Di dalam suratnya yang terakhir, Rasul Paulus berbagi pesan dengan anak rohaninya Timotius, "Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan…" (2 Timotius 4:7-8 [1]). Banyak orang yang memulai dengan baik tetapi tidak banyak yang mengakhirinya dengan baik. Banyak yang tersandung di tengah perjalanan dan masuk ke lubang dosa. Berikut akan dibagikan pesan bagaimana mengakhiri perjalanan hidup bersama Tuhan Yesus dengan baik.
Jaga Batas
Salah satu lubang dosa yang kerap membuat kita terjatuh ke dalamnya adalah dosa perzinahan. Alasan mengapa kita mudah terjatuh ke dalamnya adalah dikarenakan kita tidak berhati-hati dalam menjaga batas. Dalam berelasi dengan lawan jenis kita harus menjaga batas yang jelas. Jika kita mulai melanggarnya, maka suatu ketika kita bisa jatuh ke dalam dosa perzinahan. Biasanya kita melanggar batas dengan cara:
Jaga Badan
Pada usia muda, kita kuat dan bergantung penuh pada kekuatan badan sendiri. Dengan bertambahnya usia kita mesti memerhatikan keterbatasan tubuh dan hidup di dalam—bukan di luar—keterbatasan ini. Selain dari badan secara jasmaniah, kita pun mesti menjaga badan atau kemampuan mental. Makin bertambah usia makin bertambah pengalaman dan sebagai konsekuensinya, makin bertambah keyakinan diri. Jika tidak berhati-hati kita mudah terperangkap dalam dua dosa ini:
Jaga Batin
Tidak mudah untuk menjaga kebersihan batin atau hati. Setiap hari ada saja yang terjadi yang dapat mengotori hati. Mungkin itu kekesalan dan kemarahan akan sikap seseorang, mungkin itu iri hati akan keberhasilan orang lain, mungkin itu ketidakpuasan akan apa yang dimiliki, mungkin itu nafsu seksual terhadap seseorang. Semua itu berpotensi mencemari hati dan mesti diwaspadai. Itu sebabnya Firman Tuhan mengingatkan,"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23 [5]) Tuhan meminta kita menjaga hati atau batin seperti seorang prajurit menjaga keamanan tempat yang dijaganya agar tidak diserang musuh. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat kita perbuat untuk menjaga kebersihan hati.
Jaga Bapa dan Ibu
Tuhan tidak ingin kita meninggikan orang tua namun Ia menghendaki kita menghormati dan merawat mereka. Itu sebabnya Tuhan berfirman, "Hormatilah ayahmu dan ibumu seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Tuhan Allahmu supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu." (Ulangan 5:16 [6]). Tuhan juga meminta kita untuk memerhatikan keluarga kita sendiri. Itu sebabnya Ia memberi syarat kepada para penilik gereja dan diaken untuk "mengepalai keluarganya sendiri . . . . mengurus anak-anaknya dan keluarganya sendiri dengan baik." (1 Timotius 3:5,12 [7]). Orang yang tidak mengurus keluarganya adalah orang yang tengah menumpukkan masalah. Suatu hari masalah itu akan meledak dan besarlah kerugian yang harus ditanggung. Itu sebabnya kita mesti bertanggung jawab atas kesejahteraan hidup mereka. Berikut ini adalah saran yang dapat diberikan:
Jaga Bait Allah
Tatkala Daud sudah hidup tenteram, ia teringat bahwa belum ada rumah bagi Tuhan. Itu sebabnya ia berinisiatif untuk membangun rumah bagi Allah. Namun Tuhan melarangnya dan menetapkan Salomo, putranya sebagai orang yang akan membangun bait Allah. Daud tidak kecewa malah mulai mengumpulkan bahan untuk membangun Bait Allah. Dengarlah pesan Daud kepada putranya, "Dan engkau Salomo, kenallah Allah-nya ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati...." (1 Tawarikh 28:9 [8]). Daud rindu keturunannya tetap beribadah kepada Tuhan Allah-nya. Ia tidak mau putranya melupakan Tuhan Allah-nya. Kita pun mesti memikirkan kerohanian anak-anak dan memikul tanggung jawab untuk meneruskan iman Kristen kepada mereka. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
Ringkasan T280 A+B
Oleh: Pdt.Dr. Paul Gunadi
Simak judul-judul mengenai "Pengembangan Diri" di www.telaga.org [9]
PERTANYAAN :
Saya tinggal di Medan, Sumatera Utara. Nama saya De Wi……..saya seorang pemuda yang sedang mengecap pendidikan. Satu tahun terakhir ini saya terikat begitu kuat dengan pornografi, bahkan saya sampai pernah dilayani pelepasan beberapa kali untuk melepaskan kuasa gelap, tetapi kemudian hasrat atau godaan ini muncul lagi. Kadang saya berusaha untuk menahan diri dan berhasil, tapi kemudian saya terjatuh lagi.
