Menyikapi Kekayaan Dengan Benar
Menyikapi kekayaan dari lensa Alkitabiah tidak mudah. Ada yang berpandangan bahwa kekayaan adalah dosa atau setidaknya mencobai kita untuk berdosa. Sebaliknya, ada yang beranggapan bahwa kekayaan adalah berkat, jadi, bukan saja mesti diterima dengan syukur tetapi juga dikumpulkan dengan sukacita. Bila pandangan yang pertama membuat kita merasa bersalah jika kebetulan kita memunyai kekayaan berlebih, maka pandangan yang kedua membuat kita merasa bersalah bila kebetulan kita tidak kaya. Mari kita menelaah Firman Tuhan agar dapat menyikapi hal kekayaan dengan benar.
- DARI FIRMAN TUHAN DAPAT KITA SIMPULKAN BAHWA TUHAN TIDAK ANTI KEKAYAAN DAN TIDAK JUGA ANTI ORANG KAYA.
Apabila Tuhan anti kekayaan dan anti orang kaya, maka Ia tidak akan memberkati dan memakai kekayaan dan orang kaya. Namun, sebagaimana kita ketahui Ia memberkati dan memakai Abraham dan Ayub, dua tokoh yang kaya raya. Dan, jika Tuhan anti kekayaan dan anti orang kaya, Ia pun tidak akan memberkati dan memakai para perempuan yang mengikut dan melayani Yesus Putra Allah. Merekalah yang membiayai hidup dan pelayanan Tuhan Kita Yesus bersama para murid. Dan, jika Tuhan anti kekayaan dan anti orang kaya, Ia pun tidak akan memanggil dan menyelamatkan orang kaya, seperti Kornelius di Kaisaria, Lidia di Filipi, dan Filemon di Kolose. Jadi, bilaTuhan tidak anti kekayaan dan tidak anti orang kaya, maka kita pun tidak seharusnya anti kekayaan dan anti orang kaya. - TIDAK SEMUA KEKAYAAN MERUPAKAN BERKAT DARI TUHAN.
Amsal 20:17 mengingatkan, "Roti hasil tipuan sedap rasanya, tetapi kemudian mulutnya penuh dengan kerikil." Istilah "roti" merujuk bukan saja kepada roti secara harfiah tetapi juga harta. Jadi, dari Firman Tuhan ini kita belajar, kekayaan dapat bersumber bukan dari Tuhan melainkan dari kecurangan atau dosa. Dengan kata lain, kita bisa menjadi kaya di luar jalan Tuhan namun pada akhirnya kita harus menanggung akibatnya yakni hukumanTuhan, yang diibaratkan dengan "mulutnya penuh dengan kerikil." Dari sini kita belajar, bukan saja tidak boleh kita mendapatkan kekayaan dengan kecurangan tetapi juga, kita tidak boleh menghapus bersih kecurangan dengan memakai nama Tuhan, seakan-akan kekayaan ini adalah berkat dari-Nya. - TIDAK SELALU TUHAN MEMBERKATI KITA DENGAN KEKAYAAN.
Ada banyak cara Tuhan untuk memberkati kita; dalam pengertian, ada banyak cara untuk-Nya memerlihatkan bahwa Ia berkenan kepada kita. Misalkan, Tuhan dapat memberkati kita dengan kesehatan; Ia bisa memberkati kita dengan kerukunan keluarga; Ia dapat memberkati kita dengan pelayanan yang berbuah. Kekayaan hanyalah satu di antara sejumlah cara yang digunakan Tuhan untuk memerlihatkan kasih-Nya kepada kita. Jadi, jangan cepat menyimpulkan bahwaTuhan tidak berkenan kepada kita gara-gara usaha kita bangkrut. - MESKI KEKAYAAN BUKAN DOSA DAN BUKAN PENCOBAAN UNTUK BERDOSA, KEKAYAAN MEMUNYAI DAYA YANG KUAT UNTUK MENJADI ILAH DI DALAM HIDUP KITA.
