Lanjutan dari T186A
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini saya bersama Ibu Ester Tjahja, kami akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami pada beberapa waktu yang lalu yaitu tentang "Keluarga dan Pelayanan." Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Apa yang kita bicarakan muncul dari keprihatinan, keprihatinan atas gejala yang sedang populer dewasa ini. Yaitu begitu banyaknya orang yang mempopulerkan kata pelayanan, namun tampaknya mreka tidak terlalu memahami apakah sebetulnya pelayanan itu.
Nah kita sudah membahas bahwa kata pelayanan itu sendiri di dalam Alkitab muncul dari konteks perhambaan, dari konteks perbudakan. Jadi seseorang yang melayani itu artinya adalah seseorang yang menghamba kepada Kristus, kepada Tuhan. Jadi yang kita tekankan adalah penting sekali keluarga memberikan konsep yang tepat ini kepada anggotanya, sehingga mereka tidak salah kaprah, terlalu menitikberatkan pada kegiatan, pada kehadiran dan melupakan hal yang terlebih penting yakni relasi pribadi dengan Kristus, hidup takut akan Tuhan, mencintai Tuhan dengan sepenuh hati. Kalau ini sudah terjalin, dasar ini sudah diletakkan, maka nanti dengan sendirinya anak Tuhan atau anggota keluarga ini bisa mendengar panggilan Tuhan, tuntunan Tuhan, apa yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan mereka. Ini tahapan berikutnya, yang kita khawatirkan adalah betapa banyaknya orang-orang yang terlalu memusatkan perhatian pada yang tahap kedua yaitu tahap kegiatan dan kehadiran, tidak melihat lagi akar yang lebih penting. Nah itulah yang menjadi latar belakang pembicaraan kita pada saat ini Pak Gunawan.PG : Pak Gunawan, pertama-tama kita mesti menjaga keseimbangan, karena adakalanya ini yang terjadi, waktu kita membicarakan mengenai pelayanan dan keluarga. Kita kadang-kadang itu terlalu mengaungkan keluarga demi Tuhan, seolah-olah keluarga itu di atas Tuhan, sudah tentu kita akan pelajari nanti tidaklah demikian.
Namun jangan sampai kita jatuh ke dalam ekstrim yang lain, yaitu mengabaikan keluarga untuk Tuhan, seolah-olah semua untuk Tuhan tapi tanggung jawabnya kepada keluarga justru terabaikan. Akhirnya kalau itu yang terjadi, bukannya kita menjadi berkat bagi keluarga kita, tapi malah kita menjadi kutukan bagi mereka karena mereka tidak bisa lagi diberkati oleh pelayanan kita kepada Tuhan.PG : Memang kita perlu mempunyai konsep yang tepat terhadap pelayanan maupun keluarga. Di kesempatan yang lampau kita telah memfokuskan pada konsep pelayanan itu sendiri, nah mari sekarang kitamelihat apa itu keluarga dari sudut Alkitab.
Yang pertama yang bisa saya ungkapkan adalah Alkitab lebih menitikberatkan pada keluarga rohani daripada keluarga jasmani. Ini menarik sekali, cerita yang saya kutip dariET : Justru saya melihat ada orang yang apakah bisa dikatakan salah di dalam memahami ayat ini, yang akhirnya memang sangat menekankan pada orang yang di luar yang dia layani, sampai-sampai kelarga istri atau anak-anak mengatakan, "Papa lebih memperhatikan saudara-saudara di luar daripada keluarganya sendiri."
PG : Ini memang ekstrim yang satunya Ibu Ester, jadi ada orang-orang yang mengabaikan tanggung jawabnya. Tuhan tidak mengajarkan kepada kita untuk mengabaikan tanggung jawab kepada keluarga, suah tentu kita harus memberi perhatian yang cukup kepada keluarga kita, karena inilah tanggung jawab kita.
