TELAGA
Dipublikasikan pada TELAGA (https://www.telaga.org)

Depan > Tanda-Tanda Orang Yang Meninggalkan Tuhan (I)

Tanda-Tanda Orang Yang Meninggalkan Tuhan (I)

Kode Kaset: 
T307A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Sebagai manusia berdosa, kita selalu berkeinginan untuk menjauh dari Tuhan dan bahkan meninggalkan Tuhan, kita merasa tidak sanggup untuk dekat dengan Tuhan karena untuk dekat dengan-Nya kita harus rela menyalibkan diri sendiri. Apakah kita tengah ada di posisi meninggalkan Tuhan ? Saul dan Simson juga meninggalkan Tuhan dan dalam bagian ini akan diulas mengenai mereka dan mudah-mudahan melalui pengalaman mereka, kita tidak akan mengulang kesalahan yang telah mereka lakukan.
Audio
MP3: 
3.60 MB [1]
Play Audio: 
Your browser does not support the audio element.
Transkrip
[tanda-tanda_orang_yang_meninggalkan_tuhan_1] =>

Lengkap

"Tanda-Tanda Orang Yang Meninggalkan Tuhan" ( I )

oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi

Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang"Tanda-tanda orang yang meninggalkan Tuhan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.

GS : Pak Paul, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita, hal itu tidak kita ragukan lagi. Tapi yang menjadi masalah adalah kita sebagai orang yang disertai Tuhan, justru seringkali memilih jalan sendiri, meninggalkan Tuhan dan semakin lama semakin jauh dari Tuhan, Pak Paul. Apakah hal itu terjadi seketika atau sebenarnya merupakan suatu proses yang cukup panjang yang kita bisa kenali lewat kehidupannya, Pak Paul ?

PG : Biasanya ini merupakan sebuah proses yang berlangsung dalam hidup seseorang dan sebetulnya sudah ada tanda-tanda yang memang menyertainya. Tapi masalahnya adalah pada umumnya kita tidak meyadari tanda-tanda itu dan kita masih beranggapan bahwa kita tetap hidup dekat dengan Tuhan padahal sebetulnya kita sudah mulai meninggalkan Tuhan.

GS : Mungkin melalui perbincangan ini, kita bisa menolong orang-orang yang memiliki teman atau bahkan pasangan hidupnya yang mulai menjauh dari Tuhan. Apakah orang lain bisa melihat tanda-tanda itu, Pak Paul ?

PG : Saya percaya, seringkali yang pertama melihat adalah orang lain dan kita sendiri buta dan tidak menyadari apa yang terjadi di dalam diri kita. Inilah yang nanti akan dilihat oleh orang-orag dan sebetulnya kalau mereka memberitahukan kita bahwa mereka melihat hal-hal ini, seyogianyalah kita mendengarkan tanggapan-tanggapan mereka sebab bisa jadi mereka adalah orang-orang yang Tuhan pakai untuk mengingatkan kita supaya kita tidak terus menjauh dari-Nya.

GS : Tapi justru sebaliknya yang terjadi yaitu waktu diingatkan reaksinya adalah marah, menolak bahwa dia meninggalkan Tuhan dan dia tetap bersikeras kalau saya tidak meninggalkan Tuhan.

PG : Mungkin karena kita tidak mau mengubah konsep atau pandangan tentang diri kita dan kita tetap mau melihat diri kita sebagai orang yang baik dan sebagai orang Kristen yang taat dan saleh, shingga waktu orang mengatakan,"Kamu berubah, tampaknya kamu seperti ini dan seperti itu, menjauh dari Tuhan," kita tidak menerima hal itu dan malah kita marah dan menuduh,"Kamu menghakimi saya" dan sebagainya.

Tapi sebetulnya justru seringkali orang lainlah yang melihat perubahan-perubahan dalam diri kita itu, maka kita perlu merendahkan diri dan menerima masukan mereka.
GS : Tapi di dalam Alkitab secara terbuka ditunjukkan ada tokoh-tokoh yang meninggalkan Tuhan, Pak Paul ?

PG : Dan memang bukan hanya satu atau dua orang, Pak Gunawan, jadi memang ada sejumlah tokoh yang memang disebut oleh Alkitab adalah orang-orang yang akhirnya meninggalkan Tuhan dan ada orang-oang yang akhirnya mengalami hidup yang sangat tragis karena telah meninggalkan Tuhan.

Itu sebabnya saya kira Alkitab memberi kepada kita contoh-contoh itu supaya kita bisa belajar darinya.
GS : Melalui perbincangan ini, Pak Paul, tokoh siapa yang ingin Pak Paul angkat ?