Di dalam Khotbah di Atas Bukit (Matius 6:24), sewaktu mengingatkan tentang pengaruh harta, Tuhan Yesus menegaskan, "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." Sebagaimana kita ketahui Mamon ialah nama dewa kekayaan. Jadi, dari sini dapat kita lihat betapa besarnya pengaruh dan kuasa kekayaan sehingga Tuhan Yesus mengibaratkannya dengan dewa. Apabila Tuhan Yesus sendiri mengakui betapa besarnya pengaruh dan kuasa kekayaan, maka kita pun mesti mengakuinya pula. Meski kekayaan bukanlah makhluk hidup namun pada kenyataannya kekayaan seperti makhluk hidup yang memunyai roh sehingga dapat memengaruhi dan menguasai kita. Jadi, barangsiapa diberkati Tuhan dengan kekayaan, ia harus senantiasa menjaga dirinya, terutama hati dan pikirannya, agar tidak dipengaruhi dan dikuasai oleh kekayaan. Lihatlah di sekeliling kita. Berapa banyak orang meninggalkan Tuhan karena mengejar kekayaan. Berapa banyak suami atau istri meninggalkan keluarganya karena kekayaan. Berapa sering kita menilai orang dari kekayaan dan memilih teman atas dasar kekayaan. Itu sebab, makin kita diberkati dengan kekayaan, makin kita harus berhati-hati dan makin kita mesti berjalan dekat dan tunduk pada pimpinan Roh Kudus. Begitu kita menjauh, dengan cepat kita akan ditangkap oleh Mamon (dewa kekayaan).
- KITA HARUS MENJAGA PRIORITAS HIDUP
yaitu, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri" (Matius 22:37-39). Prioritas hidup adalah mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama kita manusia, bukan mengasihi kekayaan dan kemuliaan.
Di dalam 1 Timotius 6:10 Rasul Paulus menegaskan, "Karena akar segala kejahatan adalah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." Cinta uang adalah akar segala kejahatan, dan cinta uang bersumber dari penggantian prioritas hidup. Tuhan dan manusia untuk dicintai sedang uang dan kekayaan untuk dipakai. Inilah urutan yang benar. Jangan sampai kita menggantinya menjadi, "Uang dan kekayaan untuk dicintai; Tuhan dan manusia untuk dipakai." - KITA HARUS BERGANTUNG PADA TUHAN, BUKAN PADA ORANG ATAU KEKAYAAN
. Amsal 3:5-6 menasihati, "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Salah satu wujud pengertian sendiri adalah bersandar pada kekayaan. Betapa seringnya kita bersandar pada kekayaan yang kita miliki dan tidak bersandar pada Tuhan yang berkuasa penuh atas hidup kita. Masalah yang terkandung di dalam bersandar pada diri sendiri—termasuk kekayaan pribadi—adalah pada akhirnya kita terlepas dari Tuhan dan kehendak-Nya. Makin hari makin jauh hati kita dari-Nya dan makin hari makin kita tidak percaya kepada-Nya. Itu sebab kita mesti memutuskan untuk percaya pada Tuhan dan berserah kepada-Nya dan memilih untuk tidak beriman pada kekayaan. Begitu kita beriman pada kekayaan, maka kita sudah menjadi penyembah Mammon, dewa kekayaan. Jadi selalu ingatlah, prinsip ini, "Uang tidak menyelamatkan, tetapi Tuhan menyelamatkan." Jangan sampai kita menukarnya menjadi, "Tuhan tidak menyelamatkan, tetapi uang menyelamatkan." - KITA MESTI BELAJAR UNTUK MERASA PUAS DAN CUKUP.
Firman Tuhan (1 Timotius 6:6&8) meneguhkan, "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." Puas dan cukup adalah suatu perasaan yang relatif, dalam pengertian, tidak sama pada setiap orang sebab standar puas dan cukup pada setiap orang tidak sama. Tuhan mengajar kita untuk menggunakan standar terendah yaitu ada makanan dan pakaian. Selama kita ada makanan dan pakaian, maka kita puas dan cukup. Dan, kata Firman Tuhan, rasa puas dan cukup ini akan memengaruhi ibadah kita secara sangat positif, yakni memberi keuntungan atau berkat besar. Dengan kata lain, jika kita tidak merasa puas dan cukup, maka ibadah kita akan miskin dan hambar. Sebaliknya, bila kita merasa puas dan cukup, maka ibadah kita akan diperkaya dan disemarakkan oleh rahmat Tuhan. Atau, dapat kita simpulkan makin kita puas dan cukup, makin kita merasa tidak membutuhkan apa pun. Kita merasa begitu dipuaskan dan dicukupkan oleh kasih-Nya, kebaikan-Nya, jamahan-Nya, dan pimpinan-Nya sehingga kita tidak memerlukan banyak hal lain. Kalaupun kita diberkati dengan kekayaan berlimpah, kekayaan itu tidak akan memuaskan dan mencukupkan karena kita sudah dipuaskan dan dicukupkan oleh Tuhan sendiri. - JADILAH SALURAN BERKAT BUKAN TIMBUNAN BERKAT.
