Apa Yang Tuhan Lakukan Tatkala Hal Buruk Menimpa Orang Baik

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T508A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu krisis iman terbesar dewasa ini bukanlah krisis kehilangan iman bahwa Tuhan itu ada melainkan krisis kehilangan iman bahwa Tuhan itu peduli. Kita akan melihat hal ini pada kehidupan seorang janda, sebagaimana dicatat di 2 Raja-Raja 4:1-7. Almarhum suaminya adalah hamba Tuhan, melayani Tuhan. Namun itu tidak menjamin dia dan keluarganya tidak tertimpa hal yang buruk
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu krisis iman terbesar dewasa ini bukanlah krisis kehilangan iman bahwa Tuhan itu ada melainkan krisis kehilangan iman bahwa Tuhan itu peduli. Saya teringat pembicaraan saya dengan seorang ibu yang tengah mengalami krisis besar dalam hidupnya. Di dalam pembicaraan itu berkali-kali ia berkata, "Jika Tuhan itu ada dan baik, mengapa Ia tidak menghiraukan penderitaan saya? Berkali-kali saya berdoa, tetapi Ia tidak menjawab." Ya, krisis terbesar iman masa kini adalah hilangnya kepercayaan bahwa Tuhan peduli dan bahwa Ia akan menolong. Kita akan melihat hal ini pada kehidupan seorang janda, sebagaimana dicatat di 2 Raja-Raja 4:1-7.

Di dalam Firman Tuhan dikisahkan tentang seorang janda yang datang kepada Nabi Elisa dan berseru, "Hambamu, suamiku, sudah mati dan engkau ini tahu bahwa hambamu itu takut akan Tuhan. Tetapi sekarang, penagih utang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku untuk menjadi budaknya." Dari seruannya ini dapat kita simpulkan bahwa suami si janda adalah salah seorang nabi yang mengabdi kepada Nabi Elisa.

Malang tak dapat ditolak, si suami meninggal dan semeninggalnya si suami, si janda jatuh miskin dan tidak lagi dapat membiayai hidupnya dan kedua orang anaknya. Untuk bertahan hidup, ia pun berutang—makin hari, makin besar—sampai ia tidak sanggup membayarnya. Berdasarkan hukum yang berlaku saat itu, jika orang tidak sanggup membayar utang, maka ia harus mengabdi sebagai budak selama enam tahun. Pada tahun ketujuh, tahun Yobel, ia akan menerima pembebasan. Berhubung si janda sudah tidak muda, maka si pemberi utang menuntut kedua anak janda itu untuk diserahkan dan dipekerjakan sebagai budak untuk membayar utangnya.

Mendengar permohonan si janda, Nabi Elisa meminta janda itu meminta bejana-bejana kosong sebanyak-banyaknya dari para tetangga, kemudian mengisi semua bejana itu dengan sedikit minyak yang tersisa di rumahnya. Si janda dan kedua anaknya mengikuti instruksi Nabi Elisa. Setelah itu Nabi Elisa meminta janda itu untuk menjual minyak untuk membayar utangnya dan sisa uangnya digunakan untuk membiayai kehidupan mereka. Dari kisah ini ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik.

Pertama, KEMALANGAN ATAU KESUSAHAN DAPAT MENIMPA BUKAN SAJA ORANG BAIK, TETAPI JUGA ORANG YANG GIAT MELAYANI TUHAN.
Suami si janda adalah seorang pelayan Tuhan, seorang nabi, yang mengabdi pada Nabi Elisa. Namun rupanya hidupnya minim, begitu minim sehingga setelah ia mati, ia tidak meninggalkan apa-apa. Itu sebab si janda tidak sanggup mencukupi kebutuhan hidup dan terpaksa berutang.

Mengikut dan melayani Tuhan adalah jalan menuju ke surga, bukan jalan menuju kemakmuran atau kekayaan. Tuhan tidak pernah berjanji untuk membayar pengabdian kita kepada-Nya dengan uang. Itu sebab, seperti kita lihat dalam kisah nyata ini, si janda yang tadinya sudah minim, akhirnya sama sekali tidak punya uang. Kemiskinan, kesusahan, kemalangan, dapat menimpa orang yang melayani Tuhan.

Kedua, DI DALAM MENGATASI KESUSAHAN TUHAN TIDAK MELARANG KITA UNTUK MENGUPAYAKAN CARA-CARA YANG MANUSIAWI.
Tuhan tidak marah kepada si janda karena ia berutang. Tuhan membiarkan si janda berusaha, asalkan dengan cara yang halal. Kadang kita beranggapan bahwa dalam menghadapi masalah, yang perlu kita lakukan hanyalah berdoa dan berdiam diri, menantikan Tuhan bekerja. Tidak ! Tuhan mengizinkan dan Ia menginginkan kita berusaha asalkan kita pun berdoa kepada-Nya.

Kendati tidak dicatat, saya yakin si janda telah berdoa. Namun karena ia tidak mendapatkan pertolongan, akhirnya terpaksa ia berutang. Jadi, jangan berhenti berusaha; gunakan akal manusia dan sumber daya yang tersedia. Tuhan tidak tersinggung—apalagi marah—karena kita berupaya. Terpenting adalah kita pun terus berdoa meminta pertolongan-Nya. Utang yang diperoleh janda itu adalah bagian dari pemeliharaan Tuhan atas hidupnya. Utang itu bukanlah suatu kesalahan.

Ketiga, TUHAN TELAH MENDENGAR DOA DAN TELAH BERTINDAK UNTUK MENOLONG KITA, JAUH SEBELUM KITA DAPAT MELIHATNYA.
Tuhan telah memelihara hidup si janda—walau tidak secara berlebihan—sebelum ia bertemu dengan Nabi Elisa. Masalahnya adalah, ia belum melihat atau menyadarinya. Kenyataan bahwa Tuhan menggunakan Nabi Elisa dan sebuah buli-buli berisikan minyak yang tersisa di rumahnya untuk menolongnya seolah-olah untuk menyadarkan si janda bahwa sesungguhnya pertolongan Tuhan ada di depan mata, tetapi tidak terlihat.

Betapa seringnya kita luput melihat pertolongan Tuhan yang ada di depan mata. Kita pergi ke sana ke mari mengusahakan pertolongan, kita tidak melihat bahwa sesungguhnya Tuhan sudah menyediakan jalan keluar. Tuhan adalah Allah yang mahakuasa; Ia tidak memerlukan bahan dari jauh untuk menolong kita. Ia dapat menggunakan apa saja dan siapa saja untuk menolong kita.

Terpenting adalah kita harus tetap percaya bahwa Tuhan mendengar doa kita dan akan menolong kita. Ia tidak menghentikan hal buruk menimpa kita, para umat-Nya dan pelayan-Nya, tetapi Ia tidak akan membiarkan kita terpuruk ditindih oleh masalah yang kita hadapi. Mazmur 103:8 mengingatkan kita akan siapakah Tuhan yang kita percaya, "Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia."