Tuhan adalah hal yang penting, namun terlebih penting adalah hidup dalam kehendak Tuhan. Tuhan melihat dan mencatat apa yang kita lakukan di luar gereja lebih dari apa yang kita perbuat di dalam gereja. Relasi dengan Tuhan terjaga tatkala kita menaati-Nya di dalam hidup kita.
Utamakan FIRMAN Tuhan di atas PENGETAHUAN tentang Tuhan. Kita pun harus meninggikan Firman Tuhan di atas pengetahuan tentang Tuhan. Sudah tentu adalah baik bila kita belajar tentang Tuhan tetapi terpenting bukanlah pengetahuan itu sendiri melainkan hati kita.
Utamakan apa yang baik buat SEMUA di atas apa yang baik untuk SENDIRI. Dalam pengambilan keputusan, kita mesti memikirkan kepentingan semua anggota keluarga. Memang memertimbangkan semua kepentingan tidak mudah dan biasanya memperlambat proses pengambilan keputusan namun upaya tersebut memperlihatkan komitmen kita untuk mengutamakan keluarga di atas kepentingan pribadi.
Utamakan untuk BELAJAR DARI keluarga di atas MENGAJARKAN KEPADA keluarga. Sebagai orang tua kita harus mengarahkan anak seperti seorang pendidik kepada anak didiknya. Namun kita pun perlu menyadari bahwa kita terbatas dan bahwa kita pun harus terbuka terhadap apa yang keluarga ingin ajarkan kepada kita. Demikian pula terhadap pasangan kita. Jangan sampai kita beranggapan bahwa kita selalu yang tahu dan yang berada di pihak yang benar. Tatkala kita membuka diri dan bersedia belajar, kita menunjukkan bahwa merekalah prioritas hidup kita.
Perhatikan yang TERTINGGAL di atas yang TERTINGGI. Janganlah kita menjadi orang yang hanya memerhatikan dan berkawan dengan orang yang terhormat atau dengan orang yang dapat memberi kita keuntungan. Perhatikanlah orang di sekitar yang tertinggal dan terpinggirkan. Orang seperti merekalah yang akan menjadi sahabat sejati oleh karena mereka merasakan kasih sayang kita kepada mereka tatkala mereka berada di lembah kehidupan.
Utamakan MENGAJAK di atas DIAJAK. Dalam berteman, jangan bersikap pasif dan saling tunggu. Berinisiatiflah untuk bertemu dan menjalin relasi. Jangan menghitung-hitung untung-rugi dalam persahabatan. Relasi dibangun di atas inisiatif untuk memelihara pertemanan.
Selain menabur benih sehat, kita juga harus melindungi pohon nikah yang telah ditanam agar dapat bertumbuh dan berbuah. Berikut akan dipaparkan beberapa langkah yang dapat diambil :
MENJAGA HATI: Tidak ada yang lain. Kita harus melindungi pernikahan secara terencana. Ini berarti kita mesti mengambil tindakan tegas untuk melarang khayalan bergentayangan ke wilayah dosa. Sebagai manusia kita dapat dan akan tertarik kepada orang lain yang mungkin saja lebih menawan dan lebih baik daripada pasangan sendiri. Namun kita harus mengingatkan diri akan komitmen pernikahan yang telah dibuat. Singkat kata, kita mesti dengan tegas berkata bahwa di dalam hati kita, tidak ada ruang tersisa untuk orang lain.
MENJAGA BATAS: Tidak ada yang lekat. Salah satu penyebab mengapa akhirnya banyak orang jatuh ke dalam dosa perzinahan adalah dikarenakan kegagalan kita menarik batas yang jelas SEJAK DINI. Dari awal berelasi dengan lawan jenis kita harus menetapkan batas bahwa relasi ini hanya akan menjadi relasi pertemanan. Kita harus memutuskan untuk tidak menceritakan masalah pribadi—apalagi masalah rumah tangga—kepada rekan lawan jenis. Kita juga harus menolak dengan tegas ajakan untuk pergi berdua atau bahkan mengantarnya pulang. Kita mesti menyadari bahwa interaksi pribadi yang dilakukan terus menerus berpotensi menumbuhkan ketertarikan dan ketertarikan pada akhirnya melahirkan hasrat atau nafsu untuk menyatukan diri dengannya. Kendati pencobaan dapat datang kapan saja, namun satu fakta yang tak dapat dipungkiri adalah sering kali kita turut berandil memberi undangan kepada pencobaan untuk datang.