PG : Ada dua yang ingin saya angkat yaitu Simson dan Raja Saul. Keduanya kita tahu bahwa mereka dipakai Tuhan atau pernah dipakai Tuhan, tapi kita juga tahu di dalam satu saat hidup mereka, merka meninggalkan Tuhan.

GS : Tapi sebenarnya ada cukup banyak orang juga yang terus meninggalkan Tuhan sampai matinya tapi ada juga yang sebelum dia meninggal, sempat berbalik dan bertobat kembali kepada Tuhan, Pak Paul.

PG : Ada, Pak Gunawan. Misalkan di dalam Alkitab di Perjanjian Baru, yang kita tahu yakni Yudas meninggalkan Tuhan dan terus meninggalkan Tuhan. Ada juga yang seperti Petrus yang pernah pada sau titik meninggalkan Tuhan, menyangkal Tuhan tapi kemudian kembali kepada Tuhan.

Jadi ada orang-orang yang dalam perjalanan hidup dengan Tuhan meninggalkan Tuhan, namun ada yang kembali tapi ada juga yang tidak kembali.
GS : Tapi apakah itu menjadi pengalaman semua orang Kristen, maksudnya semua orang yang percaya kepada Tuhan ?

PG : Saya kira seharusnya tidak, Pak Gunawan, sebab kalau kita bersedia merendahkan diri, bersedia mendapatkan teguran maka Tuhan tidak akan mendiamkan kita menjauh dari-Nya, Dia pasti akan mentipkan baik itu hamba-Nya atau siapa pun untuk mengingatkan dan membawa kita kembali kepada-Nya, hanya nanti tergantung kepada kita apakah kita bersedia mendengarkan atau tidak.

GS : Saya yakin ada beberapa tanda yang cukup jelas terlihat baik oleh kita maupun orang lain. Dan tanda yang pertama apa, Pak Paul ?

PG : Tanda yang pertama adalah kalau kita meninggalkan Tuhan, kita mulai melupakan Tuhan. Kita coba lihat yang pertama yaitu tentang Simson, kita tahu di antara semua hakim yang memerintah Isral, Simson adalah yang paling perkasa.

Tuhan menganugerahkan kepadanya kekuatan yang luar biasa sehingga dengan kekuatan itu ia sanggup membunuh seekor singa dan mengalahkan berlaksa-laksa musuh hanya dengan tengkorak keledai. Atau yang kedua adalah Raja Saul, dia adalah raja pertama Israel yang berhasil menyatukan semua suku di bawah satu payung pemerintahan. Ia pun memimpin bangsa Israel melawan kekuasaan bangsa Filistin dan akibat kemenangannya Israel berdiri menjadi sebuah kerajaan yang diperhitungkan oleh bangsa-bangsa di sekitarnya. Dari sini kita melihat bahwa kedua orang ini dipakai Tuhan dalam masanya sendiri-sendiri, Simson dipakai untuk melepaskan Israel dari serangan dan penjajahan bangsa Filistin dan kebetulan Saul juga harus memerangi bangsa Filistin yang terus menyerang Israel. Dan di bawah Saullah, Israel menjadi sebuah kerajaan. Jadi dengan kata lain itu adalah sebuah sumbangsih besar kepada bangsa Israel. Jadi dua-dua adalah orang yang Tuhan pakai, namun akhirnya kita tahu mereka melupakan Tuhan. Misalnya kita melihat di sini, baik Simson maupun Saul pada awalnya menyadari bahwa kekuatan dan kemenangan ini berasal dari Tuhan dan bukan dari diri mereka sendiri, namun sayangnya mereka melupakan Tuhan. Salah satu tanda mereka melupakan Tuhan adalah mereka tidak lagi mencari Tuhan dan kehendak-Nya sebelum melakukan suatu hal, semua dipikirkan dan diputuskan sendiri dan Tuhan ditinggalkan di belakang.
GS : Jadi justru orang yang melupakan Tuhan itu pada awalnya adalah orang yang sungguh dekat dan cukup akrab dengan Tuhan, kalau awalnya tidak ada hubungan yang baik maka kita tidak bisa mengatakan bahwa orang itu melupakan Tuhan, dan ini merupakan tindakan yang disengaja oleh mereka sebenarnya.

PG : Jadi kita melihat Simson sebelum lahir, kelahirannya sudah diberitahukan oleh malaikat Tuhan kepada orang tuanya. Raja Saul, pada waktu itu nabi Samuel diutus kepadanya untuk mengurapi dia Jadi jelas-jelas kalau mereka adalah orang yang Tuhan pilih dan yang Tuhan tetapkan, Tuhan urapi dan Tuhan pakai.

