Kepribadian Dominan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T305A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Pada umumnya tatkala mendengar kata, “dominan,” kita membayangkan sebuah gambar manusia yang berbuat seenaknya tanpa memerhatikan perasaan dan kepentingan sesama. Sebetulnya kata dominan tidak harus berkonotasi seburuk itu. Apakah Anda termasuk orang dalam kategori dominan? Jika ya, di sini akan dijelaskan mengenai kelemahan dan kelebihannya sehingga Anda bisa menempatkan diri dengan benar.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pada umumnya tatkala mendengar kata "dominan," kita membayangkan sebuah gambar manusia yang berbuat seenaknya tanpa memerhatikan perasaan dan kepentingan sesama. Sebetulnya kata dominan tidak harus berkonotasi seburuk itu. Dominan, dengan kata lain, tidak mesti berwujud dalam dominasi. Berikut akan diuraikan lebih lanjut tentang kepribadian dominan-baik dari sisi kekuatan maupun kelemahannya.

  • Kekuatan 1. Ciri utama kepribadian yang dominan adalah adanya sebuah kepribadian yang kuat. Di dalam kepribadian yang kuat terdapat pendirian yang teguh dan kemampuan berpikir yang waras. Dengan kata lain, orang dengan kepribadian yang dominan tidak mengubah pendirian hanya karena tekanan dari luar. Ia mendasari pertimbangannya atas dialog nalar dalam dirinya dan tidak bergantung pada pendapat orang.
  • Kelemahan. Oleh karena ia berpendirian teguh dan bergantung penuh pada pertimbangan sendiri, ada kecenderungan ia tidak mudah mendengarkan masukan orang.
  • Kunci hidup bersamanya. Itu sebabnya tidak bisa tidak, bila kita hidup bersamanya kita sering merasa frustrasi sebab berkomunikasi dengannya kadang sama dengan berhadapan dengan tembok. Jalan keluar satu-satunya adalah, kita harus berkomunikasi dengannya sejelas dan selogis mungkin. Kita harus pandai-pandai mengemukakan alasan atau argumentasi kita supaya ia dapat memertimbangkannya dengan obyektif.
  • Kekuatan 2. Ciri berikut dari kepribadian yang dominan adalah adanya kemauan yang kuat. Kemauan inilah yang mendorongnya untuk terus maju mencapai sasaran kendati jalan harus mendaki. Itu sebabnya, tidak jarang, orang dengan kepribadian kuat ini cenderung menikmati keberhasilan dalam pekerjaannya.
  • Kelemahan. Keberhasilan biasanya melahirkan keyakinan diri. Dengan bertambahnya keyakinan diri, bertambah kuat pulalah keinginan untuk mencapai sasaran. Inilah kekuatan sekaligus kelemahan pribadi yang dominan. Kemauannya yang kuat menjadikannya sulit untuk mundur dari keinginannya sendiri-yang belum tentu selalu baik dan benar.
  • Hidup bersamanya. Salah satu hal yang menakutkan hidup bersamanya adalah sewaktu kita harus mendengar keinginannya. Kita merasa takut sebab kita tahu, sekali mau, sukar baginya untuk menerima penolakan. Jika itulah yang terjadi, kita mesti melakukan dua hal. Pertama, kita tidak memberinya reaksi tidak setuju seketika itu juga. Sebaliknya, ajukanlah pertanyaan untuk menimba informasi sebanyak-banyak tentang apa yang diinginkannya itu. Pertanyaan haruslah berwujud keingin-tahuan, bukan upaya untuk memerlihatkan kesalahan atau kekurangannya. Kedua, setelah itu mintalah waktu kepadanya untuk memertimbangkan keinginannya itu. Di saat yang tenang, dengan lembut ajukanlah keberatan kita. Setelah itu ajaklah dia untuk kembali mendoakan rencananya sekali lagi sebelum mengambil keputusan. Apabila setelah melakukan semua itu ia tetap pada rencana semula, kita dapat membiarkannya jika hal itu tidak berdampak luas pada kehidupan keluarga. Jika akan berdampak luas, dengan teguh berdirilah dengan tegas menyatakan ketidaksetujuan kita.
Kesimpulan :

Kepribadian dominan umumnya melahirkan kepemimpinan yang kuat. Bak lokomotif, ia dapat menghela gerbong kereta di belakangnya untuk mengikuti jejaknya. Di belakangnya orang merasa aman karena mengetahui dengan jelas arah yang ditempuh. Sebaliknya, ia pun dapat menarik gerbong kereta masuk ke dalam jurang. Itu sebabnya sebagai pendampingnya, kita mesti berfungsi sebagai penolong baginya. Selama ia percaya akan niat baik kita, ia akan bersedia mendengarkan kita.

Namun terlepas dari bagaimana berkomunikasi dengannya secara efektif, kita harus memerlihatkan kehidupan yang berintegritas agar ia respek kepada kita. Firman Tuhan di Mazmur 18:24-25 mengingatkan, "Aku berlaku tidak bercela di hadapan-Nya dan menjaga diri terhadap kesalahan. Karena itu Tuhan membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan mata-Nya." Hidup benar dan berhikmat adalah kunci untuk hidup bersama orang yang dominan.