1 Timotius 6:18-19 mengingatkan, "Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi, dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya." Tidak ada cara yang lebih efektif untuk tidak terikat pada kekayaan selain daripada memberi dan membagi kekayaan itu. Apa pun yang kita katakan untuk meyakinkan orang bahwa kita tidak terikat pada kekayaan tidak akan terbukti sampai kita dapat dan rela memberi dan membagi. Dari ayat ini kita pun belajar bahwa ternyata tujuan Tuhan memberkati kita dengan kekayaan adalah agar kita memberi dan membaginya dengan sesama yang membutuhkan. Tidak pernah tebersit dalam hati Tuhan untuk memberkati kita supaya kita menimbunnya demi kepentingan dan kesenangan sendiri. Tuhan mengaitkan memberi dan membagi kekayaan di dunia dengan mengumpulkan dan menimbun kekayaan di surga. Dengan kata lain, makin besar kita memberi dan membagi kekayaan di dunia, makin besar timbunan kekayaan kita di surga. Sudah tentu kita tahu, yang dimaksud dengan kekayaan di surga bukanlah barang dan uang melainkan rahmat dan kasih Tuhan. Jadi, inilah prinsip yang mesti kita pegang, "Makin kita kaya, makin kita mengasihi orang miskin." Jangan sampai kita menggantinya menjadi, "Makin kita kaya, makin kita mengasihi orang kaya."
Ringkasan T588 (A+B)
Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Simak judul-judul tentang "Masalah Hidup" lainnya di www.telaga.org
PERTANYAAN :
Saya seorang ibu rumah tangga, kami sudah menikah selama 9 tahun dan memiliki 3 orang anak. Secara diam-diam saya sering memeriksa Hp suami saya dan melihat ada ‘browsing’ video gay, foto gay. Hal ini saya dapatkan dalam 3 tahun terakhir. Awalnya saya cuek saja, karena tidak ada perubahan yang mencolok pada suami saya, sekarang saya tidak tahu bagaimana mengatakan perasaan saya saat ini. Saya merasa menjadi orang yang paling bodoh di dunia. Ketika saya mendengar dari teman-teman dan kerabat bahwa suami saya ternyata seorang gay, saya merasa putus asa ! Ingin sekali saya mengakhiri semuanya, tapi setiap kali saya melihat wajah suami saya, saya merasa kasihan. Saya hanya bisa menangis diam-diam. Bagaimana nantinya anak-anak saya yang masih kecil, saya tidak mau rumah tangga saya berantakan, apa yang harus saya lakukan?
Saat ini saya tinggal bersama orang tua saya di Rantau Prapat, Sumatera Utara. Selama ini kami tinggal di rumah dinas perkebunan kelapa sawit. Sudah satu minggu ini suami saya berhenti bekerja, dia mengatakan bahwa alasannya karena tidak mau ditugaskan ke Papua. Dia berkata, dia tidak sanggup bila harus terlalu jauh dengan anak-anak. Entah mengapa firasat saya sebagai istri berkata lain, saya merasa ada masalah lain yang disembunyikan suami saya. Saya merasa dia tidak jujur, pelan-pelan saya menggali informasi dari teman dan supir pribadi hingga akhirnya saya mengetahui semuanya. Ingin saya mengakhiri hidup, mengapa Tuhan memberikan saya ujian seperti ini? Saya tidak sanggup bila orang tua kami sampai mengetahuinya. Mohon bantuan jalan keluar yang harus saya lakukan.
Saya bisa merasakan betapa ibu sangat shock mengetahui suami ibu yang sudah hidup bersama selama 9 tahun adalah seorang gay. Kebanyakan pasangan (istri-istri) yang mengalami seperti ibu biasanya tidak siap menghadapi fakta ini. Mereka merasa putus asa seperti sudah tidak ada harapan, marah karena merasa dibohongi, merasa kasihan dan ingin untuk menolongnya, merasa sedih dan malu secara mendalam serta sebagian akan merasa bersalah. Timbul pertanyaan-pertanyaan mengapa hal ini harus menimpa diri saya dan keluarga saya?
Ibu N.T., menurut saya reaksi ibu sangat wajar dan seperti belum ada jawaban yang pasti untuk semua pertanyaan ibu. Saya pribadi tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ibu, namun satu pernyataan yang saya mau berikan bahwa masih ada harapan bagi ibu dan suami ibu. Allah yang Maha Kasih ingin menolong ibu menghadapi situasi ini, juga Ia sanggup menolong suami ibu.
