Merajut Hidup

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T504A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup bagaikan tengah merajut benang-benang. Satu langkah salah berpotensi membelokkan atau mengubah arah dan kualitas kehidupan kita. Syukur kepada Allah, DIA senang memberikan kesempatan kedua kepada kita.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Saya bukanlah perajut tetapi saya tahu dua hal tentang merajut. Pertama, kita merajut satu benang demi satu benang. Kedua, setiap kesalahan yang kita perbuat akan mengubah gambar atau hasil rajutan. Selain baju, kita pun merajut kehidupan, bukan dengan benang melainkan dengan keputusan—satu keputusan demi satu keputusan. Sama seperti merajut dengan benang, satu keputusan salah berpotensi membengkokkan atau mengubah arah dan kualitas kehidupan. Itu sebab kita perlu belajar memutuskan dengan bijak agar kita tidak membelokkan kehidupan kita ke arah yang salah. Berikut akan dipaparkan beberapa masukan.

  1. Sadarilah bahwa kita tidak dapat memastikan bahwa keputusan yang kita ambil akan berakhir baik; kita hanya bisa memastikan PROSES pengambilan keputusan yang baik. Sebagai contoh, kita tidak dapat memastikan pernikahan kita akan selalu harmonis dan pasangan kita akan tetap baik. Ada begitu banyak hal yang dapat terjadi yang berpotensi mengubah seseorang—dari baik menjadi tidak baik, dari setia menjadi tidak setia. Kita hanya bisa memastikan bahwa kita telah menjalani proses pengambilan keputusan yang baik. Misalnya, kita memilih pasangan yang seiman dan takut akanTuhan; kita tidak tergesa-gesa menikah ; kita berusaha mengenalnya sebaik mungkin, bahkan kita pun berupaya mengenal keluarga dan teman-teman-nya serta kita tidak membutakan mata terhadap perbedaan di antara kita dan berupaya untuk melaraskannya. Jadi, berusahalah terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang baik, yaitu:

    1. Berdoa meminta pimpinan Tuhan dalam proses pengambilan keputusan dan memohon kehendak-Nya. Di dalam setiap pengambilan keputusan, kita harus selalu menyeimbangkan ketegangan antara mewujudkan keinginan dan melepaskan keinginan. Memohon kehendak Tuhan berarti rela melepaskan keinginan.

    2. Ketahui dengan jelas apa itu yang harus diputuskan. Kadang kita perlu duduk dan mengkaji ulang, apakah sesungguhnya yang kita ingin capai lewat keputusan ini.

    3. Jangan tergesa-gesa. Kebanyakan keputusan yang salah berawal dari ketergesa-gesaan. Jadi, bersabarlah; sebaik apa pun pilihannya, sedapatnya berilah waktu. Ingat, lebih baik kita kehilangan kesempatan karena terlalu berhati-hati ketimbang sebaliknya, terburu-buru menangkap kesempatan yang kemudian terbukti keliru.

    4. Pelajari semua pilihan dan konsekuensinya. Kadang karena kita sudah telanjur suka dengan pilihan tertentu, kita sengaja tidak mau memertimbangkan pilihan lain. Singkat kata, kita hanya mencari dan mengikutsertakan pilihan yang hanya akan mendukung apa yang kita kehendaki.

    5. Jangan ragu untuk meminta pendapat. Memang proses permintaan pendapat dapat memperpanjang dan merumitkan proses pengambilan keputusan namun secara umum, adalah jauh lebih baik dan sehat bila kita meminta pendapat. Mungkin ada hal yang tidak kita lihat sebelumnya dan baru terlihat tatkala orang menunjukkannya kepada kita.

    6. Pastikan ego kita tidak turut terlibat di dalamnya. Begitu ego terlibat, rusaklah proses pengambilan keputusan yang sehat sebab pada akhirnya keputusan apa pun yang kita ambil, semua adalah untuk memberi makan ego kita yang lapar.

  • Yang mesti kita perhatikan dalam merajut kehidupan adalah menyadari bahwa sesungguhnya hidup merupakan sebuah rentetan keputusan, di mana sering kali satu keputusan salah diikuti oleh beberapa keputusan salah. Idealnya begitu kita menyadari bahwa kita telah mengambil keputusan yang salah, kita segera mengubahnya. Bukannya mengubah keputusan yang salah, kita malah mencari jalan untuk memertahankan keputusan yang salah itu, seakan-akan itu adalah keputusan yang benar. Alasannya jelas: Kita tidak bersedia mengakui bahwa kita telah mengambil keputusan yang salah! Alhasil kita terus memertahankan keputusan yang salah itu dan terus memperburuk kesalahan dengan membuat keputusan-keputusan lain yang makin menjauhkan kita dari yang benar. Itu sebab, kendati sulit, kita harus bersedia mengakui kesalahan dan mengambil langkah untuk mengoreksinya, daripada mempertahankannya mati-matian.

  • Yang harus kita perhatikan dalam merajut hidup adalah sadarilah bahwa ada keputusan yang dapat diperbaiki namun ada pula yang tidak. Sebagian keputusan—dan konsekuensinya—tidak dapat diubah. Singkat kata ada keputusan yang akan menimbulkan akibat yang permanen; mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus hidup bersama keputusan itu.

    Di dalam Alkitab dicatat sebuah cerita tentang seseorang bernama Petrus yang pernah mengambil keputusan yang salah. Ia adalah salah seorang murid Yesus, Juruselamat dunia. Lebih dari sekadar murid, ia adalah murid yang sangat dekat dengan Yesus dan menjadi seorang murid yang sangat dipercaya. Sebelum Yesus disalib, Ia sudah memberitahukan para murid-Nya tetapi mereka tidak memerhatikan perkataaan-Nya. Ia bahkan mengingatkan Petrus bahwa sebelum ayam berkokok dua kali malam itu, Petrus akan menyangkal mengenal-Nya tiga kali. Semua terjadi seperti yang Yesus Tuhan Kita katakan; Petrus melakukan kesalahan yang sangat besar. Namun, itu tidak berarti akhir hidup dan pelayanannya. Bukan saja Tuhan Kita Yesus tetap memercayainya, Ia bahkan memberi kepercayaan yang lebih besar. Sebelum Yesus meninggalkan para murid dan naik ke surga, Ia meminta Petrus," "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15-17) Hanya satu yang ditanyakan dan dituntut Tuhan kepada Petrus untuk mendapatkan kepercayaan sebesar itu, "Apakah engkau mengasihi Aku?" (Yohanes 21:17) Ya, hanya itu. Kadang kita tidak dapat mengubah keputusan yang kita buat dan harus hidup menanggung akibatnya seumur hidup. Namun itu bukan akhir dari hidup; Tuhan belum selesai dengan kita. Hanya satu yang ingin didengar-Nya dari mulut kita—bahwa kita mengasihi-Nya. Jika itu didengar-Nya, Ia akan menolong kita menanggung akibatnya dan Ia akan kembali memberi kepercayaan kepada kita untuk melakukan pekerjaan-Nya.