Jadi benar-benar mereka akrab dan dipakai Tuhan, namun sayangnya di dalam perjalanan mereka, mereka mulai melupakan Tuhan, jadi apa yang mereka sudah pikirkan baik, kemudian mereka putuskan sendiri dan mereka tidak menghiraukan kehendak Tuhan. Mereka tidak memusingkan untuk mencari tahu apa kehendak Tuhan, yang penting apa yang menjadi kehendaknya itulah yang dilaksanakan.
GS : Kalau kita aplikasikan di dalam kehidupan kita sekarang sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan, itu seperti apa, Pak Paul ?

PG : Pak Gunawan, saya kira salah satu tandanya kalau kita mulai meninggalkan Tuhan adalah kita mulai jarang mengingat Tuhan, mungkin kita hanya mengingat Tuhan pada waktu kita beribadah di har Minggu dan setelah itu kita jarang mengingat nama Tuhan, mungkin juga kita mulai melupakan untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi lewat doa atau lewat saat teduh, akhirnya kita semakin sibuk dan semakin sibuk dan tidak punya waktu untuk beribadah kepada Tuhan secara pribadi, akhirnya kita mulai melupakan Tuhan di dalam kehidupan kita.

Kita mengingat Tuhan tatkala duduk di depan gereja atau di dalam kebaktian dan setelah itu lupa lagi.
GS : Jadi sebenarnya ada sesuatu yang lebih menarik untuk orang ini dari pada Tuhan, yang dulunya merupakan sesuatu yang menarik buat dia, Pak Paul.

PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi pada umumnya kalau kita tidak memelihara hubungan itu dengan Tuhan, mencari Tuhan, mendengarkan firman-Nya, membaca kitab suci, berdoa kepada-Nya, jadi bena-benar menegakkan disiplin rohani itu, kalau kita tidak melakukannya maka kita mulai melupakan Tuhan.

Tuhan mau agar kita terlibat dalam hubungan timbal balik dengan-Nya, mungkin ada orang yang akan berkata,"Kalau begitu semua bergantung kepada kita, kalau kita mau dekat dengan Tuhan maka kita bisa dekat, kalau kita mau jauh dari Tuhan maka kita bisa menjauh dari Tuhan". Memang benar, dalam pengertian ini bergantung kepada kita sebab Tuhan menginginkan relasi timbal balik. Relasi kita dengan Tuhan bukanlah relasi paksa tapi relasi kasih. Dan dalam relasi kasih harus dua orang saling memberikan dirinya kepada satu sama lain. Tuhan sudah memberikan diri-Nya, Dia sudah mati bagi kita, mencurahkan kasih-Nya yang begitu besar kepada kita, dan sekarang tinggal tanggapan-tanggapan dari kita. Kalau kita tidak menanggapi dan mementingkan hal-hal yang lain, pada akhirnya dengan sendirinya kita pun mulai melupakan Tuhan.
GS : Kalau dari pihak Tuhan, pasti kita tidak meragukannya. Seperti janji-Nya,"Aku akan menyertai kamu sampai akhir zaman" hal itu sudah terbukti, hanya kitalah yang seringkali melarikan diri dan meninggalkan Tuhan.

PG : Banyak kejadian yang seperti itu, Pak Gunawan. Misalnya contoh yang sering terjadi adalah waktu kita susah, maka kita berseru-seru dan meminta Tuhan untuk menolong kita, tapi begitu kita mlai senang lagi, hidup lancar lagi maka kita mulai melupakan Tuhan.

Ketika hidup itu membosankan, tidak ada kegiatan yang menarik kemudian kita membenamkan diri dalam kegiatan gerejawi melayani Tuhan, begitu pekerjaan kita mulai membaik, tugas-tugas pekerjaan makin banyak, menumpuk maka hal-hal seperti pelayanan di gereja dan yang lainnya tidak lagi menarik, tidak lagi diprioritaskan akhirnya perlahan-lahan kita mulai melupakan Tuhan. Misalnya dalam pengambilan keputusan, kita langsung memutuskan dan tidak berdoa dulu. Jika nantinya macet atau ada masalah barulah kita mengingat Tuhan lagi, hidup yang seperti ini adalah hidup yang berpotensi tinggi dan akhirnya melupakan Tuhan.
GS : Untuk mengingatkan mereka yang mulai melupakan Tuhan, apakah ada ayat firman Tuhan yang sudah disediakan oleh Tuhan ?

PG : Mazmur 119:2 berkata,"Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati", jadi Tuhan tidak pernah berkata,"Kalau memegang peringatan Than, mencari Tuhan dengan segenap hati pastilah batin kita sengsara", tidak seperti itu tapi justru batin kita berbahagia sebab memang itulah kuncinya, Tuhan menginginkan kita hidup dalam peringatan-Nya untuk mencari Dia dengan segenap hati barulah kita nanti hidup dipimpin oleh-Nya dan menemukan kebahagiaan secara batiniah.

