Ada berbagai motif dalam melayani, misalnya sesuatu untuk menyenangkan Tuhan, supaya bisa dilihat orang. Melayani tidak harus di gereja tapi bisa juga di berbagai tempat lain, misalnya di rumah, di sekolah, di tempat kita bekerja. Seharusnya melayani Tuhan menjadi prioritas yang utama. Ada pelayanan penuh waktu (full-time) dan ada pula pelayanan paruh waktu (part-time). Tingkah laku kita di gereja seharusnya sama ketika kita berada di luar gereja, jadi konsisten. Teladan dalam melayani adalah teladan yang diberikan oleh Tuhan Yesus sendiri, yaitu mengosongkan diri menjadi seperti seorang budak, menjadi seorang hamba (Filipi 2:6-7 [1]). Pelayanan juga berarti pengorbanan, bukan untuk diri sendiri tapi memberi. Yoh. 13:14-15 [2] Tuhan Yesus memberikan contoh bahwa melayani harus dengan merendahkan diri, "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepadakamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuah kepadamu".
Tuhan Yesus juga memberi teladan melayani dengan ketaatan dan kesetiaan, bukan sehari dua hari, sebulan dua bulan tapi selama-lamanya, bukan pada waktu hati merasa senang dan tidak melayani apabila sedang ada konflik, jadi tidak tergantung dari suasana hati. Tuhan Yesus pun ingin agar kita saling melayani. Sebagai manusia kita tidak bisa hidup sendiri tapi kita butuh sesama yang saling bisa menguatkan di dalam perjalanan di dunia ini, jadi ini adalah pelayanan antara satu dengan yang lainnya. Bagaimana dengan orang yang telanjur sakit hati dalam pelayanan? Kita perlu belajar saling mengampuni, meskipun harus diakui bahwa kita tidak bisa bekerjasama dengan semua orang terutama yang motif pelayanannya berbeda dengan kita. Apa yang kita miliki dari Tuhan (kepandaian, kesehatan, talenta) dan kita berikan kepada-Nya. Biarlah apa yang kita berikan menyenangkan Tuhan. Tuhan Yesus telah memberi teladan melayani dengan mengosongkan diri, merendahkan diri, taat dan setia sampai mati. Kini apa yang bisa kita lakukan sebagai bagian dari diri kita? Lakukan dengan senang hati, bukan berat hati, seperti yang dikatakan oleh rasul Petrus dalam I Petrus 5:2-3 [3], "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu". Apa yang ada pada diri kita. Sadarilah apa yang kita perbuat untuk menyenangkan Tuhan tidak sebanding dengan apa yang sudah Dia korbankan bagi kita.
Motif lain yang harus kita sadari, pelayanan kita bukan untuk keuntungan diri kita sendiri, bukan untuk ketenaran diri sendiri, juga bukan untuk keuntungan dalam hal keuangan, tapi berkorban dan menjadi teladan untuk orang-orang di sekitar kita. Teladan dalam berbagai hal, dalam kehidupan pribadi, di rumah, di masyarakat, di gereja, dalam tutur kata kita, kehidupan doa kita, dalam kita memerhatikan orang lain. Menyenangkan Tuhan berarti kemuliaan hanya untuk Dia, bukan untuk diri sendiri. Melayani dengan sungguh-sungguh seperti yang Tuhan kehendaki, pasti ada yang tidak senang yaitu si iblis, seperti yang dikatakan dalam I Petrus 5:8-9 [4], "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama", kita perlu bersandar pada-Nya, waspada dan siap siaga. Lawan dengan iman yang teguh. Musuh kita bukanlah orang-orang yang menjengkelkan atau yang membuat kita kecewa, tetapi iblis yang mau menjatuhkan kita. Biarlah Tuhan yang memimpin dan memilihkan untuk kita, sehingga pelayanan kita benar-benar menyenangkan Dia.