MENJAGA IMPIAN: Tidak berlebihan. Pernikahan pun mesti dilindungi dari kehancuran yang bersikap ekonomi. Kadang kita terlalu berambisius dan ingin cepat kaya sehingga kita gelap mata dan mengambil keputusan bisnis yang terlalu riskan. Alhasil, ingin untung kita malah buntung. Semua menderita akibat keputusan keliru yang kita buat. Kendati ikatan pernikahan tidak sepenuhnya bergantung pada kestabilan ekonomi, namun sebagai manusia kita terpengaruh olehnya. Kesulitan ekonomi yang mendera cenderung menambah frekuensi pertengkaran karena dalam keadaan terjepit, kita mengalami lebih banyak stres.
Kesimpulan
Jika kita ingin sampai pada garis akhir dengan baik, kita harus merencanakan pertandingan dengan sebaik-baiknya. Itu sebabnya Firman Tuhan berikut ini haruslah menjadi pedoman hidup kita sekalian, "PERCAYALAH kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar pada PENGERTIANMU sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, TAKUTLAH akan Tuhan dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan akan menyembuhkan tubuhmu dan MENYEGAR-KAN tulang-tulangmu." Amsal 3:5-7
Oleh Pdt.Dr. Paul Gunadi
Audio dan transkrip bisa didapatkan melalui situs TELAGA dengan kode T302
Mengenal Lebih Dekat
Bersyukur untuk tambahan 1 radio yang bersedia menyiarkan program Telaga di Kertosono. Radio Alpha Omega FM adalah salah satu radio komunitas yang baru berdiri sejak tahun 2010. Sebagai radio komunitas yang mengudara pada frekwensi 95,90 MHz. bisa didengarkan oleh masyarakat yang tinggal pada radius antara 3 s.d. 10 km. Program Telaga disiarkan tiap hari Rabu dan Sabtu jam 19.30 WIB.
Doakanlah
Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Ibu Amelia melalui Ibu Indrawati T. sebesar Rp 200.000,-.
Bersyukur untuk royalty (dari penjualan booklet periode Juli – Desember 2012) yang telah diterima dari Metanoia Publishing.
Doakan untuk rencana membuka stand pada seminar sehari tentang “Depresi” yang diadakan oleh Abigail Rumah Pemulihan Wanita, Surabaya pada tgl. 12 Maret 2013.
Doakan untuk buku yang berjudul “Remaja dan Pergumulannya” yang akan diterbitkan oleh P.T. Visi Anugerah Indonesia.
Doakan untuk rekaman lanjutan dengan Ev. Sindunata Kuniawan sebagai nara sumber.
Doakan untuk keterlibatan Sdri. Betty T.S. dalam Kursus Alkitab Student Alpha yang diadakan khusus untuk mereka yang belum percaya pada Tuhan Yesus di Maastricht, Belanda. Kursus tersebut akan dimulai 12 Maret 2013 dan sampai saat ini mereka belum mendapatkan tempat. Doakan juga agar mereka mempunyai dana yang cukup untuk membagikan materi kursus yang diberikan secara gratis.
Doakan untuk radio-radio di tanah air yang menemui kesulitan dalam memperoleh ijin. Salah satu alternatif, radio-radio tersebut bisa beralih menjadi radio internet yang biaya operasionalnya lebih murah.
Bersyukur Tuhan telah mempersatukan Praise Gunadi, putri sulung dari Bp.& Ibu Pdt. Dr. Paul Gunadi dengan Jason Hao Lee pada tgl. 23 Pebruari 2013. Pemberkatan nikah diadakan di First United Methodist Church Glendale, California. Doakan untuk pasangan suami istri ini.
Bersyukur untuk kelahiran seorang putra dalam keluarga Bp. & Ibu Raymond Tambayong pada tgl. 26 Pebruari 2013 yang diberi nama Noah Danielson. Anak ini adalah cucu dari Ibu Indrawati Tambayong (Sie.Doa & Dana Telaga).
Bersyukur untuk penerimaan dana dari donatur tetap dalam bulan ini, yaitu dari :
001 – Rp 100.000,-
004 – Rp 400.000,- untuk 4 bulan
005 – Rp 1.000.000,- untuk 1 tahun
010 – Rp 1.000.000,- untuk 4 bulan
011 – Rp 300.000,-
Telaga Menjawab
Tanya?