Janji Tuhan bahwa Ia akan menguatkan ibu melalui pencobaan yang berat ini (Filipi 4:13).
Harapan juga ada bagi suami ibu. Saya memiliki teman-teman yang bergumul dengan homoseksualitas, yang bisa dilepaskan dari belenggu homoseksualitas dan hidup dekat dengan Tuhan, melayani Tuhan dan mencintai serta setia pada keluarganya. Bila saat ini suami ibu terlibat dalam homoseksualitas, hal ini tidak berarti bahwa ia akan selamanya demikian. Ada harapan untuk pemulihan bagi suami ibu.
Beberapa saran praktis untuk ibu :
- Kendalikan emosi ibu. Berusahalah membatasi reaksi-reaksi yang meledak dan merusak hubungan ibu dengan suami. Ambil waktu untuk ibu bisa menenangkan diri, melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menolong ibu melepaskan emosi-emosi yang negatif, misalnya olah raga atau ibu punya teman dekat yang bisa ibu percaya untuk sharing dan mendoakan.
- Jaga komunikasi dengan suami tetap terbuka. Bicarakan baik-baik dengan suami tentang apa yang sebenarnya terjadi. Jadilah pendengar yang baik untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Jika ibu bisa lebih tenang menghadapi keadaan ini, maka suami akan lebih siap mendekat dan terbuka kepada ibu. Penerimaan dan kasih yang ibu tunjukkan akan membuat suami lebih merasa aman dan tenang.
- Berdoa dan berpuasa, mencari Allah untuk mengerti bagaimana Allah memandang dan bersikap terhadap keadaan ini. Allah adalah pembimbing kita, Ia tahu bagaimana ibu bisa menghadapi suami ibu yang sedang bergumul. Tuhan juga sanggup memberikan kasih Ilahi yang membuat ibu mampu menerima dan mengampuni suami ibu. Allah melihat bahwa orang-orang yang bergumul dengan homoseksualitas membutuhkan kasih sayang, penerimaan dan identitas. Seperti teladan Yesus yang tidak menghakimi dan menjauhi orang berdosa, tapi menerima dan merangkul mereka, itu yang mengubahkan orang-orang berdosa menjadi bertobat.
- Perlihatkan kasih dan penerimaan. Bukan berarti kita berkompromi dengan perbuatannya yang berdosa. Namun jangan memalingkan muka darinya. Tetaplah memerlihatkan kasih dan perhatian ibu kepada suami melalui berbagai tindakan sehari-hari yang praktis. Siaplah selalu untuk berbicara dan mendengarkan, jangan takut untuk berpelukan dan memegangnya. Jangan menghindar dan menjauhkannya dari kehidupan ibu.
- Menyerahkan dan memercayakan suami kedalam tangan Allah. Mungkin ibu tidak bisa mengubahnya, namun Tuhan sanggup mengubahnya. Allah mengasihinya dan peduli dengan hidup dan pergumulannya.
- Akhirnya jika di kota ibu ada konselor Kristen yang dapat menolong ibu melalui masa-masa sulit ini, saya sarankan ibu dapat konseling tatap muka, agar ibu tidak bergumul sendiri. Jika ibu mau beritahukan kepada suami, ada sebuah pelayanan "Pancaran Anugerah", yaitu pelayanan pemuridan untuk masalah relasi dan seksualitas. Silakan lihat di situs: www.pancarananugerah.org
Demikian masukan dari saya, saya mengutip beberapa saran saya dari buku "Jika Kekasih Anda Seorang Gay" oleh Sy Rogers. Kiranya dapat menolong ibu menghadapi masa-masa sulit ini bersama Tuhan yang penuh kasih dan penuh kuasa, tangan-Nya yang kuat akan menuntun dan menolong ibu. Tuhan Yesus menolong !!
