Apa Yang Tuhan Perbuat Tatkala Orang Baik Berubah Jahat Dan Orang Jahat Berubah Baik

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T509A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Mengapakah orang jahat bisa berubah baik dan orang baik bisa berubah jahat ? Apakah yang Tuhan perbuat sewaktu orang jahat berubah baik dan orang baik berubah jahat ? Kita menemukan masing-masing contoh perubahan – dan juga kenyataan hidup ini - dalam 2 Raja-Raja 5:1-27
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Orang jahat tidak selalu jahat; kadang mereka berubah menjadi baik. Sebaliknya, orang baik tidak selalu baik; adakalanya mereka berubah menjadi jahat. Inilah kenyataan hidup. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah mengapakah orang jahat bisa berubah baik dan orang baik bisa berubah jahat ? Dan, apakah yang Tuhan perbuat sewaktu orang jahat berubah baik dan orang baik berubah jahat ? Di dalam 2 Raja-Raja 5:1-27, kita dapat melihat fakta kehidupan ini dan memperoleh jawaban akan pertanyaan ini. Pada saat itu Israel sedang dalam kondisi genting. Oleh karena ketidaktaatan kepada perintah Allah, Israel mendapat hukuman: Bangsa Asyur dan Aram tidak henti-hentinya menggempur Israel. Setiap kali datang, mereka berhasil menaklukkan Israel, menjarahnya, bahkan menangkap serta membawa orang Israel untuk dijadikan budak. Nah, salah satu di antaranya adalah seorang anak perempuan, yang dijadikan pelayan di rumah Naaman, seorang panglima.

Naaman adalah seorang pahlawan; oleh karena kepiawaiannya, bangsa Aram berhasil memenangkan banyak pertempuran. Namun, di tengah kegemilangannya, tiba-tiba ia terkena kusta, penyakit yang bukan saja mematikan pada saat itu tetapi juga mengerikan. Sudah tentu Naaman gundah, dan rupanya itulah yang dilihat oleh anak perempuan Israel itu. Karena kasihan, ia pun mengusulkan kepada nyonyanya agar Naaman pergi ke Samaria, ibukota Israel saat itu, untuk menemui Nabi Elisa. Kita tidak tahu apakah ia memunyai hubungan dengan Nabi Elisa atau tidak, tetapi yang pasti adalah, ia pernah mendengar kabar tentang Nabi Elisa—bagaimana Tuhan memakainya untuk menyembuhkan, bahkan membangkitkan orang mati.

Singkat cerita Naaman pun memutuskan pergi ke Samaria untuk menemui Nabi Elisa. Bagi Naaman, ini adalah sebuah tindakan yang sangat merendahkannya. Ia adalah panglima perang yang berandil besar memberi kemenangan kepada bangsa Aram dalam peperangan melawan Israel. Sekarang ia harus meminta pertolongan kepada seorang nabi di Israel. Tapi, demi kesembuhan, ia rela pergi dan merendahkan dirinya.

Sesampainya di sana, Nabi Elisa menolak untuk menemuinya. Ia menyuruh seorang suruhannya untuk mengatakan kepada Naaman, "Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir." Perlakuan Nabi Elisa—yang memang disengaja ini—membuat Naaman gusar. Ia menolak melakukannya. Tetapi akhirnya, atas desakan pegawai-pegawainya, ia pun menuruti instruksi Nabi Elisa. Tubuhnya pulih, ia disembuhkan. Untuk mengungkapkan syukurnya, ia ingin memberi hadiah kepada Nabi Elisa, namun Nabi Elisa menolaknya—dengan sengaja. Setelah Naaman pergi, bujang Nabi Elisa, Gehazi, mengejar Naaman dan berdusta kepadanya. Ia berkata bahwa Nabi Elisa menyuruhnya pergi untuk menemui Naaman dan meminta hadiah itu kembali karena dua orang nabi yang membutuhkan pertolongan. Naaman memberikannya, bukan saja seperti yang diminta Gehazi tetapi jauh melebihi apa yang diminta Gehazi.

