Mengapa Tuhan Bisa Marah

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T256A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Mengapa Tuhan bisa marah? Pertanyaan ini muncul dari anggapan bahwa Tuhan adalah baik dan Tuhan yang baik tidak seharusnya marah. Namun apakah benar anggapan kita bahwa kemarahan itu berlawanan dengan kebaikan?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pertanyaan di atas ini muncul dari anggapan bahwa Tuhan adalah baik dan Tuhan yang baik tidak seharusnya marah. Namun apakah benar anggapan kita bahwa kemarahan itu berlawanan dengan kebaikan?

  • Kemarahan adalah reaksi yang bermuatan perasaan tidak senang terhadap sesuatu yang terjadi. Jadi, kemarahan itu sendiri tidak berkaitan secara langsung dengan kebaikan. Orang yang baik dapat marah dan kemarahannya tidak menaifkan kebaikannya. Tuhan yang baik dapat marah dan kemarahan-Nya tidak menaifkan kebaikan-Nya.
  • Sewaktu Tuhan marah, sesungguhnya Ia tengah menunjukkan reaksi tidak senang terhadap perbuatan dosa. Tidak ada hal lain yang membuat Tuhan marah selain dosa dan alasannya jelas: dosa memisahkan manusia dari-Nya! Tuhan mengasihi kita, itu sebabnya Ia tidak ingin apa pun memisahkan-Nya dari kita. Jadi, kemarahan-Nya merupakan reaksi tidak senang terhadap perbuatan kita yang berakibat memisahkan kita dari Tuhan.
  • Lebih dari sekadar menghukum, ketika Tuhan marah sesungguhnya Ia tengah berupaya memperingati kita supaya kita sadar dan bertobat. Dengan kata lain kemarahan Tuhan merupakan "suara" teriakan untuk menyadarkan kita setelah berulang kali Ia memperingati kita dengan suara yang lembut.
  • Kendati ada banyak dosa namun di antara semua dosa ada dua jenis dosa yang dibenci Tuhan dan memancing kemarahan-Nya yaitu keangkuhan dan ketidaktaatan. Tuhan membenci keduanya sebab keduanya adalah bentuk terselubung dari kekerasan hati untuk menolak Tuhan. Tidak jarang tatkala melihat kedua dosa ini Tuhan berlaku keras yakni menghancurkannya. Namun sekali lagi, Ia melakukan semua ini untuk menyelamatkan kita dari akibat yang fatal: keterpisahan dari Tuhan selamanya.
  • Tuhan bisa marah namun kemarahan-Nya tidak berlangsung lama. Hati yang dipenuhi kasih tidak akan dapat bertahan dalam kemarahan. Itu sebabnya walaupun Ia marah, dengan cepat ia mengampuni sewaktu kita mengaku dosa dan bertobat. Di dalam kemarahan Tuhan terus menantikan pertobatan kita sebab sesungguhnya Ia ingin melimpahkan kita dengan kasih-Nya.
  • Oleh karena Tuhan dapat marah, seyogianyalah kita takut kepada-Nya. Adalah keliru bila kita beranggapan bahwa Tuhan itu baik sehingga tidak bisa marah. Di dalam kemarahan dan upaya-Nya untuk menjaga kita agar tidak terperosok lebih dalam di lumpur dosa, Ia sanggup mengganjar kita dengan keras. Itu sebabnya tidak boleh kita mempermainkan dan meremehkan kesabaran Tuhan.

Kesimpulan
Tuhan itu baik dan penuh kasih sayang; kemarahan-Nya keluar dari kebaikan dan kasih-Nya. Sewaktu Tuhan marah, tidak sejengkal pun berkurang kasih setia-Nya. Hanya satu yang dirindukan-Nya: kita hidup di dalam kehendak-Nya yang sempurna dan baik. Firman Tuhan berkata, "Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mazmur 118:1)