Heal from Trauma IG Live 17 November 2023 merupakan kolaborasi Telaga Pengharapan dengan Pusat Konseling Setitik Cahaya Genz. Acara ini dipandu oleh Eunike Paramita, S. Psi. bersama dua narasumber, yaitu: Bony Angreny Haning, S.T., MAKP., Konselor dan Sri Wahyuni, M.Th. in Counseling. Topik bincang Telaga Pengharapan kali ini adalah "Heal from Trauma." Trauma bukan istilah yang asing di telinga kita, mungkin kebanyakan orang pernah mengalami trauma. Eunike membuka dengan pertanyaan apa yang dimaksud dengan trauma? Yuni menjelaskan bahwa trauma adalah respons emosional seseorang terhadap peristiwa mengerikan (seperti kecelakaan, bencana, tragedi) yang mengguncang jiwanya. Adapun tanda dan gejala yang bisa diamati dari orang yang mengalami trauma, antara lain:
- Gejala emosi
Perasaan cemas, takut, panik, marah, sedih yang terjadi secara berlebihan dan sulit untuk dikendalikan, depresi. - Gejala fisik
Sakit kepala, gangguan pencernaan, jantung berdebar, mengalami keringat dingin, sulit konsentrasi, sulit tidur, mimpi buruk. - Ketegangan dalam relasi
Sering mengalami konflik dalam relasi, cenderung curiga dan waspada secara berlebihan, menarik diri.
Terkadang orang tidak menemui trigger dari trauma setiap hari bahwa dirinya mengalami trauma, Eunike bertanya: "Apakah faktor pemicu yang menyebabkan seseorang mengalami trauma?" Menurut Yuni, seseorang perlu mengenal apa yang terjadi dengan dirinya (Mengapa saya bereaksi demikian terhadap hal-hal tertentu? Apa penyebabnya?). Mungkin ada orang yang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami trauma atau orang tersebut tidak ingin mengingat kejadian buruk yang pernah menimpanya. Trauma seringkali dipicu oleh beberapa peristiwa yang mengguncang jiwa seseorang, antara lain:
- Kecelakaan/bencana
Kecelakaan atau bencana adalah peristiwa yang tidak terduga, namun cenderung menyebabkan seseorang terluka dan mengalami trauma mendalam. Contohnya: kecelakaan lalu lintas, kecelakaan di tempat kerja, kebakaran, bencana alam, wabah penyakit covid, peperangan dan lain-lain. - Kekerasan
Perilaku kekerasan cenderung membawa dampak traumatis yang melukai jiwanya. Apalagi jika orang tersebut tidak berdaya untuk melawan. Misalnya: perundungan, pelecehan seksual, pemerkosaan, KDRT. - Kehilangan
Kehilangan adalah hal yang wajar terjadi dalam hidup, walaupun demikian bagi sebagian orang kehilangan dapat menimbulkan trauma tertentu. Misalnya: kehilangan orang yang sangat dikasihi, putus dengan pacar, terjadinya perceraian.
Bony menambahkan bahwa trauma itu berkorelasi dengan peristiwa masa lalu yang menguras emosi dan pikiran seseorang. Peristiwa tersebut bisa terjadi berulang (misalnya: perundungan, pelecehan seksual) atau terjadi sekali tetapi peristiwa masih membekas dalam ingatan sampai hari ini, sehingga menimbulkan dampak yang mendalam, misalnya :
pemerkosaan.
Lebih lanjut, Eunike bertanya: "Apakah ada faktor-faktor risiko yang membuat seseorang mengalami trauma?" Yuni menyampaikan pendapat, pada umumnya, setiap orang berpotensi mengalami trauma. Ada beberapa faktor risiko orang lebih rentan mengalami trauma, antara lain:
- Orang yang memiliki gangguan mental (misalnya: kecemasan, depresi).
- Orang yang kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan.
- Orang yang memiliki pekerjaan yang berisiko, seperti anggota militer, pekerja bangunan.
- Anak kecil lebih rentan mengalami trauma dibandingkan orang dewasa, karena anak belum memiliki daya juang atau kemampuan yang cukup untuk menghadapi peristiwa yang berat. Misalnya: ketika anak mengalami perundungan.
- Perempuan lebih rentan mengalami trauma dibandingkan laki-laki, karena perempuan lebih dominan menggunakan perasaannya. Namun, bukan berarti pria kebal terhadap trauma.
Sebagai penutup, Eunike bertanya: "Apakah orang yang mengalami trauma bisa dipulihkan?" "Trauma bisa dipulihkan, namun pemulihan adalah sebuah proses", jelas Yuni. Lebih lanjut, Yuni menjelaskan 3P sebagai langkah pemulihan trauma, yaitu:
- Perawatan diri
Seseorang yang menjaga kesehatan tubuh dengan baik (yaitu: makan bergizi dan teratur, tidur yang cukup, berolahraga) lebih dapat menanggung guncangan oleh karena peristiwa berat yang dialaminya. Lakukan hal-hal yang menghilangkan stress. - Pendampingan konselor
Dalam konseling, konselor membantu klien berproses:
- Mengenali dan mengakui trauma yang dialami.
