Anak Lari dari Kenyataan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T209B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Ada anak yang tidak mau belajar dan malah membenamkan diri dalam kegiatan lain yang lebih bersifat kesenangan. Ia tidak memiliki semangat belajar dan tidak peduli dengan sanksi yang diterimanya baik dari orangtua atau sekolah. Apakah yang terjadi pada anak ini? Pada dasarnya anak ini lari dari kenyataan. Disini akan dipaparkan apa yang menjadi alasan dan bagaimana cara mencegahnya.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

T 209 B "Anak Lari dari Kenyataan" oleh Pdt. Paul Gunadi

Ada anak yang tidak mau belajar dan malah membenamkan diri dalam kegiatan lain yang lebih bersifat kesenangan seperti main video games atau skateboard. Ia tidak memiliki semangat belajar dan tidak peduli dengan sanksi yang diterimanya baik dari orangtua atau sekolah. Apakah yang terjadi pada anak ini? Pada dasarnya anak ini lari dari kenyataan. Berikut ini akan dipaparkan alasan dan pencegahannya.

  1. Di sini "kenyataan" yang tak dapat dihadapi anak adalah tuntutan pelajaran di sekolah. Ia tak sanggup lagi mengikuti proses belajar sehingga hari lepas hari ia hanya hadir di sekolah secara fisik namun tidak hadir secara mental. Sekolah menjadi sumber stres yang berat karena ia harus hadir setiap hari selama berjam-jam.
  2. Berbeda dari orang dewasa yang dapat menghadapi kenyataan buruk dengan pelbagai cara seperti berbagi atau berolah raga, anak biasanya tidak memahami cara untuk menghadapi stres. Responsnya biasanya adalah lari dan membenamkan dirinya di dalam aktivitas yang disenanginya.
  3. Untuk melupakan hari-hari yang tidak mengenakkan dan tidak memikirkan tanggung jawab yang menantinya, ia pun terus memfokuskan perhatiannya pada aktivitas sampingan itu.
  4. Selain berfungsi sebagai alat untuk melupakan stres, aktivitas sampingan kerap berfungsi sebagai penopang penghargaan dirinya yang tengah merosot. Dengan dia memahiri permainan tertentu, ia akan lebih percaya diri dan mendapatkan penerimaan dari teman.
  5. Pada akhirnya ia melupakan tanggung jawabnya untuk bersekolah; ia asyik memoles keterampilannya dan menolak melihat realitas.

Apa yang dapat kita lakukan bila hal ini terjadi pada anak kita?

q Sudah tentu langkah pertama adalah mencari tahu sumber masalahnya yakni apa itu yang membuatnya kehilangan motivasi untuk bersekolah.

q Kita tidak usah melecehkan aktivitasnya bahkan kalau perlu kita memujinya sebab memang pada akhirnya ia dapat menunjukkan kebolehannya dalam kegiatan tersebut. Namun kita pun perlu mengingatkannya untuk tidak melalaikan tanggung jawab sekolahnya. Jadi, katakan kepadanya bahwa kita tidak berkeberatan ia bermain games namun ia perlu menggunakan waktunya dengan lebih baik. Jadi, tetapkanlah waktu yang tertentu untuk dia bermain dan panggilah dia setelah waktu itu berlalu.

q Kita harus turun tangan menolongnya. Anak yang lari dari kenyataan adalah anak yang sedang ketakutan dan orang yang ketakutan memerlukan pendampingan. Jadi, komunikasikan pengertian kita akan ketakutannya dan janjikanlah bahwa kita akan terus mendampinginya. Ingatlah, obat untuk melawan ketakutan adalah penyertaan. Bantulah ia menyelesaikan pekerjaan rumah dan tolonglah ia belajar dengan lebih efektif agar ia kembali dapat memulihkan kepercayaan dirinya.

q Kita pun mesti mengupayakan agar anak mengetahui kebisaannya dan mengaitkan kebisaannya itu dengan masa depannya. Anak perlu melihat hubungan antara dirinya sekarang dan masa depannya; ini dapat menambah semangatnya belajar.

q Firman Tuhan berkata, "Sisihkanlah sanga dari perak maka keluarlah benda yang indah bagi pandai emas." (Amsal 25:4) Kadang kita terlalu tergesa-gesa menyimpulkan masalah dan menyalahkan anak tanpa memahami sesungguhnya apa yang tengah terjadi dalam hidupnya. Jika kita berhasil memisahkan dirinya dari problem yang dihadapinya maka kita akan dapat menolongnya keluar dari masalahnya dengan lebih mudah.