GS : Wujud mencari Tuhan dalam kehidupan sehari-hari itu seperti apa, Pak Paul ?

PG : Yang pertama kita harus memberikan waktu untuk Tuhan, kita tidak bisa berkata,"Saya memberikan untuk Tuhan, saya mengutamakan Tuhan" tapi tidak pernah berdoa, membaca firman Tuhan pun tida, menenangkan diri dihadapan-Nya pun tidak.

Kedua, tindakan konkretnya adalah dalam segala pengambilan keputusan sebelum bertindak berdoa terlebih dahulu, mencari Tuhan, minta petunjuk kepada-Nya yang jelas, dan terus berdoa meminta kehendak-Nya dan memberi jangka waktu tertentu supaya Tuhan memberikan jawaban-Nya kepada kita. Dan yang ketiga wujud nyata mencari Tuhan, kita benar-benar menjauhkan diri dari hal-hal yang berdosa karena kita takut kepada-Nya.
GS : Memang itu diperlukan usaha yang sungguh-sungguh, seperti orang yang mencari sesuatu yang sangat berharga dan semakin berharga sesuatu itu bagi kita, tentu kita akan mencarinya dengan upaya yang jauh lebih serius.

PG : Betul, ini adalah point yang bagus sekali, Pak Gunawan, sebab kadangkala kita memeroleh konsep bahwa terserah Tuhan, kalau memang Tuhan ingin saya dekat dengan Engkau maka haruslah Tuhan yng membuat saya dekat kepada-Mu.

Tidak seperti itu karena ini adalah relasi kasih dan relasi kasih adalah relasi timbal balik dan bukan relasi paksa. Jadi kita harus mengeluarkan usaha, makin besar usaha yang kita keluarkan untuk mencari Dia maka semakin kita menunjukkan kepada Tuhan bahwa kita sungguh-sungguh memerhatikan Dia.
GS : Selain tanda mulai melupakan Tuhan, Pak Paul, apakah ada tanda lain dari orang yang meninggalkan Tuhan ?

PG : Yang kedua adalah kita mulai membesarkan diri, contoh dari Saul misalnya seperti ini, awalnya Saul adalah bukan orang yang percaya diri, istilahnya PD sebaliknya Saul penuh keraguan sangatbergantung pada Samuel, saat mau diurapi dia malah lari ketakutan, dia memang benar-benar penuh dengan keraguan.

Coba kita lihat Simson, di awal pelayanannya Simson juga menempatkan diri sebagai hamba Allah, menyadari keterbatasannya namun sayangnya ketika keduanya menjadi tersohor mereka berubah dan mengandalkan diri sendiri, dan itulah yang terjadi. Saul memeroleh kemenangan-kemenangan karena bangsa Filistin bisa dipukul kalah dan sebagainya, Simson mengalami kemenangan-kemenangan, mereka makin tersohor dan mereka akhirnya mulai membesarkan diri. Contohnya Saul, dia berusaha mempertahankan tahtanya kendati Tuhan sudah tidak lagi menghendakinya bahkan dia ingin memastikan kalau putranya yang akan naik menggantikan, dia terus membesarkan diri, membanggakan apa yang telah diperbuatnya bagi Israel sebelum dia memerintahkan Doeg seorang Edom membunuh para imam Tuhan dan dia membanggakan dirinya bahwa siapa yang telah berbuat ini dan itu, berjasa buat kamu semuanya yaitu saya dan saya, seperti itu. Simson juga sama, dia begitu yakin bahwa kekuatannya tetap akan bersamanya walaupun dia membocorkan rahasia kekuatannya kepada Delila dan dia tidak takut bahwa kekuatannya akan hilang bila rambut panjangnya digunting, sebab dia terlalu percaya diri. Kita lihat persamaannya, dua-dua mulai percaya diri terlalu besar.
GS : Padahal keberhasilan yang mereka raih atau mereka dapatkan, ini semua berasal dari Tuhan juga, Pak Paul. Tuhan pasti tahu, dengan memberikan keberhasilan ini membuat mereka menjadi sombong dan menjauhkan diri dari Tuhan, kenapa hal itu diberikan, Pak Paul ?

PG : Tuhan tetap memberikan yang terbaik bagi kita, Pak Gunawan, sebab yang pertama adalah karena Tuhan itu penuh kasih dan Dia ingin agar kita bisa menikmati hal-hal yang baik dalam hidup kita berkat-berkat yang melimpah.