- Mengizinkan diri kembali pada peristiwa traumatis dan mengeluarkan perasaan yang tersumbat, sehingga sumbatan tersebut tidak mengganggu kehidupannya.
- Ikuti perbincangan lengkapnya melalui Instagram Live @ telagapengharapan. Lakukan relaksasi untuk menenangkan diri dan mengelola emosi yang bergejolak.
- Penggunaan obat-obatan terkadang dibutuhkan untuk membantu mengatasi gangguan emosi akibat trauma. Akan tetapi, penggunaan obat ini harus berdasarkan resep dokter, bukan atas keinginan sendiri.
- Membingkai kembali masa lalu, artinya seseorang melihat hidup dengan cara pandang yang berbeda. Misalnya: seseorang yang merasa tidak berdaya/tidak mampu menghadapi traumanya diteguhkan menjadi diri yang berdaya dan mampu karena pertolongan Tuhan.
- Pendampingan orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat (keluarga, sahabat, mentor) sangat dibutuhkan untuk memberikan kekuatan dan peneguhan bahwa dia tidak sendiri.
Penutup (Closing statement).
Yuni berkata, "Setiap orang mungkin pernah mengalami trauma dari pengalaman masa lalu kita. Namun, ada satu pribadi yang kuat yang sanggup menolong kita yaitu Tuhan. Kita tidak lagi dicengkeram oleh trauma masa lalu, karena Tuhan sanggup membebaskan kita dari cengkeraman trauma masa lalu. Tangan Tuhan bekerja memulihkan kita dari trauma masa lalu, melalui keluarga, sahabat, konselor." Filipi 4:13, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku".
Bony menambahkan, "Tidak seorang pun yang imun dari trauma. Cara kita merespons menentukan apakah kita pulih atau tidak, itu kuncinya. Bagaimana kita juga berserah pada Tuhan untuk menolong kita".
Ikuti perbincangan lengkapnya melalui Instagram Live @ telagapengharapan. Disusun oleh Sri Wahyuni & Boni Angreny Haning
Belakangan ini, salah satu tips yang digemakan dan dipraktikkan dalam dunia pengasuhan adalah untuk menghindari kata "jangan" dalam memberi instruksi atau mengajar anak. Namun Tuhan mengajar umat-Nya juga dengan berbagai kata "jangan" di dalam Alkitab, misalnya dalam sepuluh perintah Allah dalam Keluaran 20:1-17. Di satu sisi saya percaya mengurangi penggunaan kata "jangan" yang terlalu berlebihan ada baiknya, di sisi lain saya yakin kata "jangan" masih ada manfaatnya. Maka izinkan saya berbagi tiga hal saja dengan diawali kata "jangan" yang justru menolong saya menutrisi relasi dengan anak-anak saya:
- Jangan ragu untuk terbuka mengakui kesalahan kepada anak ketika kita memang bersalah.
Beberapa waktu yang lalu, saya sulit memahami apa yang anak saya harapkan. Ia menangis cukup keras dan lama. Saya berupaya menenangkan namun ia semakin menangis dan saya semakin frustrasi. Sejenak saya menenangkan diri dan kemudian kembali menemani anak saya sampai ia menjadi lebih tenang. Setelah kami berdua dalam keadaan cukup tenang, saya meminta maaf kepada anak saya karena saya tidak memahaminya dan bahkan sempat memarahinya karena saya frustrasi. Setelah saya terbuka mengakui kesalahan saya dan meminta maaf padanya, ia mulai membuka hatinya kembali untuk saya. Dan alih-alih menutup diri seperti sebelumnya ia justru menjelaskan secara terbuka apa yang ia rasakan dan pikirkan. Dari situ komunikasi yang sehat terjadi, konflik terselesaikan, rasa percaya diperkuat dan relasi menjadi semakin erat. Tentu akan ada waktu-waktu lain, dinamika relasi berombak lagi tapi keberanian kita untuk jujur melihat diri dan terbuka kepada anak-anak menjadi modal yang berharga mempererat relasi dalam keluarga. - Jangan takut memberikan batasan secara konsisten kepada anak.