Tapi perspektif yang benar adalah meskipun keluarga penting, jangan sampai kita abaikan tanggung jawab kita, namun ada yang lebih penting dari keluarga jasmaniah yaitu keluarga rohaniah. Alasannya sederhana juga Ibu Ester, tidak semua orang beruntung dibesarkan dalam keluarga yang hangat, tidak semua anak-anak beruntung mempunyai orangtua yang sangat mengerti bagaimana membesarkan anak, memberikan kasih yang berlimpah kepada anak. Ada anak-anak yang bertumbuh besar di dalam ketimpangan-ketimpangan, tidak mendapatkan kecukupan perhatian dan sebagainya. Ada yang tidak mempunyai ayah, ada yang tidak mempunyai ibu, ada yang orangtuanya bercerai dan bermacam-macam. Kalau misalkan keluarga adalah segalanya berarti kasihan bagi orang-orang yang tidak mempunyai keluarga seperti itu. Dan kalau keluarga adalah segalanya ya malanglah orang yang tidak menikah juga. Makanya tidak pernah itu menjadi tekanan Alkitab, Tuhan selalu lebih menekankan keluarga rohaniah daripada keluarga jasmaniah. Tapi sekali lagi saya harus garis bawahi, Tuhan tidak mengatakan atau mengajarkan bahwa keluarga itu tidak penting, bahwa kita itu harus selalu terlibat dalam banyak kegiatan di luar, sehingga melalaikan tanggung jawab kita. Itu menjadi sebuah ketimpangan yang justru nantinya memberi pengaruh buruk pada keluarga kita.PG : Dan seyogianyalah kita tidak menggampangkan hal ini Pak Gunawan, biarlah pergumulan ini selalu ada dalam keluarga kita, sehingga kita tidak mudah berkata: "Pokoknya ini demi Tuhan, pokokny kalian harus tunda, harus tunggu atau apa."
Kita tidak gampang-gampang berkata seperti itu. Saya ingin membawa kita pada point berikutnya yaitu tentang perspektif Alkitab mengenai keluarga. Dalam konteks perbandingan, Tuhan di atas segalanya termasuk keluarga jasmaniah. Kita melihat perkataan Tuhan diPG : Tuhan memberikan keseimbangan (ini yang akan coba kita lihat) tanggung jawab jasmani terhadap keluarga merupakan kewajiban, ini prinsip berikutnya Pak Gunawan. Saya bacakan dari
ET : Jadi memang menyeimbangkan antara konsep yang pertama dan kedua ini kuncinya di sini Pak, tanggung jawab ini tetap ada.
PG : Tepat sekali, di luar tanggung jawab ini atau di atas tanggung jawab ini, silakan kita memberikan waktu untuk hal-hal yang lain, termasuk yang namanya pelayanan gerejawi. Tapi tanggung jawb ini kita mesti penuhi dulu, ini yang menjadi permintaan minimal.
PG : Betul sekali, dan ini memang yang Paulus tekankan di
PG : Maka yang penting adalah sebuah usaha untuk bertanggung jawab. Kita tidak selalu berhasil, itu faktanya tapi yang penting adalah adanya usaha untuk bertanggung jawab. Kalau muncul problem,kita tidak menyalahkan orang, kita melihat diri kita, apa andil kita dalam masalah seperti ini.
Jadi penting sekali kita ini berusaha sebaik-baiknya menjadi kepala keluarga.PG : Pasrah memang tidak sama dengan menyukuri, yang memang diperlukan dalam keluarga bukannya anggota keluarga pasrah tidak bisa berbuat apa-apa melihat kita seperti ini. Tapi keluarga yang telibat dalam pelayanan secara positif, artinya mereka mensyukuri melihat pelayanan kita karena mereka melihat kita berbuah baik di dalam maupun di luar rumah.
ET : Jadi sebaliknya ada orang-orang yang memang bersembunyi, bukankah di sini dikatakan harus membereskan keluarga dulu baru pelayanan. Banyak orang, ketika keluarganya berantakan lari bersembnyi di aktifitas pelayanan.
PG : Saya mengerti Bu Ester, bahwa Tuhan itu baik, makanya Tuhan itu selalu bersedia menerima anak-anak-Nya yang lari kepada-Nya karena tekanan-tekanan hidup dan masalah dalam hidupnya atau kelarganya.
Tapi kita mesti berusaha membereskan keluarga kita, jangan kita lepas tanggung jawab, "Sudah, biarkan Tuhan nanti yang selesaikan." Tapi kita sendiri tidak berbuat apa-apa, kita mesti berbuat sesuatu, jangan sedikit-sedikit nanti Tuhan yang mengatur, bagian kita harus kita kerjakan pula.PG : Tentang ini Pak Gunawan, kita memang harus membedakan dua hal di sini Pak Gunawan. Pertama, apakah semua anak Tuhan dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, dan sesuai dengan kehendak-Nya? Ya, seua anak Tuhan dipanggil hidup bagi Kristus dan hidup sesuai dengan kehendak Kristus, betul.
