Jika Saya Menikah Nanti

Versi printer-friendly
Mei

Berita Telaga Edisi No. 57 /Tahun V/ Mei 2009


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagaindo.net.id Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account : BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon


JIKA SAYA MENIKAH NANTI

dengan:

  1. Orang yang dapat saya hormati (respectable), yaitu orang yang memiliki karakteristik yang kita kagumi. Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang dapat dihormati.

  2. Orang yang dapat saya percaya (trustworthy), artinya orang ini jujur, terbuka. Prinsipnya adalah jangan menikah atau memilih orang yang tidak bisa kita percaya. Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang bisa dipercaya.

  3. Orang yang dapat saya kasihi (lovable). Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang dapat dikasihi.

  4. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan (flexible). Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang dapat menyesuaikan diri.

  5. Orang yang telah siap mengakhiri hidup lajang. Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang siap mengakhiri hidup lajang (siap menjadi suami atau istri, seseorang yang dimiliki seseorang).

  6. Orang yang telah siap berkeluarga. Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang siap berkeluarga (siap menjadi ayah/ibu yang membagi hidup).

Kriteria Pasangan Hidup digolongkan dalam beberapa faktor, yaitu:

  1. Faktor IBADAH
  • Apakah ia seiman?
  • Apakah ia memiliki kematangan rohani yang setara? Dan yang perlu kita pertimbangkan dalam kematangan rohani ini adalah: - Berapa pentingnya Tuhan dalam kehidupannya? - Berapa berminatnya ia pada hal-hal rohani? - Berapa relanya ia berkorban bagi Tuhan dan pekerjaan-Nya?
  • Faktor CINTA
    • Apakah ia mencintai saya atau membutuhkan saya? Karena kalau mencintai itu untuk kepentingan kita, tetapi kalau membutuhkan hanya untuk kepentingannya.
    • Apakah ia mengutamakan kepen-tingan saya di atas kepentingan orang lain? Sebab cinta diukur dari perbandingan, kalau dia berkata dia mencintai kita, apakah kita itu menjadi urutan paling penting dalam hidupnya, yang sudah tentu di bawah Tuhan
  • Faktor RESPEK
    • Apakah ia menghargai saya atau memanfaatkan/memakai saya?
    • Apakah ia memertanyakan pertimbangan? Misalkan waktu saya mengemukakan pendapat dan sebagainya apakah dia memertimbangkan ataukah dia justru memertanyakan, terus-menerus meragukan pertimbang-an kita.
    • Apakah ia dapat menerima saya? - diri saya - keluarga saya - teman pergaulan saya - masa lalu saya - masa depan saya
    • Seberapa jauhkah ia berani mengabaikan pikiran, pendapat, perasaan saya?
    • Apakah ia mengagumi saya?
  • Faktor PERCAYA
    • Apakah ia dapat memercayai saya: - dalam kesendirian tanpa kehadirannya - dalam pengambilan keputusan - dalam hubungan dengan lawan jenis
    • Apakah ia dapat memercayakan rahasia dan kelemahan hidupnya kepada saya?
  • Faktor KEINTIMAN
    • Apakah ia tertarik kepada saya dan ingin berdekatan dengan saya? Jangan sampai kita merasa dia tidak tertarik, tidak suka dekat-dekat dengan saya.
    • Apakah ia dan saya dapat saling mendengarkan dan membagikan hidup? Karena ini merupakan keintiman emosional.
    • Apakah ia dapat berkomunikasi dengan saya tanpa harus frustrasi? Kalau komunikasi tidak bisa berjalan dengan baik sudah tentu tidak akan ada keintiman.
    • Apakah ia dapat mengambil keputusan dengan saya? Artinya Kalau ada persoalan, kita harus mengambil keputusan bersama.
    • Apakah ia dapat menyentuh perasaan saya?

    Ketika kita mulai mencari persamaan untuk menemukan kriteria ini, kita harus tetap menantikan pim-pinan Tuhan. Itu bisa kita lihat saat ucapan Tuhan ketika Dia menciptakan istri bagi Adam, "...tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia," artinya Tuhan terlibat, oleh karena itu jangan takut melibatkan Tuhan untuk kebaikan.

