Bagaimana Menangani Anak Yang Egois 2

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T052B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Lanjutan dari T52B

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pada dasarnya setiap anak lahir ke dunia memiliki sikap egois atau sikap mementingkan diri sendiri. Pertumbuhan yang sehat harusnya mendorong anak bukan saja mementingkan dirinya, namun juga mementingkan kepentingan orang lain. Harus ada keseimbangan antara keduanya, saya kira anak yang terlalu mementingkan diri orang lain, sehingga tidak lagi melihat kepentingan dirinya menjadi anak yang tidak terlalu sehat. Jadi yang dituju adalah keseimbangan antara mementingkan diri sendiri dan juga mementingkan kepentingan orang lain.

Adakalanya orang tua memberikan perlakuan kepada anak secara tidak sadar malah menumbuhkembangkan sikap egois pada anak. Sehingga anak akhirnya tidak pernah berhasil memperhatikan kebutuhan orang-orang lain, namun malah hanya mengutamakan kepentingannya sendiri. Ada beberapa perlakuan orang tua yang bisa membuat anak-anak itu menjadi anak-anak yang egois.

Beberapa ciri anak yang egois:

  1. Anak-anak yang egois adalah anak-anak yang tidak bisa menyeimbangkan kedua hal ini, dia hanya bisa mengutamakan dan hanya mengutamakan kepentingannya bahkan kadang-kadang tidak bisa menomerduakan kepentingan orang lain sebab baginya tidak ada kepentingan orang lain; yang ada adalah kepentingan diri sendiri.

  2. Menganggap diri sebagai kasus khusus. Dalam arti keinginannya harus didahulukan sebab dia merupakan kasus perkecualian.

  3. Tapi anak yang egois tidak harus manja, yang jelas nyata adalah dia menuntut. Dan ciri ketiga ini juga sangat dominan yaitu, tuntutannya memang tidak mengenal batas. Seolah-olah kapanpun dia memintanya, dimanapun dia memintanya, apapun yang dimintanya harus dituruti.

Ada dua kondisi utama yang menyebabkan anak-anak menjadi egois sbb:

  1. Orang tua atau keluarga yang memberi perhatian kepada anak secara berlebihan. Kadangkala itu terjadi tanpa disengaja.
    Saya akan berikan beberapa ciri-cirinya:

    1. Orang tua yang memberikan perhatian berlebihan kepada anak adalah orangtua yang terlalu memuja-muja anak, baik secara langsung atau tidak langsung.

    2. Adakalanya orang tua kurang menyoroti kelemahan anak karena terlalu meninggikan dan mengagungkan si anak. Sehingga jarang membicarakan kelemahan si anak, dan akibatnya kurang menuntut anak memperbaiki dirinya di dalam kekurangan-kekurangannya.

    3. Orang tua terlalu bergantung pada anak sebagai pemenuh kebutuhan emosional mereka sendiri.

    4. Orang tua kurang mendisiplin anak.

  2. Orang tua yang tidak mendisiplin anak dengan baik sehingga semua yang anak-anak minta dituruti tanpa batas.

Kejadian 22:11,12, "Tetapi berserulah malaikat Tuhan dari langit kepadanya, "Abraham, Abraham!" sahutnya "ya Tuhan", lalu Ia berfirman : "Jangan bunuh anak itu dan jangan kau apa-apakan dia, sebab telah Ku ketahui sekarang bahwa engkau takut akan Allah dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu."

Kita tahu ini adalah cerita Abraham dimana Tuhan meminta dia mengorbankan anaknya Ishak, tapi Abraham tidak segan-segan memberikan putranya dan ternyata memang Tuhan hanya menguji dia. Janganlah kita sampai terlalu sayang pada Ishak-Ishak kita sehingga kita menomerduakan Tuhan, tidak bisa. Prinsip itu harus kita pegang dengan patuh, Tuhanlah yang nomor satu, anak tidak boleh menjadi yang nomor satu. Sekalipun dalam keluarga sendiri, anak tidak boleh menjadi yang nomor satu, anak perlu dididik dan dibatasi.

Beberapa ciri orang tua yang kurang memberikan perhatian kepada anak:

  1. Orang tua yang memberikan sedikit waktu pada si anak, jadi benar-benar waktu yang diberikan sangat minim. Mereka misalkan repot bekerja, pulang sudah malam, akhir pekan juga mungkin bekerja atau pun kalau tidak bekerja menjadi orangtua yang terlalu letih, akibatnya adalah tidak memberikan waktu yang lebih kepada si anak.

  2. Orang tua yang terlalu banyak menolak atau terlalu memberikan banyak penolakan pada anak Anak yang disebodohkan tidak mendapatkan cinta kasih, dia merasa justru sangat diabaikan.

  3. Anak yang didisiplin terlalu ketat atau terlalu berkelebihan juga bisa menjadi anak yang egois.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi sifat egois:

  1. Kita harus membesarkan anak dengan suatu pengertian bahwa anak itu membutuhkan dua hal yang hakiki. Yang pertama adalah anak-anak membutuhkan cinta kasih, yang kedua anak-anak juga membutuhkan disiplin.

  2. Yang sulit justru untuk menolong orang tuanya, apalagi kalau orang tua yang sudah terlanjur misalnya mencurahkan perhatiannya yang terlalu banyak kepada anak, sehingga anaknya jadi egois. Atau orang tua yang sebaliknya. Sebab adakalanya memang orangtua memberi perhatiannya berlebih kepada anak, atau kebalikannya kurang memberi perhatian kepada anak karena mereka sendiri bermasalah dalam hubungan nikah mereka.

  3. Memang akhirnya dalam upaya menolong si anak kita harus libatkan si orangtua dan menunjukkan bagaimana si anak menjadi egois.

Anak-anak yang ditempatkan dalam situasi yang berbeda dan dibentuk lingkungannya dengan kuat, mempunyai dua pilihan.

  1. Pilihan yang pertama adalah dia bersikukuh tidak mau berubah.

  2. Yang ideal adalah yang kedua itu di mana dia akhirnya akan berubah.

Anak-anak yang dibesarkan oleh baby-sitter dari kecil akan kehilangan kesempatan sebagai berikut:

  1. Pertama-tama untuk menerima kasih sayang langsung dari orang tua. Itu suatu kerugian besar bagi si anak.

  2. Kedua dia kehilangan kesempatan melihat orangtua bereaksi atau bersikap dalam hidup, sedangkan anak-anak perlu melihat orang tua bereaksi dalam hidupnya, sehingga dia bisa mulai mencontoh orang tuanya. Otomatis dia akan kehilangan waktu-waktu tersebut dan kehilangan model-model itu.

  3. Ketiga ia kehilangan kesempatan untuk berinteraksi atau bergaul dengan orang tuanya. Dan itu sebetulnya salah satu hal yang mutlak diperlukan oleh seorang anak.

1Timotius 3:12, "Diaken haruslah suami dari satu istri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik". Saya garisbawahi kalimat mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. Tuhan meminta orangtua mengurus anak-anak dengan baik karena memang itulah tanggung jawab yang Tuhan embankan kepadanya. Mengurus berarti sekaligus, bukan saja mengelola supaya rumah tangganya itu berjalan dengan damai, tenteram, menerapkan disiplin yang seharusnya, tapi juga menyediakan kebutuhan emosional si anak.