Tapi pertanyaan yang kedua adalah apakah semua anak Tuhan dipanggil untuk melayani dalam pengertian yang seperti tadi saya maksudkan seperti pelayanan di gereja dan sebagainya. Jawabannya ialah ya dan tidak. Ya, dalam pengertian semua yang kita lakukan adalah untuk Tuhan, itu namanya pelayanan.PG : Ini memang harus kita luruskan bahwa pelayanan jauh lebih luas daripada sekadar terlibat dalam kegiatan gerejawi. Karena kalau hanya itulah pelayanan, kasihanlah orang-orang yang tidak beresempatan mengambil atau memegang jabatan gerejawi.
Tapi Tuhan tidak sesempit itu, Tuhan membuka pintu selebar-lebarnya untuk kita melayani Tuhan di bidang masing-masing. Kita bisa mempersembahkan semuanya itu untuk Tuhan dan bukan untuk kepentingan kita.PG : Tepat sekali Pak Gunawan, dan ini yang akan kita coba bahas. Yang pertama, untuk bisa melayni mesti ada suasana rohani di dalam rumah kita atau keluarga kita. Jangan sampai kita terlibat kgiatan-kegiatan gerejawi, sementara di rumah kita tidak ada suasana rohani.
Ada yang berantem, ribut di rumah, terus ke gereja senyam-senyum ikut ramai-ramai, nyanyi dsb. Itu keliru, rumah mesti ada suasana rohani, lain perkara kalau kita adalah korban, kita memang rohani, tapi pasangan kita memang tidak rohani dan sebagainya, sehingga kita harus hidup dalam suasana yang seperti itu, itu lain perkara tapi jangan sampai kita itu menjadi salah satu penyebab tidak rohaninya keluarga kita. Ini yang mesti kita ciptakan dalam rumah tangga kita.ET : Konsep antara pentingnya melayani yang masih berbeda antara suami dan istri, bagaimana Pak Paul?
PG : Saya kira mesti ada kesehatian Ibu Ester, tentang pentingnya pelayanan yang sedang dipertimbagkan, artinya kalau belum sehati jangan paksakan. Orang akan berkata, "Itu 'kan pimpinan Tuhan,kehendak Tuhan," buat apa kita lakukan kalau nanti kita akan mengalami konflik berkepanjangan dalam keluarga kita.
Nah bukankah ini adalah kesaksian penting yang harus kita jaga di rumah, jadi penting sekali ada kesehatian. Saya kadang-kadang mendapatkan pertanyaan ini dari orang-orang yang mau menjadi hamba Tuhan. Misalkan si suami merasa terpanggil, si istri tidak terpanggil. Mereka dua-dua sudah berkeluarga, sudah mempunyai usaha, apa yang mesti dilakukan? Nasihat saya selalu sama, tunggu sampai ada kesehatian, sebab saya katakan kepada mereka, buat apa terjun, masuk seminari menjadi hamba Tuhan, sementara istri tidak mensyukuri malah istri mengutuki, istri tidak mendukung malah istri menghalangi atau kebalikannya, buat apa. Jadi penting ada kesehatian dulu, baru nanti melakukan pelayanan bersama.PG : Memang adakalanya itu yang terjadi Pak Gunawan, seseorang cinta Tuhan tapi pasangannya memang tidak kenal Tuhan. Nah dalam kondisi seperti itu, saya kira mesti ada perkecualian. Coba kita elihat yang satunya, jadi kondisinya adalah harus ada dukungan dari pasangan dan anak-anak.
Tadi saya sudah singgung mereka mesti mensyukuri pelayanan kita, jangan sampai mereka tidak mendukung tapi malahan mengutuki kita karena mereka merasa dikorbankan, gara-gara kita dan pelayanan kita. Yang berikutnya adalah waktu dan energi yang terambil dari keluarga, mesti terkompensasikan dengan efektif, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. Kita akan mengambil waktu keluar, itu berarti harus ada yang kita ambil dari keluarga kita sendiri, jangan lupa gantikan. Gantikanlah dengan sepenuh hati, sehingga anak-anak dan pasangan kita tidak merasa dirugikan. Mereka melihat kita berusaha menggantikan waktu yang kita ambil dari mereka.ET : Sudah berusaha seperti itu, namun tetap susah menyeimbangkan itu bagaimana Pak, telah berusaha berbulan-bulan, bertahun-tahun?