Sebagai orang tua, ada kalanya saya bergumul tentang memberi batasan atau aturan secara konsisten kepada anak-anak. Misalnya soal memberi aturan belum boleh bermain game online, membatasi penggunaan screen time dan menentukan tontonan yang boleh dan tidak boleh mereka tonton. Kadang saya tergoda untuk membandingkan diri dengan orang tua lain yang lebih membebaskan anak-anaknya dan berpikir apakah saya terlalu membatasi. Apalagi ketika anak saya bertanya, kenapa teman-temannya boleh ini dan itu, bahkan boleh punya gawai-nya sendiri di usia yang sama (usia SD).
Sejujurnya juga, rasanya repot sekali harus menetapkan batasan dan menerapkannya dengan konsisten. Akan tetapi, rupanya batasan yang konsisten ditetapkan memberi rasa aman bagi anak-anak. Sebab batasan yang diterapkan secara konsisten ini membuat mereka tahu sejauh mana mereka boleh dan tidak boleh berbuat sesuatu. Bayangkan bila kita datang ke suatu negara baru, lalu kita tidak tahu menahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di negara itu. Tentu kita akan merasa lebih aman bila kita lebih mengenal budaya setempat beserta aturan-aturan yang berlaku di sana.
Tentu bukan hanya menerapkan batasan, namun saya juga berupaya menjelaskan kepada mereka apa alasan saya menerapkan batasan tersebut dengan bahasa yang dapat mereka pahami. Juga menjelaskan kepada mereka bahwa setiap rumah dan keluarga ada batasan dan aturan masing-masing, kita juga perlu menghargai batasan orang lain. Sebab saya yakin, setiap orang tua berupaya memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya dan tidak ada orang tua yang sempurna - saya pun tidak. Namun setidaknya, inilah yang saya tahu salah satu hal baik yang dapat saya berikan kepada anak-anak saya. - Jangan hanya melakukan banyak hal untuk anak, tetapi lupa menikmati berbagai hal bersama anak.
Poin ini pun menjadi pengingat bagi saya dan suami. Ada saat dimana kami begitu sibuk melakukan berbagai hal untuk anak namun justru menuai rengekan, "yah, tidak sempat main, lho jadi tidak sempat cerita, dan sebagainya". Anak-anak merindukan kehadiran kita, mereka rindu kita menghabiskan waktu bersama mereka, bukan hanya untuk mereka. Beberapa dari kita mungkin tumbuh dengan kalimat, "papa mama kerja buat kamu", "kalau papa tidak kerja nanti kamu sekolah pakai duit apa?" dan sebagainya. Beberapa anak akhirnya memilih menahan diri mengungkapkan kerinduan mereka akan kehadiran orang tua mereka. Sebab mereka merasa bersalah meminta barang sedikit saja waktu yang orang tuanya habiskan "untuk mereka".
Jangan biarkan anak-anak bertumbuh sendiri, lalu ketika mereka dewasa kita bertanya mengapa mereka jadi begini dan begitu. Mungkin beberapa orang tua berpikir "ini bukan anak yang saya kenal". Barangkali memang itulah anak kita, selama ini itulah dirinya namun kita tidak pernah mengambil waktu mengenal dan membersamanya bertumbuh.
Pada akhirnya, ketiga kalimat "jangan" ini menjadi pengingat pula bagi penulis secara pribadi. Dan saya ingin mengakhirinya dengan berita pengharapan, bahwa menjadi orang tua adalah proses yang panjang, kegagalan dan keberhasilan tidak dapat ditentukan sekarang. Menjadi orang tua adalah perjalanan bersama Tuhan, setiap perjuangan, tawa dan air mata ada dalam anugerah dan campur tangan Tuhan.
Kita sudah berada di penghujung tahun 2023. Masa kampanye sudah dimulai tanggal 28 November 2023 dan akan berlangsung selama 75 hari. Beberapa doa syukur dan doa permohonan yang telah dikumpulkan adalah sebagai berikut :
- Bersyukur selama bulan November 2023 telah berhasil mengirimkan rekaman ke 8 radio melalui ‘google drive’, yaitu RASSINDA 98,8 FM 1314 AM di Karangnyar, Solo, Grace Alone di Surabaya dan Suara Sorong FM di Sorong, Kabar Baik FM di Tomohon, Petra FM di Sleman, Yogya, Bahana Sangkakala FM di Jayapura, Swaranusa Bahagia AM di Jayapura dan Immanuel FM di Solo.
- Bersyukur untuk perkembangan kesehatan dari Bp.Heman Elia, datang mengajar ‘onsite’ di kampus STT SAAT dan kita tetap doakan agar Tuhan memberikan yang terbaik untuk kesehatannya.