    Oleh: Pdt. Dr. Paul Gunadi


    DOAKANLAH

    1. Bersyukur untuk persembahan dari Ibu Elisabeth Sriwulan di Jakarta sebesar Rp. 1.000.000,- dan dari NN di Malang sebesar Rp. 2.000.000,-.

    2. Bersyukur untuk Radio Suara Gratia FM di Cirebon yang telah berulang-tahun ke-5 pada bulan Mei 2009 ini.

    3. Doakan untuk Radio Pemulihan Kasih FM. di Bajawa - Flores, masalah perijinan masih dihambat oleh oknum dari Pemda setempat. Doakan juga untuk Radio Mensana FM di Batu yang mengalami kerusakan alat pada pemancar sehingga beberapa minggu tidak mengudara, kini mengudara hanya dari jam 06.00 sampai jam 12.00.

    4. Doakan untuk kerjasama dengan Radio Debora AM di Bandung yang masih dalam tahap penelitian program oleh beberapa tim penasehat radio tersebut.

    5. Doakan untuk Metanoia Publishing dalam proses pencetakan buku yang berisi beberapa artikel Telaga dalam bulan Juni 2009.

    6. Doakan untuk Bp. Paul Gunadi, Bp. Heman Elia dan Sdri. Lortha dalam pengerjaan artikel yang akan diterbitkan oleh Literatur SAAT.

    7. Doakan untuk kerusakan printer, agar dalam waktu dekat bisa segera teratasi.

    8. Bersyukur pencatatan transkrip dari 24 judul baru telah selesai, sehingga dalam bulan depan bisa dinikmati oleh penggemar situs Telaga.

    9. Doakan untuk penyelesaian CD SABDA 3.0 "Final" oleh YLSA yang telah ditanyakan oleh beberapa orang.

    10. Doakan untuk masa kampanye yang akan berlangsung dari tgl. 2 Juni s.d. 4 Juli 2009, agar keamanan dapat tetap teratasi.

    11. Doakan untuk pernikahan Sdri. Susanti Indra Wijaya (putri Bp./Ibu S.K. Widjaja, SH.) dengan Sdr. Phinehas Ekadiwira pada tgl. 6 Juni 2009 di Malang.


    TELAGA MENJAWAB

    Tanya:

    Saya ingin bertanya Pak, hari ini saya marah kepada istri saya, karena saya mengajak Ibu saya ke rumah menginap selama 5 hari. Selama ini saya mengerti bahwa sepasang suami istri harus sama-sama berubah. Bagaimana jika salah satu tidak mau berubah? Apa yang harus saya lakukan? Karena tidak mungkin saya menyuruh Ibu saya pulang untuk membuat istri saya senang. Bagaimana ini, Pak?

    Oya pak, sebagai tambahan,,, istri saya tidak bisa menerima kehadiran Ibu saya terlalu lama, karena dia tidak bisa memasak dan selalu bangun siang (pk.07.00). Saya sudah berusaha menasehati agar dia mau belajar memasak dan bangun pagi, tetapi dia tidak mau dengan alasan bekerja. Sekarang dia menolak Ibu saya dengan alasan tidak bisa memasak. Apa yang harus saya lakukan berikutnya?

    Jawab:

    Memang hubungan antara Ibu mertua dengan menantu perempuan biasanya digambarkan kurang harmonis, menegangkan dan kadang-kadang mencekam. Dan ini bisa menjadi pemicu timbulnya konflik antara suami istri. Di mata sang menantu perempuan, ibu mertua itu digambarkan dengan sangat negatif, yaitu "Jahat", "Cerewet", "Sok mau ngatur", "Bawel", "Judes" dan lain-lain. Demikian juga sebaliknya, di mata ibu mertua menantu perempuan sering digambarkan sebagai menantu yang "Bodoh", "Malas", "Tidak mau masak", "Tidak tahu melayani suami", "Mau enak sendiri", "Tidak tahu berterima kasih", "Manja" dan lain-lain.