Saya merasa bahwa saya sangat berdosa dan munafik. Saya meminta ampun kepada Tuhan dan kemudian saya terjatuh lagi ke dalam dosa yang sama. Hal ini terjadi berpuluh-puluh kali! Apa yang harus saya lakukan agar bisa menang dari dosa yang mengerikan ini? Terima kasih.
Salam: De Wi
JAWABAN :
Shalom,
Saya mengapresiasi keberanian Anda dalam membuka dan menceritakan tantangan ini kepada kami dan berkeinginan untuk menyelesaikannya. Keterbukaan merupakan langkah awal yang amat bijak untuk menyelesaikan tantangan ini. Saya perlu mengakui bahwa tantangan menyelesaikan kecanduan pornografi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Kita perlu berkali-kali "menghajarnya" meskipun kadang kita gagal kembali.
Tips yang dapat saya berikan, coba temukan pemicu stres yang mungkin sedang Anda hadapi. Biasanya siklus kecanduan akan kembali terjadi ketika kita berada dalam situasi stres. Coba renungkan apa yang terjadi dalam kurun waktu setahun belakangan ini. Dan tentu tips kedua adalah: apakah memungkinkan situasi-situasi itu bisa dihindari atau diselesaikan saat ini? Bagaimana menurut Anda tentang pemikiran saya ini? Apabila pendapat saya bisa dijalankan, maka marilah kita lihat apakah frekuensi siklus kecanduan semakin berkurang.
Kiranya Tuhan menolong Saudara De Wi !!
Salam: Andrew A.Setiawan
Aku dan "Diri Kecil"ku
Oleh: Ev. Grasia Magdalena Tampubolon, M.Th. (Konseling)
Perjalanan hidup saya memasuki dunia orang dewasa, pada awalnya menjadi kesukaan karena saya berpikir ini menjadi kemerdekaan untuk saya dari menjadi anak kecil. Bagi saya menjadi anak kecil adalah hal yang melelahkan karena harus mengikuti dan tunduk pada apa yang dikatakan oleh orang dewasa, walau tidak sepenuhnya saya untuk tunduk. Namun perjalanan menjadi dewasa ternyata bukanlah hal yang mudah, karena di saat tertentu saya justru menghadapi banyak hal yang saya takuti dan hindari di masa kecil. Saya mencoba dan berjuang untuk keluar, namun saya tetap terjebak di dalamnya. Sebagai contoh ketika saya takut menghadapi figur otoritas, saya dulu berpikir bahwa jika saya dewasa tentu saya akan lebih berani tapi ternyata tidak. Rasa takut dan rasa cemas itu tetap ada. Dulu setiap kali dipanggil oleh dosen, jantung saya sudah berdetak cepat dan mulai berpikir, "saya salah apa?". Awalnya saya tidak menyadari, namun lama-kelamaan saya memertanyakan hal tersebut.
Hal itu membuat saya menyadari bahwa MENJADI DEWASA SECARA FISIK DAN USIA TIDAK SERTA MENJADIKAN KITA DEWASA SECARA MENTAL. Ada dimana sisi kita secara mental yang tidak bertumbuh, saya tetap menjadi "Grasia kecil" yang takut menghadapi orang dewasa. Kesadaran itulah yang membuat saya melalui proses perjalanan menjadi dewasa. Saya mesti kembali dan menemukan "Grasia kecil" yang ada dalam diri saya, salah satunya adalah "Grasia kecil yang takut dengan figur otoritas".
Hal ini dapat terjadi dengan siapa saja, karena ada bagian dalam diri kita yang tidak bertumbuh karena pengalaman-pengalaman buruk yang kita alami di masa kecil sehingga membuat kita tidak bertumbuh secara mental dengan sehat. Sebagai contoh: Ada orang yang mesti berusaha sekuat tenaga untuk menyenangkan orang lain atau menyanggupi keinginan orang lain, jika ia tidak bisa maka akan muncul rasa bersalah yang tidak bisa. Atau ada juga orang yang sangat takut ditinggalkan, sehingga ia cenderung menjadi posesif terhadap seseorang. Dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat terjadi dengan diri kita karena ada bagian dari diri kita yang gagal bertumbuh.