Sepulangnya ke rumah, Nabi Elisa memanggil Gehazi; ia tahu karena Tuhan sudah menyatakan perbuatan Gehazi kepadanya. Nabi Elisa menegur Gehazi dan sebagai hukuman atas perbuatannya, kusta Naaman pun pindah dan melekat pada Gehazi. Di dalam kisah ini kita melihat orang jahat—Naaman—menjadi baik sedang orang baik—Gehazi—menjadi jahat. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari kehidupan dua orang ini.

  1. MATA TUHAN TERTUJU PADA SEMUA ORANG, DAN BUKAN HANYA PADA SEBAGIAN ORANG.
    Orang yang kita anggap "musuh" Tuhan atau sudah "dibuang" Tuhan, ternyata masih menjadi obyek kasih-Nya dan perhatian-Nya. Sebagaimana dapat kita lihat di sini, kendati Aram bukanlah umat Tuhan dan pada saat itu malah menjadi musuh dan jahat terhadap Israel, Tuhan tetap memperhatikannya. Tuhan tidak berkewajiban menyembuhkan Naaman, orang yang bertanggung jawab atas kekalahan Israel, tetapi Ia memilih untuk menyembuhkannya. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa Tuhan tidak pilih kasih dan bahwa Ia adalah Tuhan bagi semua manusia, bukan hanya Israel. Mata dan hati-Nya tertuju pada semua orang ! Adakalanya kita berpikir bahwa Tuhan hanya akan memerhatikan orang-orang tertentu saja. Mungkin kita beranggapan bahwa Tuhan tidak akan memerhatikan kita sebab kita tidak bisa melakukan banyak hal atau pelayanan bagi-Nya. Kita berasumsi bahwa Tuhan hanya akan memerhatikan orang yang bertalenta besar dan telah berbuat banyak bagi-Nya. Kisah ini memerlihatkan bahwa pandangan seperti itu keliru. Bukan saja Naaman tidak pernah berbuat apa-apa buat Tuhan, ia pun telah berbuat jahat kepada Israel—menyerang dan menawan. Namun, Tuhan melihatnya dan memperhatikannya; Tuhan bahkan menyembuhkannya.
  2. CARA TUHAN BEKERJA JAUH LEBIH TINGGI DARIPADA CARA KITA BEKERJA.
    Singkat kata, kita tidak selalu dapat memahami cara Tuhan bekerja. Secara sengaja dan terencana Tuhan mendatangkan si anak perempuan Israel ke rumah Naaman dengan cara membiarkannya ditangkap dan ditawan, serta dijadikan budak. Secara manusia kita mungkin berkata bahwa tidak ada cara yang lebih buruk untuk menjadi alat di tangan Tuhan daripada ditangkap dan ditawan serta dijadikan budak. Namun, cara itulah yang Tuhan pilih untuk menggenapi rencana-Nya—menyembuhkan Naaman dan membawa keselamatan kepada bangsa Aram. Saya kira kebanyakan kita mau dan tidak berkeberatan dipakai Tuhan. Masalahnya adalah Tuhan tidak selalu memakai kita lewat cara yang wajar dan dapat diterima oleh kita. Kadang Ia menggunakan cara, yang bukan saja aneh dan lain daripada yang lain, tetapi juga menyakitkan dan menyusahkan. Kita tidak bisa bayangkan perasaan si anak perempuan Israel itu. Kita tidak tahu apa yang terjadi mengapa sampai ia ditangkap oleh bangsa Aram yang menyerang Israel. Apakah mungkin orangtuanya terbunuh dalam peperangan? Ataukah, hanya ia yang ditangkap karena ia tidak sempat melarikan diri? Apa pun situasinya, kita dapat menyimpulkan bahwa itu tidak baik dan tidak menyenangkan. Kita pun bisa menduga bahwa tentulah si anak perempuan itu sedih dan kerap menangis merindukan keluarganya. Namun dari kisah ini kita dapat menyimpulkan bahwa anak perempuan itu berada di dalam kehendak Tuhan. Singkat kata, berada di dalam rumah Naaman adalah berada di dalam kehendak Allah. Kehendak Allah tidak berarti hidup tanpa badai; kadang berada di dalam kehendak Allah berarti mengalami gempuran badai kehidupan dan terpaan kesusahan. Adakalanya untuk masuk ke dalam kehendak dan rencana Allah, kita harus melewati lembah kesusahan dan kehilangan. Kadang, agar kita dipakai-Nya pada waktu yang tepat, maka Tuhan harus menghadirkan perubahan yang drastik dalam kehidupan kita. Kita tidak selalu mengerti kehendak Tuhan dan tidak selalu dapat melihat pekerjaan dan pimpinan-Nya. Melalui si anak perempuan itu bukan saja Naaman menerima kesembuhan, ia pun berkesempatan mengenal Tuhan Allah Israel.