- Tetap doakan untuk Radio Pemulihan Kasih FM di Bajawa, Flores yang menyiarkan program Telaga setiap hari, sejak bulan Maret 2023 sampai dengan akhir November 2023 masih belum mengudara. Beberapa hal yang perlu didoakan yaitu: (a) Teknisi, (b) Perpanjangan Izin Prinsip Penyelenggaraan dan (c) Perpanjangan Izin Stasiun Radio.
- Bersyukur untuk pembuatan transkrip dari beberapa rekaman.
- Doakan untuk rencana rekaman bersama Pdt. Dr.Paul Gunadi sebagai narasumber, sebelum tahun 2023 berakhir.
- Doakan agar perlindungan Tuhan selama masa kampanye menjelang Pemilu 2024 dapat kita nikmati dan situasi aman terkendali.
- Bersyukur Tuhan menyertai dan berkenan memakai Pusat Konseling Telaga Kehidupan melayani jiwa-jiwa, melalui sesi-sesi konseling, juga sesi-sesi ‘parenting’ dan sesi-sesi pengajaran lainnya di gereja dan sekolah. Doakan agar jiwa-jiwa yang dilayani terus Tuhan sertai dan bertumbuh di dalam pengenalan akan Tuhan, juga mengalami pemulihan. Doakan pula agar Tuhan memberi hikmat bagi setiap kami untuk dapat melayani seturut kehendak-Nya.
- Bersyukur untuk setiap doa yang dipanjatkan dan dukungan yang diberikan kepada Pusat Konseling Telaga Kehidupan. Setiap doa sangat berarti bagi segenap tim, konselor serta bagi jiwa-jiwa yang kami layani. Kiranya Tuhan senantiasa memberkati Bapak/Ibu dan Saudara semua.
- Doakan agar Tuhan memberi hikmat serta membukakan kesempatan untuk kami memunyai tempat untuk konseling tatap muka secara tetap.
- Doakan agar segenap tim Telaga Kehidupan dapat melakukan evaluasi dan diberi hikmat untuk menyusun rancangan tahun depan 2024. Kiranya Tuhan pertajam visi dan kepekaan akan hati Tuhan, sehingga segenap tim dan juga para konselor dapat mengikuti kehendak-Nya.
- Doakan untuk rencana kerjasama antara Telaga Kehidupan dengan Atedia Senior Living (rumah untuk para lansia yang bertempat di Surabaya) dan akan mulai berjalan di bulan Januari 2024 yang akan datang, agar kehendak Tuhan yang jadi.
- Bersyukur untuk kerjasama Telaga Pengharapan dengan Pusat Konseling Setitik Cahaya yang telah mengadakan IG Live pada tanggal 17 November 2023 pk.19.00 WIB dengan tema "Heal from Trauma". Tuhan memakai acara ini menjadi berkat untuk banyak orang.
- Bersyukur atas undangan pelayanan dari SMPK Aletheia Jember dalam acara seminar "Menanggulangi Kekerasan Seksual di Sekitar Kita" pada tanggal 27 November 2023. Tuhan memberkati pelayanan Ev. Sri Wahyuni dan memakai acara ini menjadi berkat.
- Bersyukur untuk undangan pelayanan dari SD Dian Harapan Jember pada tanggal 12 Desember 2023 dengan topik "Jiwaku Sehat, Tubuhku Kuat". Tuhan Yesus memberkati pelayanan Ev. Sri Wahyuni melalui acara ini.
- Bersyukur atas undangan pelayanan dari GKT Bethlehem, Lawang dalam ibadah Natal Komisi Wanita pada tanggal 13 Desember 2023 dengan tema "Damai di Bumi, Damai di Hati", kiranya Tuhan memberkati pelayanan Ev. Sri Wahyuni.
- Bina Iman Anak Tunas Kehidupan akan mengadakan perayaan Natal pada tanggal 9 Desember 2023 dengan tema "Born in My Heart", Tuhan menolong persiapan guru-guru dan anak-anak yang merayakannya.
- Berdoa agar Tuhan memberi hikmat pada Ev. Yudi Handoko yang sedang menyusun kurikulum pembinaan remaja dan tim guru Tunas Kehidupan yang menyusun kurikulum pembinaan anak untuk semester depan.
- Doakan agar Tuhan memberi hikmat kepada tim Telaga Pengharapan untuk penyusunan program kerja tahun 2024.
- 1338 kali dibaca