Pergumulan Melewati Tragedi

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T468B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Tidak ada jalan pintas melewati tragedi. Jalan itu panjang dan berbatu sehingga kita akan terluka ketika melewatinya. Namun dalam setiap langkah yang kita tempuh, Tuhan berjanji akan selalu menyertai kita sampai kita keluar dengan selamat. Berikut akan dipaparkan beberapa pergumulan yang musti kita lalui tatkala melewati tragedi.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Sesiap-siapnya kita menghadapi tragedi, sewaktu tragedi datang, kita tetap tidak siap. Kita akan tetap terhempas dan harus bergumul untuk menghadapinya. Tidak ada jalan pintas untuk melewati tragedi. Jalan itu panjang dan berbatu, dan kita yang melewatinya akan terluka dan tersayat-sayat. Namun di setiap jengkal yang kita lalui, Tuhan akan menyertai kita. Ia akan menuntun sampai kita keluar dengan selamat. Berikut dipaparkan pergumulan yang mesti dilalui tatkala melewati tragedi.

  1. Tidak adanya penjelasan mengapa tragedi ini mesti terjadi. Tidak bisa tidak, kita ingin tahu mengapakah tragedi menimpa kita. Sesungguhnya keingintahuan kita bersumber dari reaksi PROTES kita terhadapTuhan, yang kita anggap bertanggungjawab terhadap terjadinya tragedi ini. Kita protes sebab kita merasa tidak seharusnya kita mengalami tragedi ini. Kita berkata, kita telah hidup baik dan berusaha menyenangkanTuhan. Jadi, tidak semestinya Tuhan membiarkan tragedi ini menimpa kita. Kenyataan bahwa tragedi tetap terjadi—walau kita telah hidup benar di hadapanTuhan—membuat kita BINGUNG DAN TIDAK MENGERTI TUHAN. Seolah-olah kita tidak lagi mengenal Allah yang tadinya kita kenal dengan baik. Sebelum tragedi kita mengenal-Nya sebagai Allah yang baik danmengasihi kita anak-anak-Nya. Sebelum tragedi kita mengenal Allah sebagai Allah yang melindungi kita dari bahaya dan memberi hanya yang terbaik kepada anak-anak-Nya. Sekarang kita bingung dan tidak mengerti siapakah Allah yang sebenarnya. Mengapakah Ia membiarkan hal yang begitu buruk menimpa kita ?
  2. Tidak adanya kepastian berapa lamakah tragedi ini akan berlangsung. Ada tragedi yang berlangsung cepat dan ada tragedi yang berlangsung lama. Namun, efek atau akibat dari semua tragedi berlangsung lama. Nah, di dalam pergumulan menghadapi tragedi dan akibatnya, biasanya kita bertanya, "Kapankah kita akan dapat keluar dari penderitaan ini?" Di dalam penantian itulah kadang kita HILANG HARAPAN DAN IMAN. Kita berdoa dan berdoa memohon campur tanganTuhan tetapi pertolongan tidak kunjung datang. Istri yang sakit tetap sakit; suami yang lumpuh, tetap lumpuh; ayah yang kehilangan pekerjaan, tetap tidak bekerja; ibu yang harus bekerja banting tulang, tetap bekerja banting tulang. Kita menjadi tidak sabar dan di dalam ketidaksabaran kita mulai bimbang dan ragu. ApakahTuhan peduli dan memerhatikan saya? ApakahTuhan sanggup dan mau menolong saya? Dan, jika mau, sampai kapankah saya harus menunggu ?
  3. Tidak adanya jawaban dari Tuhan. Kita berdoa dan mengharapkan pertolongan, tetapi tidak mendapatkan. Akhirnya, kita berdoa dan mengharapkan jawaban—apa pun—tetapi tidak mendapatkan. C. S. Lewis, seorang penulis, melukiskan perasaannya sewaktu ia berdoa dan berdoa setelah kematian istrinya, seperti mengetuk-ngetuk pintu, tetapi kemudian terdengar suara gembok dikunci dari dalam—bukan sekali, malah dua kali—dan setelah itu, sunyi senyap. Pada saat seperti ini reaksi kita pada umumnya adalah KECEWA DAN SEDIH. Kita merasa sendirian dan ditinggalkanTuhan.

Di dalam Yohanes 8:12, Tuhan Yesus berfirman, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." Setidaknya ada dua makna yang terkandung dalam perkataan Tuhan Yesus ini. PERTAMA, oleh karena Ia adalahTerang, maka kita akan melihat dan mengenal-Nya. Di dalam hidup kita akan mengalami banyak hal—menyenangkan dan tidak menyenangkan. Tuhan dapat memakai semua pengalaman itu sebagai kesempatan untuk mengenal-Nya secara lebih mendalam.

Sebelum anak saya meninggalkan Tuhan, saya sudah tahu bahwa Allah mengasihi kita. Tetapi setelah anak saya meninggalkan Tuhan, barulah saya mengerti bahwa Allah sungguh mengasihi kita. Saya menemukan bahwa saya tidak dapat marah dan membenci anak saya walaupun ia telah meninggalkan Tuhan dan tidak hidup berkenan di hadapan Tuhan. Saya menemukan bahwa saya hanya dapat kembali mengasihi dia. Lewat pengalaman itu barulah saya mengerti mengapa Tuhan tidak bisa membenci kita anak-anak-Nya. Ia hanya bisa mengasihi dan mengasihi kita. Pelbagai pengalaman yang Tuhan izinkan terjadi memberi kesempatan kepada kita untuk mengenal Yesus, Terang Dunia, secara lebih pribadi dan mendalam.

Makna KEDUA adalah lewat Yesus, Terang Dunia, kita tidak lagi meraba-raba dalam kegelapan sebab sekarang kita dapat melihat hidup secara jelas dan tepat. Kita tidak memunyai jawaban mengapa tragedi terjadi tetapi kita dapat mengerti tempat dan peran tragedi dalam rencana Allah. Di dalam Kitab Rut dikisahkan kehidupan Naomi, seorang ibu dengan suami dan kedua putranya. Mereka terpaksa mengungsi dari Betlehem ke tanah Moab karena bala kelaparan. Di Moab, suami Naomi meninggal dunia. Kemudian kedua putranya menikah dengan dua wanita Moab. Untuk sejenak kehidupan Naomi membaik, tetapi sayang, situasi baik tidak berlangsung lama. Satu per satu putra Naomi meninggal dunia. Akhirnya Naomi kembali ke Betlehem bersama menantunya, Rut. Sewaktu orang menyapanya, Naomi, ia berkata, "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkan aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosongTuhan memulangkan aku." (Rut 1:20-21) Nama Naomi berarti, menyenangkan, sedang Mara bermakna, pahit. Itu sebab Naomi minta dipanggil Mara.

Naomi sedih karena ia kehilangan semuanya tetapi tragedi ini berada dalam rencana Allah. Akhirnya Rut menikah dengan Boas dan mereka memunyai anak, Obed. Obed menjadi ayah Isai dan Isai menjadi ayah Daud dan Daud menjadi nenek moyang Yesus Juruselamat dunia. Lewat Rut, Allah memperlihatkan kasih-Nya kepada semua bangsa bukan saja Israel dan bahwa rencana keselamatan-Nya adalah untuk semua bangsa di bumi. Dan, lewat Naomi, Allah menunjukkan bahwa Ia sanggup mengubah yang pahit menjadi yang manis. Di akhir hidupnya Naomi memomong anak Rut, Obed, sebagai anaknya sendiri. Naomi tidak tahu bahwa anak yang digendongnya akan menjadi kakek dari Raja Daud.