Jika saat ini kita sedang bergumul dengan hal itu, yaitu bergumul menghadapi "Grasia kecil" atau "diri kecil" Anda saat ini dan Anda merasa seperti tidak ada jalan keluar, maka saya mau mengatakan bahwa "Anda masih memiliki HARAPAN" untuk bertumbuh dan menjadi orang dewasa yang sehat. Seperti Firman-Nya berkata: "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18 [10]). Harapan akan selalu ada, selama kita mau memercayakan diri kita untuk berjalan bersama Dia.
Proses perjalanan saya menjadi dewasa ketika Tuhan memberikan waktu untuk saya menjadi konselor. Di saat itu, saya diperhadapkan dengan "Grasia kecil" yang saya sadari ataupun tidak. Saya diizinkan Tuhan untuk menghadapi hal-hal yang saya takuti dan hindari di waktu kecil, salah satunya adalah menghadapi figur otoritas. Saya menemukan bahwa "Grasia kecil" terluka dengan pola pengasuhan orang tua saya yang cukup keras dan kurang pujian. Pengasuhan mereka cenderung mengoreksi dan kurang memberi ruang bagi saya untuk menjelaskan, sehingga bagi "Grasia kecil" begitu takut setiap kali berhadapan dengan papa atau mamanya. Karena yang ia tahu ketika ia dipanggil maka pasti karena ia sedang melakukan kesalahan dan akan mendapatkan hukuman. "Grasia kecil" begitu takut dan merasa tidak ada yang dapat menolong. Cara satu-satunya dengan menyembunyikan perasaan dan menekannya. Tanpa disadari ini terus menjadi satu pola bagi saya untuk menyelamatkan diri, sehingga saya bukannya menghadapinya tapi bersembunyi.
Ketika di satu sesi terapi kelompok, Tuhan menolong saya untuk menghadapi "Grasia kecil" yang takut dan marah karena terus dikoreksi, di saat itu ada kelegaan besar dalam diri saya karena selama ini ada banyak kemarahan dan rasa takut yang saya sembunyikan tapi Tuhan memberikan satu waktu untuk saya akui dan hadapi. Ini tidak mudah dan menyakitkan karena saya mesti menghadapi dan menemui rasa sakit yang saya tutupi. Tapi di saat terberat sekalipun saya melihat bahwa benar HARAPAN dari Tuhan itu benar adanya.
Jika saat ini Anda sedang berjuang menghadapi "diri kecil" Anda, percayalah bahwa Tuhan ada bersama Anda. Izinkan Dia memproses setiap luka yang selama ini Anda sembunyikan ataupun tutupi. Ia bisa memakai banyak cara, seperti konseling, komunitas yang sehat dan lainnya. Carilah pertolongan, jika Anda merasa tidak dapat menghadapinya sendirian! Percayalah bahwa proses ini memang menyakitkan, tapi ini memulihkan. Ia berjanji bahwa: "Buluh yang terkulai tidak akan dipatahkan-Nya; sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya. Dia akan setia menyatakan keadilan" (Yesaya 42:3 [11])
Di akhir tulisan saya, saya mau mengatakan bahwa "Menjadi diri yang dewasa bukan hanya sebuah fase pertumbuhan secara fisik saja, tapi memerlukan sebuah perjuangan dan keberanian untuk MERANGKUL "diri kecil" kita. Dengan demikian, apakah saya sudah menjadi dewasa? Saya masih terus melanjutkan perjalanan saya untuk menjadi dewasa, karena menjadi dewasa bukanlah hasil tapi sebuah proses yang terus harus dijalani. Sampai Tuhan mengatakan, "Grasia sudah SELESAI". Oleh karena itu, marilah kita bersama menjalani proses itu, bersama Tuhan yang senantiasa memegang tangan kita!
POKOK DOA (Agustus 2023)
Pada tanggal 17 Agustus 2023 kita telah memeringati ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-78 -- TERUS MELAJU UNTUK INDONESIA MAJU. Di tahun politik ini biarlah kita mohon ikut campur tangan Tuhan yang akan membawa damai di tengah-tengah kehiruk-pikukan berbagai partai walaupun penetapan calon presiden dan calon wakil presiden baru akan dilaksanakan pada bulan Oktober yang akan datang. Beberapa doa syukur dan juga doa permohonan adalah sebagai berikut:
Links
[1] https://alkitab.mobi/ayt/passage/2Ti+4:7-8
[2] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Ams+5
[3] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Ams+5:20-21
[4] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Ams+3:5-6
[5] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Ams+4:23
[6] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Ula+5:16
[7] https://alkitab.mobi/ayt/passage/1Ti+3:5,12
[8] https://alkitab.mobi/ayt/passage/1Ta+28:9
[9] http://www.telaga.org
[10] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Ams+23:18
[11] https://alkitab.mobi/ayt/passage/Yes+42:3