Karena kebaikan-Nya itu maka dia memberikan semua yang baik itu. Dan yang kedua kita tahu bahwa Tuhan memberikan kekuatan yang besar kepada Simson karena Tuhan ingin memakainya sebagai seorang hakim yang bisa memimpin bangsa-Nya mengalahkan bangsa Filistin. Tuhan juga memberikan keberanian, kekuatan kepada Saul supaya Tuhan bisa memakainya tapi seringkali akhirnya kepercayaan itu, anugerah itu dianggap sebagai sesuatu yang semestinya dan memang adalah milik saya dan mereka lupa kalau ini sebetulnya adalah karunia Tuhan belaka.
GS : Jadi sebenarnya kita sebagai manusia menjadi serba salah, waktu kita menderita dan mengalami kegagalan-kegagalan, kita meminta agar Tuhan menolong kita tapi dengan keberhasilan itu, kita mudah terjerat kepada kesombongan dan ketinggian hati, seolah-olah kesuksesan itu adalah hasil karya saya, Pak Paul.

PG : Seperti tadi yang telah kita bahas, awalnya memang melupakan Tuhan. Jadi kalau Pak Gunawan perhatikan, orang yang membesarkan diri dan melihat keberhasilan karena saya. Sebelumnya dia suda berpikir seperti itu, maka sebenarnya sesuatu telah terjadi dan dia sudah mulai melupakan Tuhan.

Sebab kita tahu kalau kita tidak melupakan Tuhan berarti kita akan mencari Tuhan, membaca firman-Nya, mendengarkan nasehat-nasehat-Nya, membuka hati untuk menerima teguran-Nya. Akhirnya kita susah untuk menjadi seperti si Saul dan Simson ini, membesarkan diri dan tidak lagi menjadi pemberi semua itu. Jadi memang kunci yang pertama itu penting sekali yaitu jangan sampai melupakan Tuhan.
GS : Padahal saat ini seringkali diajarkan atau diberitahukan kepada orang-orang itu agar punya percaya diri yang kuat, hal ini juga bisa menjerumuskan seseorang untuk melupakan Tuhan juga ?

PG : Betul. Kalau tidak hati-hati, kepercayaan diri yang dipupuk seperti itu membuat kita akhirnya melupakan Tuhan. Sudah tentu kita mengerti bahwa apa yang disampaikan itu ada baiknya, supaya embuat kita jangan sampai belum apa-apa sudah ragu sebab kalau belum apa-apa sudah ragu maka akhirnya tidak akan maju-maju dalam hidup ini.

Namun selalu harus ingat bahwa kita terbatas dan begitu banyak hal di luar kendali kita dan sebetulnya semua berada di dalam tangan Tuhan dan bukan di dalam tangan kita sendiri, maka akhirnya kita kembali menyerahkan kepada Tuhan dan bersyukur bahwa ini adalah anugerah-Nya dan ini bukanlah dari kita, ini adalah pemberian Tuhan dan kita sebetulnya adalah alat yang Tuhan pakai.
GS : Apakah ada ayat firman Tuhan yang mengingatkan orang yang seringkali merasa dirinya besar sendiri, Pak Paul ?

PG : Tuhan Yesus tidak sering-sering memuji orang tapi salah satu yang Tuhan puji adalah Yohanes pembaptis. Tuhan Yesus benar-benar melihat bahwa orang ini adalah orang yang berhikmat, berintegitas, jujur, tulus, dipakai Tuhan maka Tuhan Yesus sendiri memuji dia.

Yohanes pembaptis pernah berkata seperti ini,"Ia harus makin besar tapi aku harus semakin kecil", artinya Yesus harus semakin besar tetapi aku semakin kecil. Jadi justru makin berjalan, makin menikmati keberhasilan kita harus berkata,"Aku harus semakin kecil dan Tuhan harus semakin besar". Tapi kuncinya adalah kita bisa menjadi kecil kalau Tuhan besar. Jadi kalau kita mengecilkan diri, tapi tidak mau membesarkan Tuhan maka sia-sia, tetap saja diri kita yang menggelembung. Maka kuncinya adalah selalu kedepankan Tuhan, besarkan Tuhan. Otomatis diri itu makin mengecil.
GS : Berarti sebenarnya semakin sukses seseorang, makin berhasil atau bisa meraih cita-citanya, justru orang itu harus semakin bergantung kepada Tuhan supaya dia tidak terjerumus kepada dosa kesombongan ini, Pak Paul ?

PG : Betul sekali. Dan saya percaya Tuhan itu akan menghadirkan tanda-tanda kalau dia mulai jauh atau mulai membanggakan diri atau mulai membesarkan diri, Tuhan akan mengirimkan tanda-tanda suaya dia sadar.