Saya seorang laki-laki berusia 31 tahun, pasangan saya berusia 25 tahun, kami Kristen. Kami selalu berusaha membangun hubungan dengan dasar kekristenan dan sudah berjalan 8 bulan secara serius menuju tahap pernikahan dalam 2 tahun ke depan. Banyak hal yang sering kami bahas, tetapi masalah yang paling utama dan menjadi sorotan pasangan saya adalah masalah pernikahan. Pasangan saya sangat sulit memercayai lembaga pernikahan dan menurut pandangannya pernikahan sangat merugikan perempuan. Saya mengerti pasangan saya memiliki pandangan seperti itu karena latar belakang adat dan budaya keluarga serta keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya yang tidak didasarkan pada pola kekristenan dan banyak masalah serta kejadian yang sangat memilukan di dalam pernikahan. Kami banyak belajar mengenai pernikahan dan pola keluarga dengan dasar kekristenan tetapi itu tidak cukup meyakinkan pasangan saya untuk menuju pernikahan. Saya sendiri berusaha untuk selalu berpegang teguh dan belajar mengenai kehidupan kristiani, tetapi saya sudah tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaannya dan saya merasa diserang keyakinan dan komitmen saya pada pasangan saya oleh pasangan saya sendiri. Inti yang saya tangkap, pasangan saya memandang perempuan paling dirugikan kalau menikah. Sebagai contoh :
Menikah adalah untung-untungan, kalau dapat pasangan yang baik ya mungkin bahagia tetapi kalau dapat pasangan yang tidak baik itu sebagai pilihan hidup yang sia-sia (perempuan pasti dirugikan, hidup senidiri juga bisa dan tidak beresiko).
Anak adalah penambah kebaha-giaan……..nyatanya kehadiran anak member jarak antar pasangan (waktu untuk pasangan terbagi dengan waktunya untuk anak). Kalau seperti itu untuk apa punya anak ?
Hidup sendiri mau punya anak juga bisa……. ke bank sperma saja setidaknya tidak berzinah.
Yang ingin saya tanyakan :
Bagaimana saya harus bersikap menghadapi keraguan dan ketakutan pasangan saya ?
Apa yang harus saya lakukan untuk membantu pasangan saya menghadapi masalahnya (karena dia bisa menjadi depresi jika sedang memikirkan masalah pernikahan, namun dia sendiri merasa membutuhkan pasangan hidup).
Jawab!!!
Terima kasih untuk surat yang sudah kami terima, setelah membaca surat tersebut nampak ada kerinduan untuk melangkah ke jenjang pernikahan yang datang dari pihak Anda. Hal ini wajar mengingat usia Anda sudah cukup dewasa dan memang sudah waktunya untuk memasuki jenjang pernikahan. Sementara pasangan belum ada kesiapan.
Saran kami, berjalanlah pelan-pelan (sesuaikan tempo) dengan pasangan Anda. Berilah waktu dan perhatian lebih banyak agar dia merasa aman bersama Anda (bukan untung-untungan kalau nanti jadi menikah dengan Anda) seperti yang diungkapkannya.
Masih banyak waktu yang bisa kalian jalani bersama, Anda berencana 2 tahun lagi untuk menikah. Pakailah waktu-waktu di depan untuk sungguh-sungguh menunjukkan diri sebagai seorang laki-laki dewasa, calon suami yang bertanggung jawab dan seorang yang sungguh takut akan Tuhan.
Apakah Anda sungguh mengetahui bahwa pasangan Anda itu sepadan dengan Anda? Apakah pasangan Anda itu sungguh penolong untuk Anda ? Apakah dalam hubungan kalian selama ini sungguh bisa saling membangun, menguatkan dan mendorong kalian semakin mencintai Tuhan ?
Coba kenali pasangan Anda secara benar, apa yang menyebabkannya begitu khawatir, Anda katakan bisa depresi kalau memikirkan pernikahan. Apakah ada masa lalu atau ada pengalaman yang tidak mengenakkan di masa lalu berkaitan dengan hal rencana pernikahan ?
Gunakan waktu-waktu ini untuk saling mengenal dan memahami lebih jauh lagi.
Demikian tanggapan yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bisa membantu. Tuhan memberkati !!
- 3643 kali dibaca