    Tetapi tidak selalu demikian. Banyak juga ibu mertua yang memunyai hubungan harmonis dengan menantu perempuan. Mereka bisa hidup rukun dan bahkan tinggal serumah dengan penuh kasih sayang. Untuk menyelesaikan masalah yang bapak hadapi, tidak bisa hanya menuntut siapa yang harus berubah, tetapi perlu memahami aspek lain yang mungkin menjadi penyebab dari ketegangan ini. Beberapa hal berikut dapat menjadi pertimbangan untuk menyelesaikan masalah yang bapak hadapi. Pertama-tama, sebagai suami, bapak perlu menyadari bahwa yang bapak hadapi ini keduanya adalah perempuan, berbeda dengan laki-laki. John Gray dalam bukunya yang berjudul "Men Are From Mars, Women Are From Venus" menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan memunyai perbedaan yang mendasar. Konflik umumnya terjadi antara ibu mertua dengan menantu perempuan, karena mereka memiliki kepekaan perasaan yang sama.

    Yang kedua, bapak perlu belajar menempatkan diri pada posisi mereka. Cobalah untuk melihat dari sudut pandang mereka dan merasakan apa yang mereka rasakan. Coba pikirkan kalau bapak berada di posisi sebagai ibu mertua. Sudah lebih dari dua puluh lima tahun ia merawat putranya, yaitu bapak sendiri. Ialah yang telah melahirkan, membesarkan dan menyekolahkan. Masih segar dalam ingatan tentang masa kecil putranya itu : ketika ia dalam kesakitan dan kelegaan setelah bersalin, ia tersenyum melihat putranya yang kecil mungil itu, ketika mengantar putranya hari pertama masuk TK, kecemasannya ketika putranya demam tinggi berhari-hari, ia juga ingat betapa hangatnya perasaan mendekap, membelai dan menciumi putranya. Tetapi sekarang, keadaannya sudah berubah. Putranya sudah menjadi suami seseorang. Di satu sisi ia bersyukur bahwa putranya telah memunyai istri, tetapi di sisi lain ada perasaan cemburu. Ada perasaan tidak rela kalau putranya itu tidak diurus dengan baik oleh istrinya. Bertahun-tahun sang ibu tidak pernah mengabaikan putranya tercinta itu. Walau pun letih dan bahkan dalam keadaan sakit, sang ibu selalu bangun pagi untuk memasak makanan kesukaan putranya. Sang ibu berharap, istri bapak harus bisa menjadi penggantinya.

    Selanjutnya, coba pikirkan kalau bapak berada di pihak istri. Ia merasa canggung tiap kali berhadapan dengan ibu mertua-nya. Ia merasa seolah-olah segala pekerjaannya di-periksa dan dinilai oleh ibu mertuanya. Ia merasa kurang percaya diri karena merasa tidak sepandai ibu mertuanya dalam mengerjakan segala sesuatu. Ia malu karena masakannya tidak seenak masakan ibu mertuanya. Sementara itu ia harus bekerja untuk menambah kebutuhan rumah tangga. Ia juga takut kalau suaminya nanti lebih memberi perhatian kepada sang ibu ketimbang pada dirinya.

    Maka sikap toleransi adalah sikap yang penting untuk terjadinya perubahan. Toleransi artinya membiarkan atau tidak memaksakan kehendak kita ketika orang lain belum dapat melaksanakan tugas-tugasnya. Sikap toleransi menghindarkan kita dari tindakan menekan dan mengancam. Sebagai suami yang toleransi, tidak memaksakan istrinya untuk bisa memasak seenak ibunya. Demikian juga seorang istri, ia tidak akan memaksakan ibu mertuanya untuk mengerti kebiasaan bangun siang yang dibawa dari keluarganya. Ia akan segera berubah demi kebahagiaan keluarganya.

    Demikian pertimbangan-pertimbangan yang dapat kami sampaikan, kiranya menjadi berkat bagi bapak sekeluarga. Tuhan memberkati !


    10 KWALITAS PRIBADI YANG DISUKAI

    1. Ketulusan.... Selalu mengatakan kebenaran, tidak memutarbalikkan fakta. Prinsipnya "Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak".

    2. Kerendahan Hati.... Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.

    3. Kesetiaan.... Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

    4. 'Positive Thinking'.... Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain

    5. Keceriaan.... Bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan.

    6. Bertanggung jawab.... Melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh.

    7. Percaya Diri.... Menghargai dirinya dan menghargai orang lain

    8. Kebesaran Jiwa.... Kemampuan seseorang memaafkan orang lain

    9. 'Easy Going'.... Hidup ini dianggap ringan. Dia tidak mau pusing dan stres dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

    10. Empati... Bukan saja pendengar yang baik, tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain

    dikutip dari Kartu Pintar prod. Visi Victory Bandung