Contohnya adalah Raja Daud, dia ingin melihat kemuliaannya sehingga dia memerintahkan Yoab untuk melakukan sensus mengenai berapa banyak penduduknya, kekuatannya, tentaranya, dia ingin menghitung kehebatannya. Dari mulut Yoab (panglima yang hidupnya tidak terlalu lurus, membunuh orang dan sebagainya) muncul teguran kepada Raja Daud kenapa harus seperti itu,"Bukankah Tuhan sudah memberkati maka tidak perlu dilakukan" tapi Daud memaksa dan akhirnya Tuhan menegur dan Tuhan mengirimkan nabi-Nya dan memberikan hukuman kepadanya. Jadi kalau kita adalah anak Tuhan yang memang bersedia bertobat, Tuhan tidak akan meninggalkan kita dan Dia akan memberikan kepada kita peringatan-peringatan, kalau kita tidak hiraukan maka Dia akan memberi kita hukuman supaya kita bertobat dan kembali kepada-Nya.
GS : Memang untuk Daud, Tuhan menghukum atau mengingatkan dengan sangat keras, misalkan suara maka suaranya yang sangat keras yang disampaikan kepada Daud supaya Daud tidak jadi sombong. Tapi apakah hal itu tidak berlaku untuk Saul dan Simson, Pak Paul ?

PG : Simson sudah mendapatkan dari awalnya yakni peringatan misalnya dari orang tuanya sudah diberitahukan agar tidak menikah dengan gadis-gadis Filistin itu tapi dia tetap tidak menghiraukan dn jalan terus, pernikahan pertama gagal dan yang kedua dengan Delila, tapi tetap tidak menghiraukan Tuhan.

Saul juga berkali-kali tidak menghiraukan teguran dari nabi Samuel, dihimbau lagi, diberitahukan lagi tapi tetap saja berbuat dosa. Dari Daud, dari putranya Yonatan tapi memang tidak lagi mau mendengarkan. Namun kita bisa berkata,"Kalau dari awal mau mendengarkan, mau ditegur, mau berubah pasti Tuhan akan memberikan kepada kita peringatan.
GS : Jadi sebenarnya kesempatan untuk bertobat, itu diberikan oleh Tuhan kepada semua orang, Pak Paul ?

PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi Tuhan selalu memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat dan Dia akan memberikan peringatan-Nya lebih dari sekali bahkan berulang-ulang kali, namun terantung dari kita mau atau tidak bertobat dan kembali kepada-Nya.

GS : Mungkin yang ketiga tidak bisa kita bahas sampai tuntas, tetapi sebenarnya apa tanda yang ketiga yang terjadi pada diri orang yang meninggalkan Tuhan, Pak Paul ?

PG : Yang ketiga adalah mendengarkan manusia lebih dari pada Tuhan. Dan nanti akan kita bahas bahwa ternyata kalau kita lebih mendengarkan manusia dari pada Tuhan, itu adalah pertanda bahwa sebtulnya Tuhan tidak lagi penting dan sebetulnya kita lebih menghargai pendapat-pendapat manusia dan itu sebetulnya adalah tanda yang harus kita cermati kalau tidak, maka kita akan semakin tenggelam dan semakin jauh dari Tuhan.

GS : Jadi walaupun orang-orang seperti Simson dan Saul dipilih secara khusus oleh Tuhan, tetap punya kecenderungan untuk menomorduakan Tuhan atau bahkan lebih rendah dari itu, Pak Paul.

PG : Jadi akan ada orang-orang tertentu dalam hidup mereka yang akhirnya lebih berpengaruh dan lebih mereka dengarkan sehingga akhirnya mereka tidak lagi mendengarkan Tuhan. Kita akan bahas, bisanya orang-orang itu yang kita dengarkan adalah orang-orang di mana dengan mereka kita memiliki kebutuhan khusus sehingga dari mereka kita mendapatkan yang kita butuhkan sehingga lebih mendengarkan mereka dan Tuhan kita nomor duakan.

GS : Jadi ini adalah sebuah bahan yang sangat menarik, tentunya kita berharap para pendengar yang sudah mengikuti perbincangan kita sampai sejauh ini akan tetap mengikutinya pada kesempatan yang akan datang dan kita berharap akan hal itu. Jadi para pendengar kami berharap Anda tetap mengikuti perbincangan dari kelanjutan pokok tanda-tanda orang yang meninggalkan Tuhan pada kesempatan yang akan datang. Saudara-saudara pendengar yang dikasihi oleh Tuhan terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang"Tanda-Tanda Orang yang Meninggalkan Tuhan" bagian yang pertama dan kami akan melanjutkan dan menuntaskan perbincangan ini pada kesempatan yang akan datang. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id [2] kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org [3]. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.

Ringkasan

Di dalam Alkitab ada banyak contoh orang yang meninggalkan Tuhan, di antaranya adalah Simson dan Saul. Sungguh menyedihkan dan tragis hidup mereka akibat tindakan mereka meninggalkan Tuhan. Mengapakah sampai mereka meninggalkan Tuhan? Apakah tanda-tanda mereka mulai meninggalkan Tuhan? Berikut kita akan melihat apa yang terjadi di dalam hidup mereka agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama.