  3. PERUBAHAN MENUJU BAIK DARI JAHAT BERAWAL DARI KERENDAHAN HATI.
    Naaman menolak mandi di sungai Yordan karena ia merasa terhina. Namun satu hal lagi yang tidak kalah menyakitkan egonya adalah, Nabi Elisa tidak bersedia menemuinya. Nabi Elisa sengaja menolak menemuinya agar ego Naaman makin terluka. Puncak dari cederanya ego yang besar itu adalah sewaktu ia harus mandi di sungai Yordan sebanyak tujuh kali. Kita tidak tahu seberapa kotornya sungai Yordan saat itu, yang pasti adalah sungai di Damsyik, tempatnya bermukim, jauh lebih baik daripada sungai Yordan. Mandi di sungai yang kotor tujuh kali, di Israel, negara yang takluk pada bangsa Aram, tanpa sedetik pun ditemui oleh Nabi Elisa, benar-benar menghancurkan egonya. Namun itulah awal dari perubahannya. Naaman kembali ke negerinya sebagai seorang yang percaya pada Tuhan Allah. Kerendahan hati membawa kita dekat kepada Tuhan; keangkuhan hati membawa kita jauh dari Tuhan.

  4. PERUBAHAN MENUJU JAHAT DARI BAIK BERAWAL DARI KETAMAKAN HATI.
    Gehazi bukan hanya pelayan Nabi Elisa, ia pun adalah rekan sepelayanan Nabi Elisa. Ia tahu siapa Nabi Elisa dan seharusnya, ia pun tahu, siapakah Tuhan Allah yang dilayaninya. Sayang, ia tidak begitu mengenal Nabi Elisa dan sesungguhnya ia hampir tidak mengenal Tuhan Allah. Berada dekat dengan Nabi Elisa tidak membuatnya rohani dan tidak serakah. Ia berubah menjadi jahat sebab ia tamak. Mungkin, ia tidak ingin hidup miskin seperti Nabi Elisa; mungkin ia tidak ingin menjadi orang yang terus diberikan penumpangan. Ia ingin hidup kaya, dan baginya Naaman adalah kesempatan yang dapat memberikannya kekayaan. Berhati-hatilah dengan ketamakan. Banyak orang baik berubah jahat sewaktu hati mulai tamak. Ketamakan dimulai dengan ketidakpuasan dan keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Sudah tentu tidak salah memunyai ketidakpuasan dan keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Yang salah adalah yang datang kemudian, yakni hilangnya rasa syukur atas pemberian Tuhan. Begitu kita tidak lagi bersyukur kepada Tuhan, kita pun mulai meninggalkan Tuhan. Kita mengambil alih hidup dari tangan Tuhan dan memutuskan untuk mengubah hidup dengan cara dan sesuai dengan kehendak kita, tanpa memedulikan kehendak Tuhan lagi. Itulah awal dari ketamakan. Firman Tuhan di Amsal 10:29 mengingatkan, "Jalan Tuhan adalah perlindungan bagi orang yang tulus, tetapi kebinasaan bagi orang yang berbuat jahat."