PG : Kalau kita melihat ada goncangan dalam keluarga kita, gara-gara keaktifan kita di luar, saya kira kita harus kurangi, kita harus konsekuen, sebab buat apa, kita dipuji-puji orang di luar rmah, tapi dikutuki orang dalam rumah.
Tidak akan menjadi berkat bagi anak-anak dan keluarga kita.PG : Sering kali ada perasaan bersalah, tapi apakah perasaan bersalah itu memang teguran dari Tuhan atau apakah perasaan kita saja yang merasa bersalah. Belum tentu, sebab prinsipnya jelas sekai, tadi firman Tuhan sudah mengatakan diaken harus dapat mengurus anak-anak dan keluarganya dengan baik.
Bagaimana seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bisa mengurus jemaat Allah, itu firman Tuhan sendiri mengatakan seperti itu. Jadi saya kira Tuhan sudah memberikan perspektifnya, karena kita sudah berkeluarga, kita harus konsekuen mengurus keluarga dulu, setelah itu baru terlibat kegiatan yang lainnya.GS : Terima kasih Pak Paul, saya percaya perbincangan kita ini akan memberi perspektif yang benar tentang keluarga dan pelayanan, terima kasih juga Ibu Ester. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Keluarga dan Pelayanan" bagian kedua. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
Apa artinya keluarga yang melayani?
- Semua anggota keluarga terlibat dalam pelayanan?
- Suami dan/atau istri terlibat, anak-anak mendukung?
- Tidak ada yang terlibat langsung tetapi mengambil bagian dalam kegiatan gerejawi?
Tujuan utama, bukan: Keluarga yang melayani
Melainkan: Keluarga Kristen, di mana:
- Kristus menjadi pusat kehidupan keluarga
- Masing-masing anggota keluarga berelasi satu dengan yang lain sesuai dengan standar hidup kristiani
- Masing-masing anggota hidup dengan Tuhan dan merespons dengan tepat terhadap pimpinan Tuhan padanya
Jadi, penekanannya bukan pada:
- Kegiatan/aktivitas
- Kehadiran
Melainkan pada: hubungan pribadi dengan Tuhan penyerahan hidup untuk Tuhan
Ada dua bahaya ekstrem:
- mengagungkan keluarga demi Tuhan (di atas Tuhan)
- mengabaikan keluarga untuk Tuhan (untuk sendiri)
Perspektif Alkitab tentang keluarga:
- Lebih menitikberatkan pada keluarga rohani daripada keluarga jasmani. Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak Orang memberitahukan kepada-Nya, 'Ibu-Mu dan saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.' Tetapi Ia menjawab mereka,"Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan melakukannya." (
Lukas 8:19-21 ) - Dalam konteks perbandingan Tuhan di atas segalanya termasuk keluarga jasmani. Seorang lain yaitu salah seorang murid-Nya berkata kepada-Nya, Tuhan izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." Tetapi Yesus berkata kepadanya, "Ikutlah aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." (
Matius 8:21-22 ) - Tanggung jawab jasmani terhadap keluarga merupakan kewajiban. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, "Ibu, inilah anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. (
Yohanes 19:26-27 ) - Keberhasilan mengurus keluarga sendiri dikaitkan dengan kriteria menjadi penilik jemaat (Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus jemaat Allah?;
1 Timotius 3:5 ) dan diaken (Diaken haruslah suami dari satu istri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik;1 Timotius 3:12 )
Pertanyaan:
- Apakah semua anak Tuhan dipanggil untuk hidup untuk-Nya dan sesuai kehendak-Nya? Ya!
- Apakah semua anak Tuhan dipanggil untuk melayani? Ya dan Tidak!
Ya, dalam pengertian, semua yang kita lakukan adalah untuk Tuhan (Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia;
Tidak, dalam pengertian pelayanan / jabatan gerejawi (
Kondisi untuk bisa melayani:
- Ada suasana rohani di rumah / keluarga.
- Ada kesehatian tentang pentingnya pelayanan yang sedang dipertimbangkan.
- Ada dukungan dari pasangan dan anak-anak.
- Waktu dan energi yang terambil dari keluarga, terkompensasikan dengan efektif sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.
- Jika terjadi ketidakseimbangan (gangguan), keterlibatan dalam pelayanan itu perlu dievaluasi ulang.