  • Mulai Melupakan Tuhan
    Di antara semua hakim yang memerintah Israel, Simson adalah yang paling perkasa. Tuhan menganugerahkan kepadanya kekuatan yang luar biasa sehingga dengan kekuatan itu ia sanggup membunuh seekor singa serta mengalahkan berlaksa musuh hanya dengan tengkorak keledai. Saul adalah raja pertama Israel yang berhasil menyatukan semua suku di bawah satu payung pemerintahan. Ia pun memimpin Israel melawan kekuasaan Bangsa Filistin dan akibat kemenangannya, Israel berdiri menjadi sebuah kerajaan yang diperhitungkan bangsa-bangsa di sekitarnya. Baik Simson maupun Saul pada awalnya menyadari bahwa kekuatan dan kemenangan ini berasal dari Tuhan, bukan dari diri mereka sendiri. Namun sayang, akhirnya mereka melupakan Tuhan. Salah satu tanda bahwa mereka melupakan Tuhan adalah mereka tidak lagi mencari Tuhan dan kehendak-Nya sebelum melakukan suatu hal. Semua dipikirkan dan diputuskan sendiri; Tuhan ditinggalkan di belakang. Salah satu tanda bahwa kita mulai meninggalkan Tuhan adalah kita mulai jarang mengingat Tuhan. Mungkin kita hanya mengingat Tuhan pada waktu kita beribadah di hari Minggu. Selain itu kita jarang mengingat nama Tuhan. Mungkin kita pun mulai melupakan bersekutu dengan Tuhan secara pribadi melalui doa pribadi dan saat teduh karena kita terlalu sibuk. Sebagai akibatnya dalam bertutur kata, dalam bertindak dan dalam memertimbangkan apa pun, kita melupakan Tuhan. Kita tidak lagi meminta kehendak Tuhan dan berdoa untuk memberi kesempatan kepada Tuhan untuk menjawab doa. Kita langsung mengambil keputusan dan mungkin baru datang kepada Tuhan bila masalah muncul. Firman Tuhan mengingatkan, "Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati." (Mazmur 119:2)

  • Membesarkan Diri
    Pada awalnya Saul bukanlah orang yang percaya diri. Sebaliknya, ia penuh keraguan dan sangat bergantung pada Samuel. Di awal pelayanan Simson menempatkan diri sebagai hamba Allah dan menyadari keterbatasannya. Namun sayang, tatkala keduanya menjadi tersohor, mereka berubah dan mengandalkan diri sendiri. Sebagai contoh, Saul berusaha untuk memertahankan takhtanya kendati Tuhan sudah tidak lagi menghendakinya. Ia terus membesarkan diri dan membanggakan apa yang telah diperbuatnya bagi Israel. Simson pun demikian. Ia begitu yakin bahwa kekuatannya tetap akan bersamanya kendati ia membocorkan rahasia kekuatannya kepada Delila. Karena kemurahan dan kebaikan-Nya, Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk mencicipi berkat-Nya yang melimpah. Mungkin kita mulai memetik keberhasilan demi keberhasilan. Sayangnya banyak anak Tuhan yang akhirnya membesarkan diri dan menganggap semua keberhasilan sebagai hasil keringatnya sendiri. Kita harus mengingat seruan Yohanes Pembaptis: "Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil." (Yohanes 3:30)

  • Mendengarkan Manusia Lebih Daripada Tuhan
    Saul bukanlah seorang imam, jadi tidak seharusnyalah ia melakukan tugas imamat yakni memersembahkan korban namun itulah yang dilakukannya. Alasan yang diberikannya kepada Samuel adalah karena ia menerima tekanan dari orang di sekitarnya. Singkat kata, Saul lebih mendengarkan manusia ketimbang Tuhan. Demikian pula dengan Simson. Ia memilih mendengarkan rayuan Delila daripada menjaga rahasia kekuatannya. Salah satu tanda kita mulai menjauh dari Tuhan adalah kita lebih sering dan lebih menghargai pendapat manusia dibanding Tuhan. Kita makin jarang datang kepada Tuhan untuk merenungi dan mempelajari Firman-Nya. Kita pun makin jarang mencari nasihat dari anak-anak Tuhan atau hamba-hamba Tuhan sebab pada akhirnya kita tidak menghargai nasihat rohani. Firman Tuhan mengingatkan, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu maka Ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:5-6)