Ringkasan T 560 A [5]+B [6]
Oleh : Pdt. Dr. Vivian A.Soesilo
Simak judul-judul tentang "PELAYANAN GEREJA" lainnya di www.telaga.org [7]
Shalom Bapak/Ibu,
Setelah saya membaca tanya-jawab dengan judul "Dari Kejatuhan Menuju Kemenangan" (T148B), saya sangat bersyukur karena semua itu menambah pengertian yang benar akan Tuhan pada konteks pembahasan itu dan saya tertarik untuk membagikan beberapa hal sebagai berikut :
Banyak hal yang kita semua tidak mengerti tentang Tuhan karena terlalu mahakuasa-Nya Dia dan saya percaya setiap anak-anak Tuhan memunyai jalan/cerita hidup yang berbeda-beda tetapi tujuannya sama akan kembali kepada kasih Tuhan, pengenalan akan Bapa lebih lagi……
Terima kasih Bapak/Ibu, saya sangat mengharapkan jawabannya karena saya perlu nasihat-nasihat/bimbingan dari hamba-hamba Tuhan yang Tuhan percayakan untuk pelayanan seperti ini.
Salam : NONE JAWABAN :Saudari NONE yang baik, salam sejahtera,
Senang sekali menerima email Anda. Kami ingin menjawab apa yang menjadi pergumulan Anda didalam mencari kehendak Tuhan. Sudah semestinya bahwa kita sebagai anak-anak-Nya senantiasa mencari apa yang tepat sesuai dengan rencana-Nya. Seperti doa Tuhan Yesus, "Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga".
Salam dan doa kami,
Tim Pengasuh program TELAGA
Dalam perjalanan hidup kita, ada masa di mana kita merasa tidak dapat berjalan lagi. Kita akhirnya merasa masuk dalam sebuah kegelapan dan kebuntuan yang tak berakhir. Kita merasa terhilang di sebuah jalan yang tidak kita ketahui. Kita pun merasa tidak tahu langkah selanjutnya yang harus diambil dalam hidup ini.
Ketika merasa terhilang, berbagai perasaan pun muncul dalam sekejap dan tak terbendung, sehingga membuat kita merasa kewalahan dan frustrasi untuk segera mengatasinya. Bahkan satu perasaan kuat muncul di dalam diri kita yang mengatakan bahwa "I’m not good enough". Hal ini membuat perasaan tidak berarti dan menjadi orang gagal semakin kuat di dalam hati dan pikiran kita. Kita mungkin bisa semakin tidak menyukai diri kita sendiri. Di sisi lain, kita juga dapat merasa "numb", tidak memiliki energi dan tak berdaya. Ketika menjalani hidup ini, kita tidak memiliki semangat untuk melaluinya. Pada akhirnya kita bertanya dengan diri kita, "Apa yang terjadi dengan diri saya?", "Apa yang sebenarnya arti hidup saya?" atau "Untuk apa saya hidup?"
Jika kamu saat ini sedang mengalaminya, saya mau berkata bahwa kamu tidak sendirian karena masing-masing kita dapat mengalami hal ini di titik-titik hidup kita. Hal ini memang terasa menakutkan dan menyakitkan. Tapi bukan berarti kita tidak bisa untuk kita melaluinya.
Ketika kamu mengalami ini, beberapa hal yang dapat menolongmu melaluinya: Temukan dan terimalah setiap perasaan yang muncul. Semakin kamu berusaha menghindari dan menyangkalinya, justru semakin banyak merugikan dirimu. Belajarlah untuk mengizinkan diri merasakan setiap perasaan yang muncul. Hal ini memang tidak mudah, tapi perlu memberi ruang bagi diri untuk merasa demikian. Ingatkan diri bahwa "tidak apa-apa untuk menjadi sedih", "tidak apa-apa untuk merasa tersesat", dan lainnya. Berilah diri waktu yang cukup untuk merasa tersesat. Untuk bisa menemukan dan menerima perasaan kita dapat dilakukan dengan menulis di dalam jurnal ataupun mencari teman untuk membicarakan apa yang ada di dalam hati kita saat ini.
Hal lain yang dapat menolong kita melaluinya adalah temukan kehilangan-kehilangan apa yang sebenarnya di balik perasaan tersesat. Karena merasa terhilang dan tersesat ataupun masuk dalam satu titik gelap dan buntu, terkadang tidak jarang terjadi karena ada kehilangan-kehilangan yang kita alami. Sebagai contoh saya adalah seorang yang senang sekali bertemu dengan orang lain dan membagikan hidup, namun di satu titik Tuhan mengizinkan saya masuk dalam "keterisolasian" di masa covid. Di masa awal covid saya merasa ini sesuatu yang menantang karena ini hal baru sehingga saya melalui dengan semangat. Tapi di satu titik, kehilangan-kehilangan yang tidak saya sadari membawa saya masuk dalam satu kegelapan dan kebuntuan di dalam diri saya. Ketika berbagai perasaan itu muncul, saya menjadi panik dan ketakutan. Muncul berbagai pertanyaan di kepala saya, "Ada apa dengan saya?", "Koq bisa saya merasa begini !", "Apa yang salah dengan saya?" Hari demi hari saya lalui, sampai bulan demi bulan, kekuatan dan pertahanan saya mulai melemah, sehingga saya memutuskan mencari bantuan. Pertemuan dengan konselor menyadarkan saya betapa saya mengalami berbagai kehilangan. Selama covid, saya kehilangan sisi diri saya yang senang berteman dan berelasi secara langsung. Saya kehilangan rutinitas yang lama sebelum covid. Saya kehilangan waktu-waktu untuk diri saya karena saya harus menghabiskan waktu sepenuhnya dengan keluarga di rumah dan masih banyak lainnya. Dengan saya menemukan kehilangan-kehilangan itu, menolong saya untuk membangun kembali jalan mana yang mesti saya tempuh. Jadi, cobalah berhenti sejenak untuk memeriksa diri kita, adakah hal yang hilang dalam diri kita? Kalau perlu carilah bantuan ke tenaga profesional untuk menolong kita menghadapi perasaan dan kebuntuan tersebut.
Menemukan hal baru yang menjadi arah perjalanan hidup kita. Hal ini mungkin tidak mudah, karena mungkin masih terasa kabur dan tidak jelas. Namun bersabarlah menunggu, karena Tuhan pasti akan memberikan jalan-Nya yang harus kita lalui. Selama menunggu, lakukanlah hal-hal yang bisa kita lakukan seperti: melakukan kegiatan yang kita sukai, mencari dukungan dari teman, mencoba hal baru dan sebagainya. Jika terburu-buru mengambil keputusan di situasi kita yang belum stabil dapat membuat kita melakukan kesalahan yang lebih besar lagi. Jadi belajarlah untuk menunggu dengan sabar waktu Tuhan.
Terakhir, menulis dan menemukan hal-hal yang dapat kita syukuri. Ucapan syukur dapat menolong kita menghadapi perasaan tak berarti karena melalui ucapan syukur kita bisa melihat bahwa ada hal-hal baik juga terjadi dalam hidup kita. Selain itu, menolong kita juga melihat sisi yang positif dalam hidup dan tidak terpaku pada sisi yang negatif yang saat ini sedang kita alami.
Merasa tersesat dan buntu bisa menjengkelkan dan bahkan menakutkan karena kita merasa sendirian dan tidak terkendali. Namun percayalah di dalam kegelapan itu pun Tuhan tetap bersama kita dan Ia memegang kendali hidup kita. Daud berkata: "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku" (Maz. 23:4 [8]). Ia tidak akan membiarkan kita sendirian, kita akan bersama-Nya sampai Ia menuntun kita keluar dari kegelapan.
*) Salah seorang konselor Pusat KonselingTelaga Kehidupan (PKTK) yang berdomisili di Malang
Satu bulan telah kita lewati di tahun 2024, menjelang Pemilu yang akan diadakan pada tanggal 14 Februari 2024 yang akan datang. Beberapa doa syukur dan doa permohonan adalah sebagai berikut :
Links
[1] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Flp+2:6-7
[2] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Yoh+13:14-15
[3] https://alkitab.mobi/ayt/passage/1Pt+5:2-3
[4] https://alkitab.mobi/ayt/passage/1Pt+5:8-9
[5] https://www.telaga.org/audio/melayani_untuk_menyenangkan_tuhan_i
[6] https://www.telaga.org/audio/melayani_untuk_menyenangkan_tuhan_ii
[7] http://www.telaga.org
[8] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Mzm+23:4