  • Berulang-kali Berdosa dan Tidak Bertobat
    Sewaktu Simson ingin menikah dengan gadis Filistin, sesungguhnya orang tuanya tidak setuju. Sayang, Simson tidak mendengarkan nasihat mereka; ia tetap melaksanakan niatnya.Begitu pula dengan Saul. Berkali-kali Samuel menegurnya, tetap ia memilih untuk tidak taat. Baik Simson maupun Saul, keduanya jatuh di dalam dosa yang sama berulang-kali namun keduanya tidak bertobat. Puji Tuhan pada akhir hidupnya Simson bertobat. Setelah ia ditangkap dan dibuat olok-olokan oleh bangsa Filistin, Simson datang kembali kepada Tuhan. Sebaliknya dengan Saul. Bahkan sampai di akhir hidupnya, ia tidak kembali kepada Tuhan. Hidupnya pun berakhir tragis. Tuhan memberi peringatan kepada kita, anak-anak-Nya, tatkala kita berdosa. Ia memberi peringatan lewat Firman-Nya secara langsung; Ia memberi peringatan lewat anak-anak-Nya yang lain atau bahkan orang lain sekalipun; dan kadang Ia memberi peringatan melalui situasi tertentu yang kita alami. Namun tidak selamanya Ia memberi peringatan; adakalanya Ia berhenti. Tuhan berhenti memberi peringatan tatkala Ia melihat bahwa kita terus mengeraskan hati dan menulikan telinga. Pada akhirnya Ia membiarkan kita memilih jalan sendiri dengan harapan, kejatuhan dan pukulan akibat dosa akhirnya menyadarkan kita untuk kembali mendengarkan Tuhan. Simson merasakan sakitnya Firman Tuhan mengingatkan, "Jadikanlah hatiku tahir ya Allah dam perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!" (Mazmur 51:12)

  • Kehilangan Kekudusan Tuhan
    Simson adalah seorang anak yang dikuduskan atau dipisahkan secara khusus untuk menjadi hamba Tuhan. Itu sebabnya sejak lahir ia tidak memotong rambutnya sebagai tanda perjanjian antara dirinya dengan Tuhan dan sebagai tanda bahwa ia adalah seorang abdi Allah. Saul pun adalah seorang yang diurapi Tuhan. Lewat minyak yang dituangkan Samuel di atas kepalanya, Tuhan menetapkan Saul untuk menjadi abdi Allah. Namun sayang pada akhirnya keduanya tidak lagi menghormati kekudusan Tuhan di dalam diri mereka. Simson menikah dengan perempuan Filistin, bangsa yang menindas umat Tuhan dan tidak menyembah kepada Tuhan Allah. Ia pun menjalani kehidupan moral yang tidak terpuji dan tidak menghiraukan kekudusan Tuhan pada dirinya. Begitu pula dengan Saul. Pada akhirnya ia lupa diri—ia membunuh para imam gara-gara mereka menolong Daud. Ia tidak lagi menghormati kekudusan Tuhan. Salah satu pertanda bahwa kita mulai menjauh dari Tuhan adalah kita tidak lagi menghormati kekudusan Tuhan. Kita mulai bersikap seenaknya terhadap perintah Tuhan; tatkala melanggarnya pun kita tidak merasakan apa-apa lagi. Kita pun mulai kehilangan hormat terhadap rumah Tuhan dan para hamba-Nya. Memang rumah Tuhan adalah benda belaka dan hamba Tuhan adalah orang yang berdosa pula namun keduanya telah ditetapkan sebagai lambang dari kehadiran Tuhan di muka bumi. Begitu kita mulai kehilangan kekudusan terhadap rumah dan hamba Tuhan, biasanya kita pun mulai kehilangan hormat terhadap kekudusan perintah Tuhan. Ketika kita kehilangan hormat terhadap kekudusan perintah Tuhan, kita pun kehilangan hormat terhadap kekudusan Tuhan itu sendiri. Firman Tuhan berkata, "Sebab siapakah di awan-awan yang sejajar dengan Tuhan, yang sama seperti Tuhan, di antara penghuni sorgawi? Allah disegani dalam kalangan orang-orang kudus dan sangat ditakuti melebihi semua yang ada di sekeliling-Nya." (Mazmur 89:7-8)

Pdt. Dr. Paul Gunadi [4]
Audio [5]
Pelayanan/Gereja [6]
T307A [7]

URL sumber: https://www.telaga.org/audio/tandatanda_orang_yang_meninggalkan_tuhan_i

Links
[1] http://media.sabda.org/telaga/mp3/T307A.MP3
[2] mailto:telaga@indo.net.id
[3] http://www.telaga.org
[4] https://www.telaga.org/nara_sumber/pdt_dr_paul_gunadi
[5] https://www.telaga.org/jenis_bahan/audio
[6] https://www.telaga.org/kategori/pelayanan_gereja_0
[7] https://www.telaga.org/kode_kaset/t307a